Loading...

Riwayat Pencarian

Pencarian Populer

burger menu
diagnosis-alergi-pada-balita_large
Alergi

Diagnosis Alergi Pada Balita

15 Januari 2020

Bagaimana Ibu bisa mendiagnosis bahwa gejala yang dialami oleh balita kemungkinan adalah gejala alergi? Berikut ini adalah tips mendiagnosis alergi pada balita dari Tim Ahli Nutriclub.

Gejala Alergi pada Anak

Gatal berulang, sering batuk pilek, sesak napas adalah beberapa gejala alergi pada anak balita yang seringkali membuat Ibu berpikir bahwa ia menderita alergi. Namun, apakah semua gejala yang disebutkan di atas selalu merupakan tanda-tanda dari penyakit alergi? Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat berhubungan dengan alergi antara lain adalah:

  1. Muncul bentol-bentol kemerahan di kulit yang terjadi berulang (biduran, kaligata) adalah gejala alergi pada anak.
  2. Kelopak mata dan bibir bengkak, dapat disertai sesak napas yang bukan disebabkan oleh penyakit lain.
  3. Kulit kering, kemerahan, dan gatal yang terjadi berulang dan berada di lokasi-lokasi yang khas seperti daerah pipi, lipatan sikut, belakang lutut.
  4. Batuk pilek berulang yang sering terjadi tanpa disertai demam.
  5. Batuk pada malam/pagi hari bisa menjadi ciri-ciri alergi pada anak.
  6. Mengalami sesak napas disertai suara mengi/wheezing/bunyi seperti siulan/ngik-ngik yang terjadi berulang, tidak berhubungan dengan infeksi, atau terjadi saat atau sesudah aktivitas. 
  7. Hidung gatal, berair (pilek), dan bersin berulang saat tidak mengalami flu, dapat disertai hidung tersumbat, mata merah, berair, dan gatal.
  8. Mual, nyeri perut, muntah atau diare berulang dan diare berdarah yamg bukan disebabkan oleh infeksi atau intoleransi.

Baca Juga: Penyakit Alergi pada Awal Kehidupan Bayi

Sebagai langkah awal dokter akan menanyakan mengenai gejala-gejala tersebut di atas dan mengonfirmasinya melalui pemeriksaan fisik. Riwayat penting lainnya yang perlu diketahui adalah ada/tidaknya riwayat atopi/penyakit alergi pada ayah, ibu, atau saudara sekandung.

Penyakit alergi pada ayah, ibu atau saudara sekandung yang bermakna sebagai prediktor penyakit alergi adalah asma, rinitis alergi (pilek alergi) dan dermatitis atopik/eksim.

Langkah selanjutnya, dokter akan berusaha mencari pencetus gejala alergi yang dialami anak. Pencetus alergi dapat diketahui dari riwayat perjalanan penyakit anak bila sangat khas/nyata, misalnya timbulnya keluhan biduran sesaat setelah mengonsumsi udang, bengkak di kelopak mata dan bibir sesaat setelah minum suatu jenis obat. Namun, apabila tidak jelas, maka dokter dapat menganjurkan tes alergi sebagai panduan mencari pencetus alergi.

Did you know?

”Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi polutan di dalam ruangan 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi polutan di luar ruangan. Ketahui selengkapnya di sini.“

LIHAT LENGKAP

Melakukan Tes Alergi

Tes alergi yang dapat dilakukan adalah tes kulit atau pemeriksaan darah. Berbagai tes kulit dapat dilakukan seperti uji cukit kulit (skin prick test) dan uji tempel (patch test). Skin prick test (SPT) adalah uji kulit yang paling sering dikerjakan pada bayi dan balita.

Uji ini dilakukan dengan cara meneteskan cairan yang mengandung beberapa zat alergen untuk kemudian dicukit/digores dengan ujung jarum di permukaan kulit. Uji ini mengakibatkan sedikit rasa tidak nyaman/perih, tetapi goresan ini tidak sampai menimbulkan perdarahan. 

Setelah prosedur selesai, anak diminta menunggu sekitar 15 menit dan dokter kemudian akan melihat reaksi dari kulit, apakah ada bentol kemerahan di lokasi prosedur SPT tadi. Uji ini memerlukan kondisi kulit yang baik. Obat-obatan dapat mempengaruhi hasil tes ini terutama antihistamin (CTM, cetirizin, dll), sehingga dokter akan meminta si Kecil tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut selama 3-7 hari. Uji ini dapat dilakukan pada anak usia 4 bulan ke atas dan harganya lebih murah dibandingkan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan darah yang dapat dilakukan untuk alergi adalah pemeriksaan IgE spesifik terhadap alergen tertentu. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia berapa saja, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan, namun harga lebih mahal dan hasil dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 1 minggu. 

Hal yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua hasil positif dari hasil pemeriksaan ini berarti merupakan pencetus alergi pada anak. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam lagi, mengaitkan gejala dan riwayat perjalanan penyakit anak dengan hasil pemeriksaan penunjang ini.

Beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan IgG spesifik, pemeriksaan dengan pendulum, kinesiologi, uji elektrodermal, analisis rambut merupakan beberapa contoh pemeriksaan yang tidak mempunyai nilai dalam mendiagnosis alergi.

Pencetus alergi dapat ditentukan dengan pasti melalui uji eliminasi dan provokasi. Dalam prosedur ini, dokter akan meminta anak tidak mengonsumsi jenis makanan yang diduga sebagai pencetus alergi. Apabila gejala menghilang, maka dokter akan memberikan makanan tersebut dalam jumlah bertahap (uji provokasi) dalam pengawasan ketat. Apabila gejala alergi timbul kembali, maka makanan tersebut dapat dipastikan sebagai pencetus gejala alergi yang dialami anak. 

Apabila gejala tidak membaik setelah eliminasi ketat makanan yang dicurigai atau gejala tidak timbul kembali setelah uji provokasi maka kemungkinan besar makanan tersebut bukan penyebab alergi. Uji ini dilakukan di bawah pengawasan dokter dan tidak boleh dilakukan sendiri oleh orangtua karena dikhawatirkan interpretasi yang salah.

Setelah diagnosis penyakit alergi serta pencetusnya diketahui, maka langkah selanjutnya adalah tata laksana sesuai gejala alergi tersebut dan menghindari pencetus alergi.

Baca Juga:

Alergi dan Dampak Psikologisnya pada Anak

Gangguan Alergi terhadap Kecerdasan Anak

comment-icon comment-icon