Mama punya kekhawatiran bahaya imunisasi saat bayi flu, karena kondisi tubuh si Kecil yang mungkin sedang lemah? Agar lebih tenang, simak kapan saja waktu tepat menunda imunisasi bayi pada ulasan berikut.
Bahaya Imunisasi Saat Bayi Flu
Flu pada bayi perlu segera mendapat penanganan tepat, karena bisa menyebabkan peradangan paru-paru (pneumonia). Kondisi yang membuat bayi kesulitan bernapas.
Mendapatkan imunisasi saat bayi flu, tidak disarankan karena bisa membuat Mama dan dokter kesulitan membedakan reaksi yang timbul setelah imunisasi atau bukan.
Apabila dokter kesulitan membedakan antara gejala KIPI dan flu, penanganan yang diberikan bisa kurang tepat hingga menimbulkan kondisi yang lebih berbahaya.
Bolehkah Imunisasi Saat Bayi Sedang Pilek?
Perlu diketahui, flu dan pilek adalah dua penyakit berbeda. Flu disebabkan oleh virus influenza dan tingkat keparahannya tinggi.
Sedangkan pilek atau common cold memiliki nama medis selesma. Penyakit ini disebabkan oleh rhinovirus dan gejalanya tergolong ringan.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), bayi yang sedang pilek dan batuk ringan (tanpa demam), tetap boleh mendapatkan imunisasi.
Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh bayi masih bisa melawan penyakit ringan dan menangani vaksin yang masuk secara bersamaan. Jadi, gejala sakitnya tidak akan bertambah parah.
Baca Juga: Vaksin BCG: Jadwal, Efek Samping, dan Risiko Terlewat
Kapan Bayi Tidak Boleh Diimunisasi?
Selain bahaya imunisasi saat bayi flu, ada beberapa kondisi lain yang membuat bayi tidak boleh diimunisasi, di antaranya adalah:
1. Bapil Disertai Demam
IDAI menyarankan imunisasi untuk ditunda hingga 1-2 minggu jika pilek dan batuk bayi disertai dengan demam atau membuatnya sangat rewel.
Sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum melakukan imunisasi. Mama juga bisa dapatkan solusi ampuh dari demam dan tangis berkepanjangan si Kecil lewat tools Health Immune Checker.
2. Sedang Mengonsumsi Obat Tertentu
Bila si Kecil sedang mengonsumsi prednison (obat untuk bantu meredakan peradangan) sebaiknya sampaikan pada dokter yang akan memberi imunisasi.
Menurut IDAI, anak yang sedang dalam pengobatan prednison dengan dosis 2 mg/kgbb/hari dianjurkan untuk menunda imunisasi hingga 1 bulan setelah pengobatan selesai.
Sementara konsumsi antibiotik tidak perlu Mama risaukan. Sebab, antibiotik tidak mengganggu potensi kekebalan yang diberikan vaksin. Jadi, imunisasi boleh diberikan pada si Kecil.
Baca Juga: 5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Imunisasi Anak
3. Memiliki Alergi Akut
Sampaikan pada dokter apabila bayi Mama sudah MPASI dan memiliki riwayat alergi akut terhadap telur.
Hal tersebut merupakan indikasi si Kecil tidak bisa mendapatkan vaksin influenza, demam kuning, dan demam Q. Sebab, bisa memunculkan gejala syok anafilaksis.
Sementara itu, vaksin MMR boleh diberikan dengan pengawasan yang ketat dari dokter.
4. Bayi Lahir Prematur
Imunisasi polio dosis pertama biasanya diberikan beberapa saat setelah bayi lahir. Namun, pemberian imunisasi sebaiknya ditunda pada bayi yang terlahir kurang bulan.
Imunisasi polio dosis pertama baru boleh diberikan ketika bayi prematur sudah berusia 2 bulan atau berat badannya lebih dari 2000 gram.
Penundaan ini juga berlaku untuk imunisasi DPT, Hepatitis B, dan Hib.
Itulah informasi mengenai bahaya imunisasi saat bayi flu yang perlu Mama ketahui. Semoga artikel ini bisa bantu Mama memberikan proteksi yang lebih maksimal pada si Kecil melalui imunisasi dengan lebih tenang.
Selain melalui imunisasi, masih banyak upaya lain yang dapat Mama lakukan. Mama bisa temukan kiat-kiatnya dengan mengunduh Panduan Dukung Imunitas Anak di 1000 HPK.
Ebook eksklusif ini dirancang khusus oleh Tim Ahli Nutriclub untuk bantu Mama menumbuhkan bayi yang sehat dan siap tumbuh menjadi pemenang! Unduh secara gratis sekarang juga, Ma!