Apakah bayi Mama mengalami ruam-ruam kulit atau muntah beberapa saat setelah mengonsumsi MPASI tertentu? Atau bayi Mama terus-menerus bersin ketika mengunjungi rumah saudara yang memelihara kucing?
Yuk, Ma, perhatikan lagi makanan apa saja yang si Kecil konsumsi juga benda-benda apa saja yang ada di sekitarnya karena siapa tahu ia mengalami alergi.
Alergi terdiri dari beberapa jenis dan dikategorikan sesuai dengan penyebabnya, Ma. Yuk, kita kenali dengan lebih seksama apa saja penyebab alergi pada bayi dan bagaimana cara untuk menghilangkan alergi si Kecil!
Apa Itu Alergi?
Alergi terjadi ketika sistem imun tubuh si Kecil bereaksi berlebihan terhadap alergen (zat yang pada umumnya tidak mengganggu, tetapi diidentifikasi tubuh sebagai berbahaya).
Dalam upayanya melindungi tubuh, sistem imun membentuk antibodi yang disebut Imunoglobulin E (IgE). Antibodi ini kemudian memicu sel untuk melepas beberapa macam zat kimia (termasuk histamin) ke dalam aliran darah di dalam tubuh, untuk melawan alergen.
Proses pelepasan zat kimia tersebut menyebabkan reaksi alergi. Reaksi tersebut dapat memengaruhi organ mata, hidung, paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan. Apabila di waktu berikutnya tubuh terpapar dengan alergen yang sama, maka respon alergi akan muncul kembali lagi.
Baca Juga: Proses Terjadinya Alergi Pada Balita dan Penyebabnya
Apa Penyebab Alergi pada Bayi?
Ada setidaknya 20 jenis benda yang umumnya dapat menjadi menyebabkan alergi pada si Kecil. Nah, ke-20 benda tersebut dikelompokkan kembali melalui cara penyebarannya. Berikut penjelasannya:
1. Makanan
Sesuai namanya, alergi makanan adalah sekelompok makanan yang dapat menjadi penyebab alergi pada bayi. Ada sekitar 6 juta bayi dan anak di dunia yang memiliki alergi makanan, dan alergi ini lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki daripada perempuan.
Banyak makanan sehari-hari yang umumnya aman dikonsumsi, tapi bagi sebagian bayi menimbulkan alergi lho, Ma. Berikut sejumlah makanan yang sering menyebabkan alergi pada bayi:
-
Susu sapi.
-
Telur.
-
Gandum.
-
Kacang-kacangan (almon, mede, walnut, kacang tanah).
-
Kedelai.
Maka dari itu, Mama perlu lebih berhati-hati dalam membuat MPASI untuk si Kecil. Mula-mula perkenalkan bayi pada jenis makanan tersebut tanpa dicampur bahan makanan lainnya.
Tunggu selama beberapa menit hingga 2 jam untuk melihat apakah ada gejala alergi yang muncul atau tidak. Lakukan percobaan ini selama 3 hari berturut-turut.
Jika ada beberapa gejala alergi yang muncul, segera hubungi dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan diagnosis yang tepat.
2. Inhalants Allergen
Inhalants alergen adalah penyebab alergi yang bisa terbawa atau menyebar melalui udara. Inhalants alergen dapat masuk ke dalam tubuh si Kecil karena terhirup melalui hidung saat ia bernafas.
Berikut sederet benda yang termasuk ke dalam inhalant allergen:
-
Bulu, urin, kulit, dan air liur hewan peliharaan.
-
Tungau debu rumah.
-
Serbuk sari tumbuhan.
-
Spora jamur/kapang.
-
Feses, air liur, telur dan bagian tubuh mati kecoa.
3. Obat-Obatan
Obat-obatan selama ini kita kenal berfungsi untuk mengobati berbagai jenis penyakit di dalam tubuh. Namun, perlu Mama ketahui bahwa ada beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan alergi pada bayi , antara lain:
-
Antibiotik.
-
Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
-
Insulin.
-
Obat untuk kemoterapi.
Walau begitu, Mama tidak perlu khawatir. Sebab, untuk penggunaan pertama dokter pasti akan memastikan si Kecil tidak alergi pada obat-obatan tersebut. Contohnya dengan menyuntikkan antibiotik ke lengan si Kecil sebelum memasukkannya ke dalam infus.
Apabila muncul ruam merah gatal atau pembengkakan di area yang disuntikkan antibiotik, artinya si Kecil mengalami alergi. Dokter pun akan mencoba antibiotik jenis lain untuk melakukan pengobatan.
4. Lateks
Bahan-bahan yang terbuat dari karet alami juga bisa memicu gejala alergi pada bayi sehingga Mama perlu selektif dalam memilih mainan atau peralatan bayi yang terbuat dari karet. Berikut beberapa benda dari yang sering menyebabkan alergi:
-
Mainan bebek karet.
-
Balon tiup.
-
Gelang karet.
-
Sarung tangan karet.
5. Penyebab Alergi Lainnya
Selain sederat makanan dan benda yang telah disebutkan di atas, ada beberapa zat lain yang dapat menyebabkan alergi, yaitu:
-
Gigitan serangga (semut api, lebah, dan lain-lain).
-
Bahan kimia (sabun mandi, detergen, lotion, sunscreen, tisu, dan lain-lain).
-
Suhu udara (terlalu dingin atau panas).
Baca Juga: 5 Jenis Alergi Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinya
Seperti Apa Gejala Alergi pada Bayi?
Untuk mengetahui alergi pada bayi, Mama perlu memperhatikan gejala-gejala yang timbul beberapa saat setelah ia berinteraksi dengan benda-benda atau makanan yang umumnya dapat menyebabkan alergi.
Nah, gejala alergi yang muncul pada bayi satu dan bayi lainnya pun bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga gejala berat. Bahkan, gejala yang muncul pada hari yang satu dengan hari yang lain juga bisa berbeda. Untuk itu, Mama perlu ekstra memperhatikan gejala alergi pada si Kecil.
Sebab gejala alergi ringan dalam hitungan menit bisa berubah menjadi gejala alergi berat. Terlebih, bayi belum bisa berbicara dengan jelas sehingga ia tidak bisa mengungkapkan rasa sakit dan tidak nyaman yang terjadi kecuali dengan menangis.
1. Gejala Alergi Ringan-Menengah
Berikut adalah gejala alergi yang termasuk dalam kategori ringan-menengah:
-
Hidung berair atau hidung mampet.
-
Bersin-bersin.
-
Ruam pada kulit.
-
Pembengkakan pada wajah, mata, atau bibir.
-
Sakit perut, muntah, atau diare.
-
Gejala asma atau eksim yang semakin parah.
2. Gejala Alergi Berat
Gejala alergi berat disebut juga sebagai reaksi anafilaksis atau anaphylaxis. Apabila si Kecil mengalami gejala-gejala berat, ia harus segera mendapatkan penanganan medis karena sifatnya gawat darurat dan dapat mengancam keselamatan jiwa.
Berikut tanda-tanda syok anafilaksis akibat alergi yang wajib Mama ketahui:
-
Pembengkakan yang menyebabkan kesulitan untuk menelan dan bernapas.
-
Napas si Kecil pendek-pendek.
-
Mengi (napas berbunyi ngik panjang).
-
Biduran.
-
Ruam merah.
-
Sakit perut.
-
Penyempitan dada.
-
Kram.
-
Diare.
-
Muntah-muntah.
-
Merasa ketakutan.
-
Tekanan darah turun drastis.
-
Detak jantung meningkat.
-
Syok.
-
Kelemahan tubuh mendadak.
-
Tidak sadarkan diri.
Bagaimana Cara Menghilangkan Alergi pada Bayi?
Sayangnya Ma, alergi bukan sesuatu yang bisa dihilangkan secara total dengan minum obat atau mendapatkan perawatan tertentu.
Sering kali alergi merupakan kondisi yang menyertai sepanjang proses kehidupan si Kecil (kronis) dan bersifat kambuhan sehingga yang dapat dilakukan untuk meminimalisir munculnya reaksi alergi adalah menghindarkan si Kecil dari paparan alergen.
Kabar baiknya Ma, ada alergi yang dapat hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia bayi karena seiring bertambahnya usia, sistem imun si Kecil akan menjadi semakin sempurna.
Alergi yang dapat hilang atau berkurang tingkat keparahannya seiring bertambahnya usia si Kecil umumnya adalah alergi susu, telur, dan kacang.
Agar si Kecil tidak kembali mengalami reaksi alergi, Mama perlu menjauhi si Kecil dari paparan alergen. Sebagai contoh, bila penyebab alergi pada bayi adalah bulu hewan kucing, maka bayi perlu dihindarkan dari bulu hewan kucing. Bila penyebab alergi adalah susu sapi, maka pemberian susu pada bayi perlu diubah menjadi susu yang berbahan dasar selain dari susu sapi.
Selain eliminasi terhadap bahan alergen, pemberian obat-obatan dalam golongan antihistamin juga dapat membantu mengurangi reaksi alergi. Hanya saja, sebagian besar obat golongan antihistamin tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah dua tahun.
Oleh karenanya, konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan obat-obatan apa pun untuk meringankan alergi si Kecil. Selain itu, pastikan untuk membaca dan mengikuti label cara pemberian obat yang tertera pada kemasan.
Dokter juga umumnya merekomendasikan pemberian krim tertentu seperti krim hidrokortison sebagai obat untuk meringankan kondisi alergi.
Namun perlu diingat, Mama tetap perlu mengonsultasikan penggunaan obat krim kulit apa pun dengan dokter spesialis anak sebelum memberikannya pada si Kecil.
Pada kondisi alergi berat, hingga terjadi reaksi anafilaksis, maka anak akan memerlukan tindakan darurat (seperti injeksi obat Epinephrine) yang dilakukan dokter pada fasilitas kesehatan yang dilengkapi peralatan memadai seperti rumah sakit.
Baca Juga: Cegah Alergi Anak dengan Keseimbangan Mikrobiota Usus
Bagaimana Cara Mendeteksi Alergi pada Bayi?
Jika Mama curiga si Kecil mengalami gejala alergi, sebaiknya Mama segera konsultasi dengan dokter. Pastikan Mama membuat jurnal atau catatan mengenai gejala yang timbul saat alergi (dengan isi catatan seperti gejalanya apa saja, dan kapan terjadinya gejala tersebut).
Hal tersebut akan membantu dokter untuk mengetahui penyebab dan derajat klinis kondisi alergi yang dialami oleh anak, dan bagaimana langkah memberikan tata laksana yang tepat.
Umumnya, dokter akan bertanya kepada Mama tentang tanda dan gejala yang muncul, kemudian disertai juga pertanyaan tentang riwayat kesehatan pada keluarga (orang tua, kakek, nenek, dan anggota keluarga lain).
Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan serangkaian pemeriksaan sebagai langkah diagnosis alergi pada anak. Beberapa rangkaian pemeriksaan penunjang yang umum dianjurkan oleh dokter untuk mengetahui kondisi alergi pada anak adalah sebagai berikut:
1. Skin Test
Pada saat dilakukan pemeriksaan skin test, sedikit jumlah zat alergen dimasukan ke bawah kulit menggunakan jarum. Teknik ini disebut skin prick test.
Jarum suntik juga dapat digunakan untuk menyuntik alergen yang telah dilarutkan dengan cairan suntik, ke dalam kulit, dengan metode yang disebut intradermal test. Metode pemeriksaan ini umumnya digunakan untuk pasien berusia 6 bulan ke atas.
2. Pemeriksaan Darah
Walaupun tidak sesensitif skin test, pemeriksaan darah dapat digunakan untuk anak yang lebih muda, atau bila skin test tidak dapat dilakukan pada pasien.
3. Tes Eliminasi Diet
Bila dokter menduga adanya alergi makanan, maka pasien dapat diberikan instruksi untuk tidak memakan makanan yang diduga menjadi alergen, misalnya seperti susu, yang dapat terkandung dalam berbagai macam produk makanan.
Bagaimana Cara Mencegah Terjadinya Alergi?
Seperti yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, untuk mencegah terjadinya alergi pada bayi mungil Mama, ia perlu dijauhkan dari paparan alergen. Cara yang efektif untuk menjauhkan si Kecil dari paparan zat alergen antara lain:
-
Memberikan makanan yang rentgan menimbulkan alergi dalam jumlah kecil dalam waktu 3 hari berturut-turut tanpa dicampur makanan lain untuk mengetahui apakah si Kecil alergi atau tidak.
-
Selalu membaca komposisi makanan sebelum memberikannya pada si Kecil.
-
Jika bayi masih mengonsumsi ASI, Mama sebaiknya menghindari konsumsi alergen.
-
Memberikan obat sesuai dengan resep dokter untuk menekan risiko alergi obat.
-
Menjaga kebersihan rumah dan mainan anak agar anak.
-
Bebaskan rumah dari asap rokok.
-
Mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter untuk menurunkan dan mengontrol reaksi alergi yang muncul.
-
Memasang air-purifier untuk memusnahkan alergen dari udara di dalam rumah.
-
Jangan membiarkan hewan peliharaan masuk ke dalam kamar atau duduk di atas furnitur rumah jika si Kecil alergi terhadap binatang.
Itulah informasi seputar penyebab dan cara menghilangkan alergi pada bayi yang dapat Tim Nutrilon Ekspert sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga dapat membantu Mama dalam menghadapi alergi yang dimiliki si Kecil.
Apabila Mama masih ragu akan jenis alergi yang dimiliki si Kecil, Mama dapat memanfaatkan tools Allergy Symptom Checker secara gratis!
Jika ingin berkonsultasi langsung secara interaktif, Mama dapat memanfaatkan fitur Nutriclub Expert Advisor untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi alergi si Kecil.
Semangat terus dalam mendampingi si Kecil tumbuh untuk menjadi generasi pemenang ya, Ma!