Alergi susu sapi adalah jenis alergi makanan yang paling umum terjadi pada bayi. Penting bagi Mama memahami apa penyebab, ciri-ciri, sampai cara mengatasinya jika si Kecil terdiagnosis alergi ini.
Penyebab Alergi Susu Sapi pada Bayi
Alergi susu sapi (ASS) terjadi karena sistem imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi yang dianggapnya sebagai zat asing berbahaya.
Setiap kali bayi mengonsumsi susu sapi, sistem kekebalan tubuhnya melepaskan zat kimia bernama histamine untuk melawan sehingga memicu munculnya reaksi alergi.
Alergi susu tidak hanya bisa dialami oleh bayi yang diharuskan mengonsumsi susu formula karena satu dan lain hal. Bayi yang menyusu ASI Eksklusif juga dapat memiliki alergi terhadap susu sapi.
Faktor Risiko Alergi Susu
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada sekitar 5-7,5% bayi yang alergi terhadap susu sapi. Sebagian besar kasusnya dialami oleh bayi di bawah usia 1 tahun.
Salah satu faktor risiko utama alergi susu adalah genetik. Menurut IDAI, 40% bayi yang lahir dari ibu penderita alergi juga berisiko memiliki alergi.
Faktor lain yang menjadi penyebab alergi susu adalah asupan makanan yang dikonsumsi secara langsung oleh bayi, dan dari yang dimakan oleh ibu selama menyusui.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Menghilangkan Alergi pada Bayi
Bagaimana Ciri-Ciri Bayi Alergi Susu Sapi?
Alergi muncul ketika bayi mengonsumsi susu sapi, zat yang normalnya dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan gejala negatif.
Gejala alergi susu pada bayi yang umum adalah:
-
Bruntusan atau bentol-bentol gatal kemerahan pada kulit (biduran).
-
Bengkak pada beberapa bagian tubuh, biasanya area mata, pipi, atau bibir.
-
Perut kembung (kolik pada bayi).
-
Kulit kering, gatal terus-menerus (dermatitis atopik).
-
Muntah.
-
Diare; yang mungkin disertai BAB berdarah.
-
Hidung meler (pilek alergi atau napas “grok-grok”)
-
Hidung dan mata gatal.
-
Mata berair.
-
Bersin-bersin.
-
Sesak napas (napas mengi atau berbunyi “ngik-ngik”).
Reaksi alergi bisa timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam setelah mengonsumsi susu sapi, bisa juga beberapa jam atau beberapa hari kemudian.
Pada kasus yang serius, alergi dapat menyebabkan syok anafilaksis akibat reaksi alergi berat secara tiba-tiba.
Syok anafilaksis menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis dan penyempitan saluran pernapasan. Kondisi ini harus segera mendapatkan pertolongan medis darurat agar tidak berakibat fatal.
Bagaimana Cara Mengecek Apakah Bayi Alergi Susu Sapi?
Jika Mama mencurigai si Kecil mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi susu sapi, segera periksakan ke dokter spesialis alergi anak.
Dokter umumnya akan melakukan beberapa tes, seperti tes IgE spesifik (tes tusuk kulit atau tes RAST) serta pemeriksaan darah pada tinja, untuk memastikan diagnosis alergi susu.
Apabila hasil tes belum dapat dipastikan, dokter akan melakukan uji eliminasi dan provokasi dengan menghentikan pemberian susu sapi selama 2 minggu.
Jika setelah penghindaran gejalanya masih muncul, si Kecil dapat dinyatakan memiliki alergi susu.
Baca Juga: Benarkah Allergic March Dipengaruhi Alergi Makanan?
Bagaimana Mengatasi Bayi Alergi Susu Sapi?
Cara mengatasi alergi susu yang paling utama adalah sama sekali menghindari pemberian segala bentuk produk susu sapi (baik dalam bentuk susu atau MPASI) pada bayi .
Pemberian susu sapi dan produk turunannya harus dihindari sampai bayi berusia 12 bulan. Bila masih memperlihatkan gejala alergi, penghindaran dapat diteruskan sampai usia 2-3 tahun.
Sementara itu, obat antihistamin dan hidrokortison dapat digunakan untuk menghentikan reaksi alergi. Gejala gatal biduran dapat diatasi dengan mengoleskan bedak calamine atau salep asam salisilat dan zinc oxide.
Untuk mencukupi asupan nutrisinya, Mama bisa berikan makanan kaya zat besi seperti daging sapi, ikan (tongkol, salmon, tuna), bayam, dan brokoli jika si Kecil sudah MPASI untuk mencegah kekurangan zat besi.
Penting juga rutin 2–3 kali seminggu menjemur bayi sebelum pukul 10 pagi selama 5-15 menit untuk mendapatkan vitamin D. Sebab, bayi yang tidak mengonsumsi susu sapi berisiko kekurangan vitamin D.
Apa Susu yang Cocok untuk Bayi yang Alergi Susu Sapi?
Menghentikan pemberian susu sapi adalah cara paling tepat untuk mencegah terjadinya reaksi alergi. Namun, bayi tetap memerlukan asupan susu minimal sebagai sumber nutrisi utamanya.
Untuk bayi ASI yang memiliki alergi susu, Mama dapat melanjutkan pemberian ASI eksklusif minimal sampai usia 6 bulan sambil menghindari konsumsi susu sapi dan olahannya dari makanan sehari-hari.
Untuk bayi yang diharuskan mengonsumsi susu selain ASI, dokter dapat menyarankan Mama mengganti formula berbasis susu sapi ke formula alternatif seperti:
-
Susu hipoalergenik.
-
Formula susu terhidrolisat ekstensif.
-
Formula asam amino.
-
Formula kedelai (soya).
Pemilihan susu formula alternatif akan ditentukan dokter berdasarkan pada usia dan komposisi formula yang cocok untuk kondisi alergi si Kecil.
Mama juga bisa langsung hubungi Nutriclub Expert Advisor yang siap memandu Mama memenuhi nutrisi harian bayi yang alergi, 24/7 tanpa perlu membuat janji.
Apakah Alergi Susu Bisa Sembuh?
Alergi susu sapi dapat sembuh seiring waktu mengikuti perkembangan sistem imun bayi yang semakin kuat.
Sekitar 50% bayi akan sembuh dari alergi susu di usia 1 tahun, >75% sembuh pada usia 3 tahun, dan >90% sembuh pada usia 6 tahun.
Namun, setelah alergi susu hilang ada risiko si Kecil bisa mengalami alergi terhadap makanan lain, terutama terhadap telur, kedelai, kacang, sitrus, dan ikan, sebelum usia pubertas.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, selalu konsultasikan dengan dokter tentang gejala alergi yang dialami si Kecil.
Mama juga bisa bantu optimalkan daya tahan tubuh si Kecil selama masa emas tumbuh kembangnya dengan men-download E-Book 1000 HPK secara gratis!