Poliomyelitis atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit polio adalah salah satu penyakit menular yang menyerang sistem saraf dalam tubuh. Mengingat pemerintah Indonesia sempat menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) akhir-akhir ini, Mama dan Papa perlu tahu mengenai kondisi tersebut selengkapnya. Lantas, seperti apa penyakit ini?
Apa Itu Polio?
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini disebut juga dengan poliomyelitis (poliomielitis).
Virus polio dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik. Kondisi ini dapat mengakibatkan kelumpuhan pada otot, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
Pada kasus yang lebih berat, polio dapat memengaruhi kemampuan bernapas dan menelan pada anak.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, Ma. Namun, sekarang sudah ada vaksinasi yang dapat mencegah penularan polio.
Menurut World Health Organization (WHO), virus polio sering kali menyerang balita atau anak berusia di bawah 5 tahun, terutama apabila belum melakukan vaksinasi polio. Namun, bukan tidak mungkin polio juga dapat dialami oleh orang dewasa, Ma.
Apa Penyebab Penyakit Polio pada Anak?
Polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio yang bernama poliovirus yang masuk melalui rongga mulut, hidung, dan menyebar ke dalam aliran darah.
Penyakit polio sangat mudah menular melalui kontak langsung dengan feses penderita polio, atau lewat konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus.
Cara lain adalah virus dapat menyebar melalui percikan air liur (droplet) yang keluar dari mulut penderita polio saat bersin ataupun batuk dan terhirup oleh anak yang berada di dekatnya, tetapi ini lebih jarang terjadi, Ma.
Bagaimana Ciri-Ciri dan Gejala Polio?
Sebagian besar penderita polio tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi polio, Ma. Karena virus polio awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala, atau bahkan tidak menimbulkan gejala apa pun.
Terdapat 3 jenis gejala infeksi yaitu abortif, nonparalisis, dan paralisis. Ketiganya memiliki tanda dan gejala yang sedikit berbeda, berikut penjelasannya. Selain itu, terdapat pula, serta sindrom pascapolio yang baru muncul bertahun-tahun setelah infeksi polio.
1. Abortif
Tanda-tanda dan gejala polio dari jenis abortif dapat berlangsung selama 2-3 hari. Gejala yang muncul mungkin menyerupai flu biasa, dan disertai pula dengan:
-
Demam tinggi.
-
Sakit kepala.
-
Nyeri otot atau linu.
-
Sakit tenggorokan.
-
Sakit perut.
-
Hilangnya nafsu makan.
-
Mual dan muntah.
2. Nonparalisis
Gejala polio nonparalisis bersifat ringan dan cenderung tidak mengakibatkan kelumpuhan. Selain memiliki gejala seperti flu yang lebih parah, gejala polio nonparalisis disertai dengan tanda-tanda berikut ini:
-
Nyeri atau kekakuan leher.
-
Sakit atau kaku pada lengan atau kaki.
-
Sakit kepala parah.
3. Paralisis
Gejala polio paralisis awalnya tampak tidak jauh berbeda dengan nonparalisis. Namun, gejala yang timbul selanjutnya umumnya akan lebih parah. Tanda-tandanya di bawah ini.
-
Rasa sakit yang hebat.
-
Kesemutan atau sensasi seperti ada yang menusuk.
-
Kejang otot atau kedutan.
-
Hilangnya refleks tubuh.
-
Ketegangan otot yang terasa nyeri.
-
Tungkai atau lengan terasa lemah.
4. Sindrom Pascapolio
Ada kemungkinan gejala kembali lagi muncul atau kemungkinan terjadinya perburukan bertahun-tahun setelah anak terinfeksi polio, Ma. Berikut adalah beberapa tandanya:
-
Lemah otot dan sendi.
-
Lebih mudah merasa lemah atau lesu.
-
Nyeri otot yang semakin memburuk.
-
Penyusutan otot.
-
Kesulitan bernapas dan menelan (disfagia).
Bagaimana Cara Mengobati Polio?
Perlu Mama dan Papa ketahui, polio adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total. Pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan pencegahan komplikasi.
Berikut adalah beberapa pengobatan polio pada anak yang umumnya direkomendasikan oleh dokter:
-
Obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau acetaminophen.
-
Antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kencing.
-
Perbanyak istirahat sampai demam berangsur turun.
-
Penggunaan hot packs untuk mengatasi nyeri otot.
-
Ventilator atau alat bantu pernapasan.
-
Terapi fisik untuk meringankan rasa sakit.
-
Rehabilitasi paru untuk memperpanjang ketahanan fungsi paru-paru.
Apakah Polio Bisa Sebabkan Komplikasi?
Polio, terutama yang memiliki gejala paralisis, dapat menyebabkan komplikasi berupa kelumpuhan sementara atau permanen pada otot.
Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan cacat fisik, kelainan bentuk tulang, bahkan kematian.
Anak yang pernah terkena penyakit ini, kemungkinan dapat mengalami kondisi yang disebut dengan sindrom pascapolio.
Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Polio?
Penyakit polio pada anak bisa dicegah dengan vaksinasi. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksinasi polio dapat dilakukan melalui oral polio vaccine (OPV) inactivated polio vaccine (IPV).
Pemberian keduanya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan usia anak, dengan rincian sebagai berikut:
-
Usia 2, 3, 4 bulan dapat diberikan OPV maupun IPV.
-
Usia 6-18 bulan sebagai booster.
-
Antara 4-6 tahun, ketika anak baru pertama kali masuk sekolah.
Selain vaksin, berikut beberapa hal yang bisa membantu mencegah penyakit polio:
-
Biasakan anak mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah makan serta setelah dari toilet.
-
Ajari anak memakai hand sanitizer jika tidak ada sabun.
-
Pastikan anak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang benar-benar bersih.
-
Ajari anak menutup mulut ketika sedang batuk atau bersin.
-
Biasakan membawa bekal makan sendiri saat pergi ke sekolah.
Nah, itulah informasi mengenai penyebab dan pengobatan penyakit polio pada anak yang perlu Mama dan Papa ketahui. Dapatkan juga Ebook panduan eksklusif untuk mendukung daya tahan tubuh anak di 1000 hari pertamanya. Semoga informasi ini berguna, ya!