Loading...
Imunitas

8 Penyebab Alergi pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Foto Reviewer

Disusun oleh: Tim Penulis

Ditinjau oleh: dr. Isman Jafar, Sp.A (K)

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Pemicu Alergi pada Bayi yang Paling Umum
  • Faktor Risiko Alergi pada Bayi
  • Pilihan Pengobatan untuk Alergi pada Bayi
  • Apa Alergi Bisa Sembuh Sendiri?

Bayi dapat mengalami alergi seperti layaknya orang dewasa. Penyebab alergi pada bayi pun bisa berbeda-beda. Yuk, cari tahu penyebab dan pengobatan alergi pada bayi!

Pemicu Alergi pada Bayi yang Paling Umum

Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang berlebihan terhadap zat-zat asing yang dianggap membahayakan (alergen). Ada beberapa hal yang menyebabkan alergi pada bayi, yaitu:

1. Makanan

Makanan adalah penyebab alergi yang paling umum. Berikut sejumlah makanan yang menjadi pemicu alergi pada si Kecil:

  • Susu sapi dan produk olahannya, seperti keju dan yogurt. 
  • Telur.
  • Gandum.
  • Makanan laut (seafood).
  • Kacang-kacangan (kacang tanah, almond, mede, walnut). 
  • Kacang kedelai. 

Bayi bisa mengalami alergi terhadap satu jenis makanan atau lebih dari satu. 

2. Debu dan Serbuk Sari

Menghirup debu atau serbuk sari dapat menjadi penyebab alergi pada bayi. Alergi ini masuk dalam kategori alergi inhalan atau alergen yang masuk melalui saluran napas (dihirup saat bernapas).

Berikut contoh alergennya:

  • Serbuk sari bunga atau tumbuhan. 
  • Spora jamur. 
  • Debu rumah.
  • Telur, feses, air liur serta bagian tubuh lain dari kecoa mati.

Baca Juga: Bintik Merah pada Kulit Bayi dan Cara Mengatasinya

3. Bulu Hewan

Serpihan bulu atau sel kulit mati hewan yang membawa protein dari air liur atau urine juga dapat menjadi penyebab alergi jika terhirup bayi.

Jika si Kecil memiliki riwayat asma, alergi debu atau alergi bulu hewan dapat memperparah kondisi yang dialami bayi.

Gejala yang umum muncul akibat alergi inhalan (yang dihirup) adalah bersin-bersin, napas bunyi grok-grok, hidung meler, serta mata gatal dan merah. 

4. Sengatan Serangga

Sengatan tawon, lebah, atau semut api dapat menjadi penyebab alergi pada bayi. Kebanyakan orang mengalami rasa nyeri dan bengkak pada kulit, tak terkecuali bayi Mama. 

Bahkan, si Kecil bisa saja mengalami gejala alergi kulit yang lebih serius seperti pembengkakan kulit yang parah dan meluas di area yang tersengat, hingga reaksi berat seperti anafilaksis. 

5. Obat-Obatan

Ada beberapa jenis obat yang diketahui dapat menjadi penyebab alergi jika dikonsumsi bayi. Misalnya:

  • Antibiotik.
  • Obat kemoterapi.
  • Insulin. 
  • Obat anti peradangan nonsteroid (NSAID).

Jika disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, gejala alergi yang ditimbulkan dapat termasuk ruam, biduran, gatal-gatal, pembengkakan, hingga sesak napas. 

6. Lateks

Selain lewat jalur konsumsi dan inhalan, kontak langsung antara bahan lateks dengan kulit juga dapat menjadi penyebab alergi pada bayi.

Lateks dapat Mama temukan dari mainan atau perlengkapan bayi yang terbuat dari karet alami, seperti:

  • Sarung tangan karet. 
  • Balon karet tiup. 
  • Bola karet.
  • Karet gelang. 
  • Boneka bebek karet. 

7. Zat Kimia pada Produk Perawatan Bayi

Alergi pada bayi juga dapat disebabkan oleh penggunaan sejumlah produk perawatan yang digunakan si Kecil. Contohnya sabun mandi, sampo, losion, parfum, sunscreen, atau sabun detergen.

8. Suhu Dingin

Paparan suhu dingin pada kulit, baik dari air dingin maupun udara dingin, dapat menjadi penyebab alergi pada bayi.

Paparan suhu dingin dapat menyebabkan tubuh melepaskan histamin, yang memicu gejala biduran atau gatal-gatal pada kulit.

Baca Juga: 10 Penyebab Bruntusan pada Bayi dan Cara Ampuh Mengatasinya

Faktor Risiko Alergi pada Bayi

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko si Kecil mengalami alergi antara lain:

1. Genetik

Kebanyakan penyebab alergi pada bayi dipengaruhi oleh faktor genetik atau diturunkan dalam keluarga. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 40% bayi yang lahir dari ibu yang memiliki alergi akan mempunyai jenis alergi yang sama.

Contohnya, apabila Mama memiliki alergi susu sapi, besar peluang si Kecil akan juga memiliki alergi terhadap susu sapi. 

2. Pemberian Makanan yang Terbatas

Jika bayi sudah memasuki fase MPASI, si Kecil perlu dikenalkan dengan berbagai makanan yang bervariasi untuk mencegah alergi saat ia sudah dewasa nanti.

Terlebih, makanan pemicu alergi seperti makanan laut, kacang-kacangan, telur, dan ikan sebetulnya sangat bermanfaat bagi bayi. 

Dengan memberikan makanan bervariasi, sistem imun tubuh si Kecil mengenali makanan atau zat alergen sejak dini sehingga sistem imunnya tidak memberi respon berlebihan. 

3. Lingkungan Terlalu Bersih

Risiko alergi juga bisa meningkat apabila sejak kecil bayi dibiasakan hidup terlalu bersih dan jarang terpapar alergen dari lingkungan sekitar. 

Lingkungan yang terlalu bersih justru dapat mengurangi paparan terhadap mikroba yang justru dapat bantu perkembangan sistem kekebalan tubuh. 

Akibat sistem imun tubuh bayi yang belum sempet mengenali zat alergen, risiko alergi dapat muncul.

4. Udara Kering dan Lembap

Udara kering dan lembap dapat meningkatkan pertumbuhan jamur dan tungau debu di rumah. Jika terhirup, kondisi ini dapat membuat si Kecil mengalami alergi. 

Maka dari itu, penting bagi Mama dan Papa menjaga udara di rumah supaya tidak terlalu kering ataupun lembap. Gunakan humidifier untuk menjaga kelembapan udara. 

5. Paparan Alergen Lingkungan

Paparan awal terhadap alergen di lingkungan sekitar dapat menjadi penyebab alergi pada bayi. 

Adapun zat pemicu alergi yang umum ditemukan adalah serbuk sari tanaman, bulu atau kotoran hewan peliharaan, tungau, debu, atau polusi udara.

Baca Juga: 10 Penyakit Kulit pada Bayi dan Cara Tepat Mengatasinya

Pilihan Pengobatan untuk Alergi pada Bayi

Penting bagi Mama dan Papa mencari tahu apa penyebab alergi pada bayi dengan memeriksakan si Kecil ke dokter agar gejalanya bisa dikelola dengan baik.

Berikut cara mengobati alergi bayi:

  • Hindari memberikan makanan padat yang memicu reaksi alergi.
  • Hindari memberikan makanan atau minuman pengawet. 
  • Tidak memelihara hewan peliharaan berbulu di dalam rumah.
  • Jika tidak bisa membiarkan hewan peliharaan di luar rumah, jangan biasakan masuk ke dalam kamar tidur Mama dan bayi. Jaga pintu selalu tertutup. 
  • Tidak menggunakan karpet berbulu atau furnitur rumah yang dilapisi kain.
  • Rutin cuci sprei, selimut, serta sarung bantal dan sarung guling seminggu sekali. 
  • Bersihkan dan sterilkan mainan bayi seminggu sekali dengan air panas atau air dingin dan deterjen.
  • Hindari si Kecil dari paparan asap rokok. Minta anggota keluarga yang merokok untuk merokok di luar rumah atau berhenti total.
  • Bersihkan karpet dan furnitur rumah lainnya menggunakan vacuum cleaner 1-2 minggu sekali. 
  • Jika udara sedang dingin, pakaikan si Kecil selimut dan baju tebal.

Apa Alergi Bisa Sembuh Sendiri?

Beberapa jenis alergi dapat berkurang dan sembuh sepenuhnya seiring bertambahnya usia si Kecil. Bahkan, mereka mungkin sudah tidak lagi memiliki alergi saat dewasa. 

Hal ini karena sistem imun tubuh bayi semakin kuat seiring usianya bertambah. Ini artinya, sistem imun si Kecil sudah mampu bereaksi secara wajar saat ada paparan alergen yang masuk ke tubuh.

Untuk meningkatkan kekebalan tubuh si Kecil, cari tahu kiat-kiatnya dengan men-download E-book eksklusif Panduan Dukung Imunitas di 1000 HPK.

Mama juga bisa bertanya langsung pada Nutriclub Expert Advisor untuk mengetahui lebih lanjut tentang cara mengelola alergi si Kecil.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Allergies: Symptoms, Reaction, Treatment & Management. (2016, December 16). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8610-allergies
  2. Miller, K. (2017, January 31). Allergies in Babies and Toddlers. WebMD. https://www.webmd.com/allergies/allergies-babies-toddlers
  3. Verywell. (2024). What Causes Allergies? Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/what-causes-allergies-8638245#toc-common-allergens
  4. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1737/alergi
  5. IDAI | Tips Penghindaran Pencetus Alergi. (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/apa-ya-penghindaran-pencetus-ini
  6. IDAI | Mengenali Alergi Susu Sapi pada Anak. (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenali-alergi-susu-sapi-pada-anak
Artikel Terkait