Pada tahun pertama kehidupannya, bayi belum memiliki daya tahan tubuh yang sempurna sehingga ia sangat rentan terserang berbagai macam penyakit. Terlebih lagi, bagi si Kecil yang lahir dengan metode Caesar, ASI dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan daya tahan tubuh si Kecil yang sempat terganggu akibat kehilangan paparan bakteri baik pada saat kelahirannya.
Kandungan nutrisi pada ASI sangat mudah dicerna dan mengandung antibodi yang berguna bagi daya tahan tubuh bayi dalam melawan virus, bakteri serta mengurangi resiko alergi bagi si Kecil.
Nah, Mama dapat bantu si Kecil agar menjadi lebih kuat dengan memberikan ASI secara eksklusif.
Peran ASI dalam Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi
Setiap tetes ASI yang Mama berikan pada bayi mengandung zat antibodi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya, sehingga menurunkan risiko terserang penyakit infeksi dan non-infeksi seperti:
-
Diare, muntah dan Preterm NEC (Necrotizing enterocolitis).
-
Infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia, RSV (Respiratory Syncytial Virus), dan batuk rejan.
-
Infeksi telinga.
-
Meningitis.
-
Malnutrisi.
-
Obesitas.
-
Asma.
-
Eksim.
-
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
-
Diabetes tipe 2.
-
Leukemia pada masa kanak-kanak.
-
Kerusakan gigi.
-
Celiac dan penyakit radang usus.
Yang perlu Mama ingat adalah terdapat ASI dengan kandungan antibodi tertinggi yang bernama kolostrum. Namun, kolostrum hanya akan diproduksi selama 7 hari setelah melahirkan.
Oleh karena itu, Mama sangat disarankan untuk melakukan IMD alias inisiasi menyusui dini agar si Kecil mendapatkan asupan kolostrum secara optimal.
Pemberian ASI sebaiknya tidak berhenti pada usia 6 bulan ya, Ma. Usahakan Mama terus memberikan ASI hingga si Kecil berusia sekitar 24 bulan. Sebab, pada rentang usia tersebut, ASI masih berperan sebagai sumber nutrisi utama bayi.
Baca juga: Metode Perlekatan Saat Menyusui yang Harus Ibu Ketahui
Cara Kerja ASI dalam Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi
Mungkin Mama bertanya-tanya bagaimana cara kerja ASI di dalam tubuh bayi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Berikut cara kerja ASI yang sebaiknya Mama ketahui supaya semakin semangat mengASIhi si Kecil:
1. Sebagai Imunisasi Pasif
Melalui ASI Mama dapat menurunkan antibodi yang telah dimiliki terhadap suatu penyakit tertentu, lho! Proses penurunan antibodi inilah yang dinamakan imunisasi pasif.
Misalkan, Mama pernah terinfeksi atau diimunisasi Covid-19. Ternyata setelah itu, dalam ASI Mama akan mengalir antibodi Imunoglobulin A, Imunoglobulin G, Lactalbumin, Lactoferin dan lain sebagainya yang secara spesifik dapat melawan virus SARS-CoV-2.
Begitu juga ketika Mama pernah terkena cacar air. Secara otomatis antibodi terhadap cacar air akan diturunkan pada si Kecil melalui ASI.
Namun, imunisasi pasif ini sifatnya sementara ya, Ma. Agar daya tahan tubuhnya semakin kuat ia perlu mendapatkan vaksin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Baca juga: Jadwal Imunisasi Terbaru IDAI 2023 untuk Bayi 0-12 Bulan
2. Mencegah Infeksi Saluran Cerna
Tahukah Mama bahwa saluran cerna si Kecil tersusun dari 40% jaringan limfoid dan 80% sel penghasil antibodi? Oleh karena itu, saluran cerna merupakan salah satu kunci kesehatan si Kecil secara keseluruhan.
Nah, ASI mengandung sel makrofag yang bekerja sebagai pemusnah bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran pencernaan.
Selain berfungsi sebagai pemusnah, sel makrofag juga berperan dalam proses produksi enzim lisozim, laktoferin, sitokin, dan peroksidase serta zat komplemen yang berfungsi mencegah terjadinya infeksi pada saluran cerna.
Ketika saluran cerna si Kecil sehat, maka secara otomatis daya tahan tubuh bayi mungil Mama meningkat.
3. Mengikat Vitamin B12
Selain mengandung sel makrofag, ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12. Vitamin B12 perlu diikat agar tidak digunakan oleh mikroorganisme penyebab infeksi (patogen) untuk berkembang biak.
Oleh karena itu, semakin banyak vitamin B12 yang masuk ke tubuh bayi, semakin terkontrol juga pertumbuhan mikroorganisme baik dan buruk di saluran cerna si Kecil.
Ketika pertumbuhan mikroorganisme baik dan buruk seimbang, daya tahan tubuh si Kecil pun akan semakin meningkat sehingga ia tidak gampang sakit.
4. Menjadi Antioksidan
ASI mengandung zat-zat antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, serta enzim superoxide dismutase, catalase, dan glutathione yang berfungsi mencegah terjadinya peradangan.
Zat-zat antioksidan tersebut bekerja dengan cara melindungi si Kecil dari stres oksidatif sehingga sel-sel tubuhnya tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan.
5. ASI Mengandung Bakteri Baik
Nah, seperti yang telah Mama baca di bagian sebelumnya, keberadaan mikroorganisme di dalam saluran cerna si Kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap perkembangan sistem imun tubuh.
Secara alami, janin masih steril dari mikroorganisme apa pun. Saluran cerna si Kecil baru akan mulai dihuni mikroorganisme beberapa jam setelah dilahirkan. Jumlahnya akan terus bertambah seiring dengan pertambahan usia.
Ketika bayi mendapatkan ASI secara eksklusif, saluran cernanya akan didominasi oleh bakteri baik seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus. Bahkan saat waktu penyapihan tiba, jumlah bakteri baik di dalam saluran pencernaan si Kecil sudah mirip dengan orang dewasa.
Keberadaan bakteri baik inilah yang membuat bayi dengan ASI eksklusif memiliki mekanisme proteksi dan maturasi sistem pertahanan cerna yang lebih baik, sehingga mereka lebih tidak gampang sakit.
Oh iya, Ma, bakteri baik dalam saluran pencernaan disebut juga sebagai probiotik.
Baca juga: 4 Manfaat Prebiotik untuk Bayi dan Cara Penuhi Asupannya
6. ASI Mengandung Prebiotik
Prebiotik adalah jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik sehingga meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Nah, prebiotik yang terkandung di dalam ASI bernama oligosakarida. Ketika masuk ke dalam tubuh si Kecil, oligosakarida akan langsung menuju usus besar dan menjadi bahan makanan bagi bakteri baik.
7. Membantu Regenerasi Saluran Cerna
Ma, oligosakarida yang terkandung dalam ASI tidak hanya berfungsi sebagai makanan bagi probiotik namun juga dapat membantu regenerasi saluran cerna.
Di dalam usus besar, oligosakarida akan difermentasi secara cepat dan selektif oleh bakteri baik sehingga terbentuklah asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid - SCFA).
Nah, SCFA sendiri berfungsi sebagai sumber energi bagi sel-sel permukaan saluran cerna yang rusak karena infeksi untuk melakukan regenerasi. Jadi, saluran cerna si Kecil kembali sehat dalam waktu yang lebih cepat.
8. Bantu Menciptakan Lingkungan Ideal bagi Probiotik
Asupan ASI membuat terciptanya lingkungan asam yang ideal bagi probiotik untuk tumbuh dan beraktivitas. Kabar baiknya, lingkungan asam sangat tidak cocok bagi patogen untuk tumbuh.
Jadi, probiotik dapat berkompetisi dengan patogen untuk menempel pada dinding saluran cerna dan memperebutkan makanan. Bukan itu saja, ketika jumlah bakteri baik seimbang, mereka juga akan menghasilkan substansi yang dapat menghambat aktivitas patogen, Ma.
9. Bantu Pertahanan Saluran Cerna
Ma, saluran cerna merupakan organ yang paling terpapar lingkungan luar dan merupakan tempat masuknya zat asing ke dalam tubuh, baik makanan maupun mikroorganisme.
Oleh karena itu, saluran cerna harus berada pada kondisi yang prima, agar dapat menjadi garda terdepan dari serangan patogen dan zat alergen.
Nah, ASI mengandung IgA sekresi yang berperan dalam meningkatkan pembentukan mukus, substansi berupa lendir yang melindungi sel-sel permukaan saluran cerna. Alhasil, patogen tidak dapat masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh bayi.
Mukus bayi yang mendapatkan ASI juga ternyata didominasi oleh bakteri baik bernama Bifidobacterium bifidum sehingga menurunkan reaksi alergi pada si Kecil.
Di samping itu, bakteri baik juga menghasilkan asam laktat yang dapat mengurangi gejala klinis intoleransi laktosa dengan memproduksi enzim laktase.
10. Bantu Penyerapan Air di Usus Besar
Keunikan kandungan ASI yang terdiri dari oligosakarida dan laktosa juga membuat penyerapan air di usus besar menjadi lebih optimal. Maka dari itu, bayi dengan ASI eksklusif cenderung memiliki tekstur feses yang lunak (tidak cair).
Cara kerja tersebut secara otomatis membuat bayi dengan ASI eksklusif sangat jarang mengalami konstipasi. Apabila ia mengalami konstipasi, biasanya yang perlu dikoreksi adalah makanan yang dikonsumsi oleh Mama atau bahan makanan yang digunakan untuk MPASI.
Apabila pertahanan saluran pencernaan tidak optimal si Kecil akan rentan terserang infeksi dan cenderung lebih tidak toleran terhadap zat alergen.
Baca juga: Nutrisi Terbaik untuk Perkembangan Daya Tahan Tubuh Si Kecil
Ma, proses memberikan ASI kepada si Kecil memang tidak selalu indah, ya. Ada kalanya Mama dan si Kecil sama-sama lelah dan menangis.
Walau begitu, kami harap Mama jadi lebih semangat dalam mengASIhi setelah mengetahui betapa besarnya peran ASI dalam meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Mama, yuk, dapatkan lebih banyak tips dan informasi penting seputar kesehatan si Kecil di setiap fase pertumbuhannya dengan mengunduh Parenting E-book eksklusif dari MyNutriclub. Gratis!