Polio atau disebut juga poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan polio paling rentan menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Sebagai orang tua, Mama tentu ingin si Kecil terhindar dari berbagai penyakit agar ia bisa terus tumbuh optimal. Selain dengan memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi, cara efektif untuk mencegah penularan penyakit berbahaya pada bayi, seperti polio, adalah lewat imunisasi. Sebab, imunisasi dapat merangsang kekebalan tubuh untuk menciptakan antibodi yang akan melawan berbagai virus atau bakteri penyebab penyakit menular.
Manfaat Vaksin Polio untuk Bayi
Virus polio sangat mudah menular sehingga penyakit ini kembali ditetapkan oleh Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI sebagai kejadian luar biasa (KLB) sejak akhir 2022 lalu. Yang menjadi pemicu ialah rendahnya cakupan vaksinasi secara nasional. Artinya, masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi polio.
Virus polio dapat memasuki tubuh bayi melalui melalui percikan air liur atau dahak dari orang sekitar yang mengidap polio dan kemudian terhirup bayi, atau dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan feses dari orang yang terinfeksi. Kemenkes menyebutkan, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lalat dapat memindahkan virus polio dari feses ke makanan secara pasif.
Penyakit ini menyerang sistem saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga yang paling fatal adalah kematian. Penyakit ini juga dapat menyebabkan meningitis, yaitu infeksi pada sumsum tulang belakang atau otak.
Hingga saat ini polio tidak bisa disembuhkan karena belum ditemukan pengobatan yang efektif. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sangat menekankan pentingnya setiap orang tua segera melengkapi vaksinasi pada bayi dan anak-anak, termasuk imunisasi polio. Vaksin polio terbukti dapat menurunkan angka penyakit polio hingga 99%.
Imunisasi adalah proses untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah mati atau dilemahkan. Setelah vaksin masuk, sistem imun tubuh akan bereaksi dengan membentuk antibodi dan imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
Jadi jika ada bibit penyakit yang masuk, sistem imun si Kecil otomatis sudah siap untuk melawan serangannya sebelum virus atau bakteri berbahaya tersebut berkembang biak dan menyebabkan infeksi.
Dengan melengkapi imunisasi, status kesehatan si Kecil juga semakin meningkat sehingga berdampak pada kualitas tumbuh kembang bayi di masa depan.
Baca Juga: 10 Penyebab Anak Gampang Sakit dan Penyakit Umum Balita
Jadwal Pemberian Vaksin Polio untuk Bayi
Sesuai dengan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio yang wajib akan diberikan sebanyak 4 kali dan tambahan 1 kali vaksin booster untuk membantu meningkatkan antibodi sehingga risiko penularan virus polio bisa terus ditekan.
Vaksin polio itu sendiri terdapat dua jenis, yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio yang tidak aktif (IPV). Kedua jenis vaksin ini harus bayi dapatkan sebagai bagian dari jadwal vaksinasi dasar.
Lantas, apa perbedaan OPV dan IPV? Vaksin polio oral (OPV) adalah jenis vaksin yang diteteskan di mulut bayi. Jenis vaksin ini menggunakan virus polio yang masih hidup tetapi dilemahkan.
Virus ini masih berkembang di usus, sehingga bisa merangsang kekebalan tubuh untuk menciptakan antibodi terhadap virus polio liar. Itu artinya, jika virus polio liar masuk ke tubuh bayi, maka virus akan dimatikan oleh antibodi yang telah terbentuk dari vaksin tersebut. Jangan khawatir dengan deskripsi “virus hidup yang dilemahkan”, karena jenis vaksin ini tidak akan memicu penyakit. Vaksin polio oral sangatlah aman dan efektif.
Sementara itu, vaksin polio tidak aktif (IPV) diberikan dengan cara disuntik di otot lengan atau paha, tergantung usia si Kecil. Mengutip IDAI, vaksin ini berisi virus polio yang sudah mati, sehingga tidak bisa berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan di usus.
Meski demikian, vaksin ini dapat membentuk antibodi di dalam darah. Jadi jika ada virus polio liar yang masuk ke dalam usus, virus masih bisa berkembang biak, tapi bayi tidak akan memunculkan gejala sakit karena sudah ada antibodi di dalam darahnya.
Oleh karena itu, penting bagi bayi mendapatkan kedua jenis vaksin polio, yaitu vaksin oral dan vaksin suntik untuk mematikan virus polio liar yang ada di ususnya, sehingga dapat menghentikan penularan penyakit.
Imunisasi polio tetes (OPV) diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu yang disebabkan oleh virus polio. Imunisasi polio suntik (IPV) akan juga diberikan 1 kali pada usia 4 bulan dan 9 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
OPV sebaiknya ditunda apabila si Kecil sedang mengalami demam dan boleh diberikan setelah ia sembuh. Jika vaksin terlambat diberikan, tidak perlu mengulang pemberiannya dari awal, tapi lanjutkan sesuai dengan jadwalnya.
Baca Juga: 10 Cara Merawat Bayi Baru Lahir yang Wajib Mama Tahu
Apa Saja Efek Samping dari Vaksin Polio?
Sama seperti jenis vaksin lainnya, ada beberapa efek samping yang dapat dirasakan si Kecil setelah mendapatkan imunisasi polio, baik IPV maupun OPV. Meski demikian, dampaknya cenderung ringan dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Setelah mendapat suntikan, kemungkinan akan timbul kemerahan di area bekas suntikan. Bayi juga bisa mengalami demam ringan setelah imunisasi.
Pada kasus yang sangat langka, vaksin polio dapat memiliki efek samping serius, yaitu reaksi alergi. Namun, kejadian ini sangatlah jarang terjadi, hanya sekitar 1 dari 1 juta pemberian vaksin polio.
Mama perlu bawa ke dokter jika setelah divaksin si Kecil mengalami gejala alergi di bawah ini.
-
Gatal.
-
Mual.
-
Muntah.
-
Pusing.
-
Kulit yang pucat.
-
Kesulitan bernapas.
-
Tekanan darah rendah.
-
Bengkak di area wajah dan bibir.
Yang perlu diingat, manfaat imunisasi itu lebih besar dibandingkan dengan efek sampingnya. Oleh karena itu, bayi tetap wajib mendapatkan imunisasi agar kekebalan tubuhnya terbentuk optimal untuk melawan berbagai penyakit menular yang berbahaya.
Yang harus Mama dan Papa lakukan adalah terus memantau kondisi si Kecil setelah divaksin. Jika ada gejala atau perubahan tak biasa yang ditunjukkan si Kecil, segera konsultasikan ke dokter. Mama bisa kunjungi tools Health Immune Checker untuk mengetahui berbagai solusi praktis meredakan tangisan bayi yang tidak kunjung berhenti setelah imunisasi.
Unduh juga E-book Eksklusif Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh di 1000 Hari Pertama Anak sebagai pegangan Mama mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil. Gratis!