Jenis-jenis imunisasi untuk anak memang sangat banyak. Imunisasi ini tidak hanya si Kecil dapatkan satu kali, karena biasanya ada dosis lanjutan yang disebut dengan vaksin booster.
Pengulangan ini ada tujuannya, Ma, yakni untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh si Kecil untuk “memperpanjang” efek perlindungan vaksin terhadap paparan infeksi penyakit.
Lantas, apa saja rangkaian imunisasi lanjutan yang perlu diterima si Kecil? Yuk, simak jawaban selengkapnya dalam artikel ini!
Kenapa Imunisasi Lanjutan Anak Sangat Penting?
Imunisasi adalah sebuah proses memasukkan bakteri atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh anak. Anak perlu imunisasi sejak baru lahir untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah terpapar berbagai infeksi penyakit.
Jadi, ketika ada virus atau bakteri sejenis yang ingin menyerang si Kecil, sistem kekebalan tubuhnya sudah mengenal dan mengetahui bagaimana cara melawannya.
Inilah yang akhirnya membuat ia akan lebih “kebal” dari serangan penyakit menular. Alasan ini pula yang membuat imunisasi menjadi sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Nah, ada banyak jenis imunisasi yang pemberiannya harus diulang berkali-kali. Terkadang, satu kali pemberian tidak cukup untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam merespons virus yang masuk.
Pemberian imunisasi berulang dapat membangkitkan respon imun yang lebih baik. Selain itu, imunisasi lanjutan bertujuan untuk memberikan perlindungan tambahan.
Beberapa vaksin imunisasi memberi tingkat perlindungan yang rendah setelah satu kali pemberian. Ini yang membuat pemberian imunisasi yang harus diulang selanjutnya dapat memberikan perlindungan yang lebih besar.
Apa Saja Jenis Imunisasi Lanjutan yang Perlu Diberikan?
Selain imunisasi wajib saat anak masih bayi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan Mama dan Papa mendapatkan imunisasi lanjutan untuk anak. Berikut adalah rinciannya berdasarkan jadwal imunisasi IDAI terbaru tahun 2020.
1. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi untuk anak ini bisa didapatkan sebanyak lima kali.
-
Usia 2 bulan.
-
Usia 4 bulan.
-
Usia 6 bulan.
-
Usia 18 bulan.
-
Usia 5 tahun.
Setelah itu, si Kecil mendapatkan vaksin Td atau Tdap pada usia 10-12 tahun sebagai booster untuk melindungi anak dari tetanus dan difteri.
2. Hepatitis B (HB)
Jika melihat dari tabel jadwal imunisasi IDAI terbaru 2020, anak akan mendapatkan imunisasi hepatitis B (HB) dengan rincian sebagai berikut:
-
Kurang dari 24 jam setelah anak lahir.
-
Bayi berusia 1-2 bulan.
-
Bayi usia 6-18 bulan.
Jika vaksin hepatitis B bersamaan dengan DPT, pemberian imunisasi ini bisa bayi dapatkan saat berusia 2, 3, dan 4 bulan.
3. Polio
Bayi akan mendapatkan imunisasi polio tipe Oral Poliovirus Vaccine (OPV) ketika ia baru lahir sampai usia 1 bulan. Kemudian, ada imunisasi lanjutan setiap bulan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Lalu pada usia 18 bulan, imunisasi polio lanjutan bisa anak dapatkan untuk mendapat kekebalan tubuh yang sempurna dari penyakit polio.
4. Pneumokokus (PCV)
Pneumokokus (PCV) adalah jenis imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, di antaranya radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia). Penyakit pneumokokus merupakan penyebab kematian yang paling tinggi pada anak balita.
Untuk itu, jenis imunisasi ini perlu diulang. Pada anak usia kurang dari 1 tahun, pemberian PCV setiap dua bulan, seperti pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian keempat vaksin PCV ini pada bayi usia 12-15 bulan.
5. Campak
Imunisasi campak diberikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit campak yang mudah menular.
Nah, menurut jadwal imunisasi IDAI terbaru, bayi usia 9 bulan sudah bisa menerima vaksin MMR. Lalu, imunisasi campak lanjutan akan dilakukan pada usia 18 bulan dan menginjak 5 tahun.
6. MMR
Imunisasi lanjutan lainnya adalah vaksin MMR membantu untuk mencegah si Kecil mengalami penyakit mumps (gondong) dan rubella (campak jerman).
Jika anak sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, pemberian vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan (minimal jarak pemberian 6 bulan dari vaksin campak).
7. Rotavirus
Imunisasi rotavirus bertujuan untuk mencegah diare akibat rotavirus. Rotavirus bisa menyebabkan diare sampai membuat tubuh anak dehidrasi akibat kekurangan cairan.
Sesuai jadwal imunisasi IDAI, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 dosis, yaitu pada usia 2 bulan dan 4 bulan dosis pertama mulai usia 6-12 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, dan dosis kedua diberikan paling lambat 24 minggu atau 6 bulan.
Sementara itu, jadwal vaksin rotavirus pentavalen diberikan dalam 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 6-12 minggu. Dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Dosis ketiga paling lambat diberikan pada usia 32 minggu atau 8 bulan.
8. Varisela
Vaksin varisela adalah jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi virus penyebab penyakit cacar air.
Menurut panduan jadwal imunisasi IDAI terbaru, imunisasi varisela diberikan sejak anak usia 12-18 bulan.
Pada usia 1 – 12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Lalu, pada usia 13 tahun atau lebih diberikan 2 dosis dengan interval 4-6 minggu.
9. Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A diberikan untuk mencegah infeksi virus hepatitis A yang dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang terinfeksi.
Pemberian imunisasi diberikan kepada anak mulai usia 1 tahun. Anak akan menerima imunisasi hepatitis A sebanyak 2 kali dengan interval atau jeda 6-12 bulan setelah suntikan pertama.
Pemberian pertama kali adalah saat anak berusia 2 tahun dan imunisasi lanjutan 6-12 bulan kemudian.
10. Influenza
Imunisasi influenza diberikan mulai bayi berusia 6 bulan yang diulang setiap tahun.
Pada usia 6 bulan sampai 8 tahun, imunisasi pertama diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Sementara itu, usia di atas 9 tahun akan mendapat imunisasi pertama sebanyak 1 dosis.
11. Tifoid
Imunisasi tifoid berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri Salmonella typhii, yakni penyebab penyakit tipes.
Anak akan menerima vaksin tifoid pertama kali saat anak berusia 2 tahun. Imunisasi tifoid lanjutan bisa anak dapatkan setiap tiga tahun sekali.
12. Japanese Ensefalitis
Vaksin Japanese Ensefalitis (JE) digunakan untuk mencegah infeksi virus Japanese Encephalitis penyebab penyakit radang otak. Umumnya, jenis vaksin ini diberikan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah tersebut.
Area endemis JE di Indonesia antara lain adalah Bali, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jakarta.
Di panduan jadwal imunisasi IDAI, jenis vaksin ini diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang anak dapat diberikan imunisasi lanjutan 1-2 tahun kemudian.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Imun Tubuh Anak agar Tidak Mudah Sakit
Dengan membaca ulasan di atas, kini Mama sudah mengetahui pentingnya imunisasi lanjutan serta jenis-jenisnya yang harus diberikan pada si Kecil. Pastikan tidak ada jadwal imunisasi yang terlewatkan agar anak tumbuh sehat dengan lebih optimal.
Nah, agar Mama dapat lebih maksimal menemani tumbuh kembang si Kecil, perkaya informasi tentang cara meningkatkan daya tahan tubuh bayi dengan mengunduh Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh di 1000 Hari Pertama Si Kecil. Gratis!