Loading...
seluk-beluk-alergi-pada-balita_large
Imunitas

Seluk-Beluk Alergi Pada Balita

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Gejala Alergi pada Balita

Balita bisa saja mengalami alergi. Ibu sebaiknya mengetahui lebih jauh mengenai seluk-beluk alergi pada balita, mulai dari gejala, penyebab hingga cara mencegah kejadian alergi. Berikut adalah informasi dari Tim Ahli Nutriclub.

Gejala Alergi pada Balita

Alergi adalah suatu reaksi daya tahan tubuh yang berlebihan terhadap paparan zat pemicu alergi (alergen). Ada 5 jenis antibodi yang membentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu immunoglobulin G, A, M, E, dan D.

Bila si Kecil menderita alergi, maka jenis antibodi yang paling banyak berperan dan memiliki kadar tinggi adalah immunoglobulin E (IgE) terutama kadar IgE spesifik terhadap alergen (zat yang mencetuskan gejala alergi) tertentu.

Gejala alergi pada pencernaan

Nyeri perut, kolik, mual, muntah, kembung, diare dan sembelit.

Gejala alergi pada kulit

Muncul bentol-bentol merah di permukaan kulit yang disertai rasa gatal (urtikaria/biduran/kaligata), atau dermatitis atopik (eksim) berupa ruam-ruam merah dan kasar yang biasanya muncul di pipi, siku bagian dalam dan belakang lutut. 

Gejala alergi pada saluran pernapasan

Sesak napas berulang, batuk pilek berulang, napas berbunyi, bersin-bersin, gatal pada hidung, atau hidung tersumbat. Keluhan ini terjadi pada saat tidak mengalami infeksi.

Penyebab Alergi

- Makanan

Telur, susu sapi, makanan laut (ikan, udang, kepiting), kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, kacang mede atau kacang lainnya), gandum. Alergi susu sapi atau intoleransi laktosa adalah jenis alergi yang umum pada bayi dan balita.

- Hirupan

Tungau debu rumah, bulu binatang, kecoa, polen.

- Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan akan sulit diterima oleh tubuh beberapa orang dan efeknya akan memunculkan alergi.

Did you know?

”Jika kedua orangtua mengalami alergi, maka si Kecil memiliki peluang 40-60% untuk juga mengalami alergi. Ketahui selengkapnya di sini.

Uji Deteksi Alergi

Ada 3 cara untuk melakukan pendeteksian alergi ini yang dapat dilakukan untuk memandu pencarian pencetus gejala alergi: 

- Uji Tusuk Kulit

Prosedur: ekstrak alergen diteteskan pada permukaan kulit lengan bawah, kemudian ditusuk/scratch dengan jarum khusus sehingga cairan ekstrak alergen masuk ke dalam kulit. Reaksi positif dinyatakan dengan timbulnya bentol yang berdiameter minimal 3 mm dan terasa gatal.

- Pemeriksaan IgE spesifik dalam darah

Prosedur: pengambilan darah untuk pemeriksaan IgE spesifik terhadap alergen tersebut.

- Uji Eliminasi Provokasi

Prosedur: menerapkan eliminasi (meniadakan) beberapa makanan penyebab alergi selama 2-4 minggu. Bila gejala penyakit alergi menghilang maka dilanjutkan dengan pemberian makanan (provokasi) yang dicurigai dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila setelah provokasi timbul kembali gejala alergi, maka makanan tersebut adalah pencetus gejala alergi pada anak.

Uji ini harus dilakukan dalam pengawasan dokter untuk menghindari eliminasi yang berlebihan dan mengganggu tumbuh kembang anak. Pemeriksaan uji tusuk kilit dan IgE spesifik hanya menandakan sensitisasi suatu alergen baik makanan maupun hirupan. Korelasinya terhadap gejala alergi harus dinilai kembali oleh dokter, karena tidak setiap hasil positif menandakan alergen tersebut sebagai pencetus alergi pada anak. Pemeriksaan yang dapat memastikan pencetus alergi adalah uji eliminasi dan provokasi.

Cara Mencegah Terjadinya Alergi

Cara yang dianjurkan untuk pencegahan alergi adalah:

- ASI eksklusif selama 6 bulan.

- Formula hidrolisat parsial dapat diberikan pada anak yang oleh sesuatu sebab tidak bisa mendapatkan ASI. Namun, perlu diingat, formula ini hanya dapat mengurangi risiko terjadinya dermatitis atopik/eksim, tetapi tidak asma atau rinitis alergi (pilek alergi).

- Menghindari asap rokok sejak awal kehamilan.

- Apabila di dalam keluarga terdapat riwayat salah satu atau kedua orang tua alergi, untuk anak yang mengonsumsi susu pertumbuhan setelah selesai dengan ASI eksklusif, disarankan memilih formula susu sapi yang terhidrolisat sebagian.

Cara yang tidak dianjurkan untuk mencegah alergi pada bayi atau balita adalah:

- Menghindari makanan alergenik seperti susu sapi, telur, kacang tanah, seafood pada saat ibu hamil.

- Menghindari makanan alergen pada saat ibu menyusui.

- Menunda pemberian makanan padat. Makanan padat dapat diberikan secara bertahap sesuai usianya. Tidak perlu dilakukan penundaan seperti susu diberikan sesudah usia 1 tahun, telur sesudah 2 tahun, atau seafood sesudah 3 tahun, karena ternyata tidak mengurangi risiko terjadinya alergi.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
Artikel Terkait