Memelihara binatang memberikan banyak sekali manfaat untuk si Kecil, mulai dari perkembangan emosional dan memberikan pelajaran tentang kehidupan sesama makhluk hidup. Namun, jangan pula sampai abai merawat kesehatan binatang peliharaan di rumah, ya! Sebab jika anjing atau kucing peliharaan tidak pernah mendapat vaksin rabies, si Kecil juga memiliki risiko untuk tertular penyakit ini.
Saat ini rabies menjadi salah satu masalah kesehatan cukup besar di Indonesia. Bahkan kasus rabies di Indonesia saat ini sudah masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah.
Dalam tiga tahun terakhir, kasus gigitan hewan rabies mencapai hingga lebih dari 80.000 kasus dengan rata-rata kematian mencapai 68 orang. Menurut Kementerian Kesehatan, hingga Juni 2023 ini sudah ada 11 kasus kematian akibat rabies di Indonesia. Dari 11 kasus tersebut 95% ditularkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi rabies.
Maka selain memastikan peliharaan di rumah mendapatkan vaksin yang lengkap, pastikan juga si Kecil mendapatkan imunisasi rabies untuk mencegah penularan rabies. Untuk mengetahui penjelasan lengkap mengenai vaksin rabies untuk anak, simak artikel ini sampai habis, ya, Ma.
Apa Itu Rabies?
Rabies sendiri merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke manusia. Infeksi rabies ini menjadi penyakit menular akut, menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus Lyssavirus. Virus yang bisa menular melalui air liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan yang terinfeksi rabies.
Hewan yang berisiko tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies, seperti anjing, kelelawar, kucing, dan kera.
Apa Akibat Rabies pada Manusia?
Rabies pada manusia memiliki perkembangan gejala yang bertahap. Biasanya dimulai dengan gejala awal yang mirip flu, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Kemudian, dalam beberapa kasus, gejala ini dapat disertai dengan rasa gatal atau nyeri pada lokasi gigitan hewan yang terinfeksi rabies.
Seiring berjalannya waktu, penyakit ini berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Gejala neurologis yang muncul termasuk gangguan perilaku, kecemasan, kebingungan, halusinasi, kesulitan tidur, kesulitan menelan, serta kelumpuhan otot. Pada tahap lebih lanjut, gejala-gejala tersebut dapat berlanjut menjadi kejang, kegilaan, dan koma.
Rabies bisa berakibat fatal jika tidak diobati tepat waktu. Tapi, ada peluang untuk sembuh jika pasien yang tergigit segera mendapatkan perawatan medis yang tepat. Salah satunya imunisasi pasif menggunakan imunoglobulin rabies dan pemberian vaksin rabies.
Jika diberikan sesegera mungkin setelah terpapar virus, vaksin dapat membantu mencegah perkembangan penyakit ini dan memberikan kesempatan untuk sembuh. Kematian akibat rabies biasanya disebabkan oleh keterlambatan mendapat pengobatan medis darurat.
Baca Juga: 8 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Anak agar Tidak Mudah Sakit Jelang Masuk Sekolah
Kapan Harus Suntik Vaksin Rabies?
Untuk mencegah penularan rabies, Mama dapat memberikan si Kecil vaksin rabies. Sebenarnya ada 2 jenis vaksin rabies yang dapat diberikan pada si Kecil. Vaksin rabies sebagai pencegahan dan vaksin yang diberikan setelah mengalami gigitan hewan yang diduga terinfeksi rabies.
Untuk vaksin sebagai pencegahan atau yang belum pernah menerima vaksin rabies, memerlukan 3 dosis vaksin yang dapat diberikan selama 28 hari atau bahkan bisa lebih cepat dalam 1 hingga 2 minggu saja tergantung kebutuhan.
Vaksin ini akan diberikan mulai dari hari pertama, dilanjutkan dosis kedua pada hari ke-7 atau seminggu setelah dosis pertama, pemberian dosis ketiga dapat diberikan pada 7 hari kemudian atau 14 hari setelahnya, tergantung waktu yang dibutuhkan.
Selain itu, untuk memperkuat antibodi dari virus rabies juga dapat diberikan immunoglobulin rabies ketika mendapat dosis pertama vaksin atau segera setelahnya.
Jika si Kecil sudah pernah menerima vaksinasi rabies sebelumnya dan mengalami gigitan dari hewan yang mengidap rabies, maka akan mendapatkan 2 dosis vaksin sesegera mungkin untuk menghindari risiko penularan yang lebih berbahaya.
Pemberian vaksin rabies ini sebenarnya tidak dapat ditentukan pada usia berapa anak harus mendapatkannya. Vaksin rabies dapat diberikan ketika si Kecil berada di lingkungan yang mempunyai risiko besar penularan rabies atau akan melakukan perjalanan ke tempat yang mempunyai bahaya penularan rabies.
Baca Juga: Jadwal 12 Imunisasi Lanjutan yang Perlu Anak Dapatkan
Efek Samping Vaksin Rabies
Setiap pemberian vaksinasi pasti akan memunculkan efek samping, seperti vaksin rabies ini yang memang merupakan penyuntikan virus yang telah dilemahkan yang akan merangsang tubuh membentuk antibodi untuk menghadapi virus rabies.
Umumnya pemberian vaksin hanya akan menimbulkan efek samping yang ringan dan tidak bertahan lama seperti nyeri di area suntikan. Berikut ini beberapa efek samping yang perlu Mama ketahui ketika si Kecil mendapatkan vaksin rabies:
-
Pembengkakan atau rasa sakit di sekitar area suntikan.
-
Sakit kepala.
-
Ruam yang timbul dan gatal.
Selain efek samping secara umum yang akan dialami setelah mendapatkan vaksin, terdapat gejala yang lebih serius yaitu munculnya reaksi alergi. Hanya saja, reaksi alergi ini cenderung jarang terjadi, jika Mama melihat adanya tanda-tanda reaksi seperti gatal-gatal, pembengkakan pada wajah dan tenggorokan, kesulitan bernapas, detak jantung cepat, pusing, hingga lemas, segera membawanya ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Cara Pencegahan Rabies pada Anak
Selain dengan pemberian vaksin, Mama juga perlu melakukan beberapa tindakan-tindakan pencegahan lain agar si Kecil aman dari risiko penularan penyakit berbahaya ini, seperti:
-
Jika mempunyai hewan peliharaan segera melakukan vaksinasi rabies.
-
Mendapat vaksinasi rabies untuk seluruh anggota keluarga.
-
Hindari kontak langsung dengan hewan liar yang terinfeksi virus rabies.
-
Jika memiliki hewan peliharaan agar menghindari kontak dengan hewan liar lain.
-
Segera melaporkan ke petugas kesehatan jika melihat orang atau hewan di sekitar lingkungan yang mempunyai gejala rabies.
Walaupun tidak semua hewan liar mengidap rabies, jika si Kecil mengalami serangan dari hewan dan terdapat luka ringan maupun serius, Mama harus segera memberikan pertolongan pertama pada si Kecil.
Mulai dari membersihkan luka dengan air bersih dan memberikan antiseptik selama 15 menit, dilanjutkan dengan pemberian obat antibiotik, setelah itu langsung segera membawanya ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut seperti pemberian serum anti rabies. Penanganan secara cepat dan tepat akan menghindari penularan rabies lebih parah pada anak.
Semoga artikel ini dapat membuat Mama untuk lebih waspada dan menjaga si Kecil terhindar dari bahaya penularan rabies di lingkungan sekitar, ya! Dan untuk bantu meningkatkan kekebalan tubuh si Kecil dari pola makannya sehari-hari, yuk, unduh E-Book Nutrition for Immunity!