Loading...
Segala Hal tentang Vaksin DBD Anak yang Mama Harus Tahu - Nutriclub
Imunitas

Kapan Anak Harus Dapat Vaksin DBD?

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 13 Agustus 2023


  • Mengapa DBD Lebih Sering Terjadi pada Anak-Anak?
  • Apa Akibatnya Jika DBD pada Anak Tidak Ditangani?
  • Apakah Vaksin DBD Efektif Mencegah Demam Berdarah? 
  • Apakah si Kecil Perlu Vaksinasi Dengue?
  • Apakah Anak yang Pernah Terkena Infeksi Dengue Perlu Vaksin DBD?
  • Cara Pencegahan DBD pada Anak

Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyebab kematian anak yang cukup tinggi di sebagian negara Asia, termasuk Indonesia. Untungnya ada beberapa cara mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah DBD. Mulai dari rutin membersihkan atau menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, hingga fogging rutin untuk memberantas sarang nyamuk. Selain itu, ada cara lain untuk menambah upaya perlindungan pada anak, yaitu mendapatkan vaksin DBD. Yuk, Ma, pahami lebih lanjut tentang penyakit demam berdarah serta aturan pemberian vaksin DBD untuk anak!

Mengapa DBD Lebih Sering Terjadi pada Anak-Anak?

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang membawa virus dengue.

Umumnya, demam berdarah menyerang anak-anak berusia kurang dari 15 tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, pada 2022 terdapat total 131.265 kasus dengue, dan sekitar 40% dari jumlah tersebut terjadi pada anak usia 0-14 tahun.

Anak-anak lebih rentan tertular DBD karena banyak hal. Pertama karena nyamuk lebih mudah dan cepat berkembang biak di daerah tropis, seperti Indonesia dengan iklim lingkungan yang lembap.

Kedua, karena aktivitas nyamuk aedes aegypti sama dengan aktivitas anak, yakni di pagi dan sore hari yang notabene adalah waktu bagi anak bermain atau beraktivitas di luar ruangan. Itu sebabnya, penderita DBD mayoritas berasal dari anak-anak. Faktor yang ketiga adalah karena anak-anak usia kurang dari 15 tahun masih memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rendah.

Faktor yang keempat adalah karena masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk lebih cepat pada suhu lingkungan yang hangat. Artinya, di iklim tropis seperti Indonesia nyamuk punya lebih banyak kesempatan untuk menginfeksi banyak orang sekaligus dalam waktu singkat.

Baca Juga: Pertolongan Pertama Demam Berdarah pada Anak dan Pencegahannya

Apa Akibatnya Jika DBD pada Anak Tidak Ditangani?

Kebanyakan kasus demam berdarah derajat ringan memang dapat sembuh dengan pengobatan di rumah.  Biasanya, gejala DBD mulai dirasakan anak sekitar 4–10 hari setelah digigit nyamuk penyebab demam berdarah dan bisa berlangsung selama 2–7 hari. Gejala DBD pada anak bisa dikenali dengan demam yang tinggi hingga mencapai 40°C.

Pada anak-anak, demam bisa turun selama 1 hari hingga < 38°C, tapi kemudian naik lagi. Saat demamnya sedang turun, anak memasuki masa kritis karena saat ini ia berisiko mengalami DBD yang berat. Namun, justru di fase kritis inilah orang tua wajib lebih waspada. 

Fase kritis DBD bisa terjadi dalam 3-7 hari setelah anak mengalami demam, yang berlangsung selama 24 hingga 48 jam. Kendati demam sudah mulai menurun dan anak tampak pulih, pendarahan masih terus terjadi di dalam tubuh. Alhasil, detak jantung dan tekanan darah berfluktuasi. 

Pada kasus DBD yang berat, gejala bisa semakin buruk dan berakibat fatal. Gejala DBD berat bisa menyebabkan kebocoran pembuluh darah, penumpukan cairan pada rongga perut atau paru-paru (edema), atau perdarahan parah. Dalam kasus parah, tekanan darah bisa turun ke tingkat yang sangat rendah sampai merusak organ vital, seperti ginjal dan hati.

Masih dari data milik Kemenkes RI, dari total 1.135 kasus kematian akibat DBD pada tahun 2022  sekitar 73% di antaranya terjadi pada anak-anak usia 0-14 tahun. Data ini menunjukkan bahwa anak-anak merupakan kelompok yang rentan dan berisiko tinggi dalam terkena penyakit DBD dan mengalami dampak serius dari penyakit tersebut.

Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Anak Sehat dan Punya Imunitas yang Baik

Apakah Vaksin DBD Efektif Mencegah Demam Berdarah? 

Vaksin dengue pertama kali dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2016 dan sudah diresmikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).  

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), virus dengue memiliki 4 serotipe yang berbeda: DEN-1, DEN-2, DEN-2, dan DEN-4. Vaksin demam berdarah yang tersedia saat ini adalah vaksin CYD-TDV, yang berisi virus Dengue hidup dilemahkan dan dapat melindungi tubuh dari keempat serotipe virus DBD.

Biasanya anak yang digigit nyamuk aedes aegypti hanya terpapar oleh satu serotipe virus saja. Lewat imunisasi dengue, tubuh anak dapat membangun kekebalan terhadap semua serotipe virus DBD.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan vaksin ini memiliki hasil efikasi terbaik pada anak usia 9-16 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, vaksin dengue terbukti memiliki efikasi 56,5 % untuk mencegah penularan DBD sebesar 56,5% dan menurunkan risiko perawatan (ranap) di rumah sakit sebanyak 80% serta mengurangi risiko menderita Dengue yang berat sebesar 93% bila diberikan pada anak di atas usia 9 tahun.

Apakah si Kecil Perlu Vaksinasi Dengue?

Ya, jawabannya perlu. Infeksi Dengue dapat terjadi kapan saja dan pada siapa saja terutama di negara endemis seperti Indonesia. Tidak menutup kemungkinan anak dengan daya tahan tubuh dan gizi yang baik pun dapat terkena infeksi Dengue. Tapi, Mama dan Papa harus menunggu dulu sampai usia anak minimal 9 tahun sebelum mendapatkan vaksin dengue.

Sebab, vaksin dengue hanya baru bisa diberikan pada anak usia 9-16 tahun untuk sebanyak 3 kali dengan jarak per 6 bulan. Untuk anak-anak usia 9-16 tahun, vaksin ini sudah terbukti memiliki keamanan yang baik dan tidak menimbulkan efek samping yang berat.

Pemberian vaksin pada anak usia 2-5 tahun belum disarankan karena dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko ranap karena infeksi dengue dan meningkatkan risiko mendapatkan dengue yang berat.

Apakah Anak yang Pernah Terkena Infeksi Dengue Perlu Vaksin DBD?

Jika si Kecil sudah pernah terkena DBD di usia dini, IDAI tetap merekomendasikan ia mendapat vaksin dengue ketika usianya cukup besar nanti.

Hal ini dikarenakan pada saat anak terinfeksi Dengue, hampir tidak mungkin anak tersebut terinfeksi 4 serotipe virus sekaligus. Biasanya anak hanya terkena satu serotipe virus saja pada satu kali infeksi. 

Jadi, masih ada kemungkinan untuk anak-anak terkena DBD yang kedua kali atau bahkan sampai keempat kalinya dari serotipe virus yang lain. Artinya ada risiko si Kecil akan mengalami empat kali DBD seumur hidupnya. Biasanya, gejala DBD “kambuhan” memiliki tingkat sakit yang lebih berat dibanding kasus DBD pertama, terutama pada anak-anak.

Maka untuk setiap anak yang pernah terinfeksi dengue, masih ada risiko untuk menderita dengue yang berat. Pemberian vaksin DBD ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut.

Cara Pencegahan DBD pada Anak

Perlu diingat, Ma, bahwa vaksin hanya salah satu upaya mencegah infeksi Dengue yang baru bisa didapatkan ketika anak sudah masuk usia sekolah dasar nanti. Namun, tidak perlu khawatir jika si Kecil masih berusia dini. Pasalnya, pencegahan penularan DBD dapat Mama lakukan dengan cara efektif lain, yaitu dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui cara 3M plus:

  • Mengosongkan atau membersihkan tempat-tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, misalnya bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, tempat penampungan air dispenser, dan penampung air kulkas.

  • Menutup rapat tempat penampungan air yang ada di rumah, seperti toren air dan ember.

  • Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Jika ada barang yang tidak dipakai, segera buang dengan cara dikubur.

  • Melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan berbagai cara, seperti menggunakan kelambu saat tidur, memasang jaring anti-nyamuk pada ventilasi, menggunakan losion anti-nyamuk sebelum keluar rumah di pagi dan sore hari, menyemprot obat anti-nyamuk di kamar anak, hingga rutin fogging.

Baca Juga: Hal yang Perlu Diketahui Sebelum dan Sesudah Imunisasi

Mama juga bisa bantu perkuat daya tahan tubuh si Kecil dengan mengoptimalkan asupan gizi hariannya mulai dari sekarang agar ia tidak gampang sakit dengan mengunduh E-Book Nutrisi dan Gizi untuk Imunitas Anak secara gratis, lho!

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Rokom. (2023, February 5). Atasi Dengue, Kemenkes Kembangkan Dua Teknologi ini. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230205/3642353/atasi-dengue-kemenkes-kembangkan-dua-teknologi-ini/
  2. ‌Kemenkes Belum Jadikan Vaksin DBD Program Nasional – Info Sehat FKUI. (2019, January 31). Ui.ac.id. https://fk.ui.ac.id/infosehat/kemenkes-belum-jadikan-vaksin-dbd-program-nasional/
  3. ‌IDAI | Sekilas tentang Vaksin Dengue. (2023). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-dengue
  4. ‌IDAI | MEMAHAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (BAGIAN 1). (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue
  5. ‌Badan Pengawas Obat dan Makanan - Republik Indonesia. (2015). Pom.go.id. https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/659/Persetujuan-Izin-Edar-Vaksin-Dengue--Qdenga--untuk-Usia-6---45-Tahun.html
  6. ‌World. (2022, February 14). Dengue and severe dengue. Who.int; World Health Organization: WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
  7. Dengue Vaccine. (2019). Healthhub.sg. https://www.healthhub.sg/a-z/medications/661/Dengue%20Vaccine
Artikel Terkait