Salah satu komplikasi kehamilan yang harus Mama waspadai adalah plasenta previa. Sebagian besar kondisi ini dapat terdiagnosis selama pemeriksaan USG pada trimester kedua. Simak informasi selengkapnya mengenai plasenta previa di artikel ini!
Apa itu Plasenta Previa?
Plasenta previa adalah kondisi plasenta yang berada di bagian bawah dinding rahim sehingga menghalangi sebagian atau seluruh jalan lahir.
Plasenta adalah organ berbentuk kantong yang dapat meregang dan bertumbuh selama kehamilan mengiringi perkembangan janin. Pada awal kehamilan, letak plasenta memang di bagian bawah rahim. Fungsinya selain untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen, juga untuk melindungi janin dari benturan atau paparan infeksi kuman dari luar.
Pada trimester ketiga (tepatnya di minggu ke 28 hingga 40 kehamilan) nanti, plasenta seharusnya berpindah ke bagian atas rahim. Perpindahan ini terjadi agar jalan lahir bisa terbuka dan bayi bisa keluar dari rahim dengan rute yang jelas.
Plasenta previa termasuk komplikasi kehamilan yang jarang, terjadi pada sekitar 1 dari 200 kehamilan.
Apa Risiko dari Plasenta Previa?
Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan dan persalinan yang membahayakan Mama dan bayi.
Calon Mama yang mengalami plasenta previa juga berisiko lebih tinggi melahirkan secara prematur, sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Risiko komplikasi lainnya termasuk:
-
Syok karena kehilangan darah
-
Gawat janin (fetal distress) karena kekurangan oksigen
-
Persalinan caesar darurat, jika kondisi didiagnosis di akhir kehamilan.
-
Histerektomi (pengangkatan rahim), jika plasenta gagal lepas dari lapisan rahim
-
Bayi kehilangan darah.
-
Kematian ibu dan bayi.
-
Plasenta akreta, plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim yang menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.
-
Solusio plasenta, plasenta terpisah dari rahim sebelum bayi lahir. Hal ini mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi bagi bayi dalam kandungan.
Baca Juga: 6 Tanda Bahaya di Trimester 2 Kehamilan
Apa Penyebab Plasenta Previa?
Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan ini, meliputi riwayat kesehatan dan kebiasaan gaya hidup tertentu.
Beberapa di antaranya adalah:
-
Implantasi sel telur rendah di dinding rahim.
-
Adanya jaringan parut pada lapisan rahim (endometrium).
-
Merokok atau menggunakan narkoba jenis kokain selama kehamilan.
-
Berusia 35 tahun ke atas saat hamil.
-
Pernah hamil beberapa kali sebelumnya.
-
Sedang hamil anak kembar, kembar tiga atau lebih.
-
Pernah menjalani operasi pada rahim, seperti D&C (dilatasi dan kuretase) setelah keguguran.
-
Memiliki riwayat fibroid rahim.
-
Pernah menjalani operasi caesar di masa lalu.
-
Pernah menjalani program bayi tabung (IVF).
Jika ini adalah kehamilan kedua dan Mama pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, Mama memiliki peluang 2-3% untuk mengalaminya lagi.
Apa Tanda dan Gejala Plasenta Previa?
Gejala khas plasenta previa adalah perdarahan dari vagina yang berwarna terang dan tanpa rasa sakit setelah 20 minggu kehamilan.
Perdarahan yang diakibatkan kondisi ini bisa berhenti lalu mulai lagi beberapa hari kemudian. Beberapa calon Mama mungkin juga memiliki rahim yang menempel di bawah tapi tidak mengalami perdarahan.
Perdarahan terjadi karena proses pembukaan rahim (dilatasi) meregangkan dan merobek pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim. Perdarahan bisa disertai atau didahului dengan kram atau kontraksi ringan di perut, pinggang, atau nyeri punggung.
Namun, ada penyebab perdarahan vagina selain komplikasi kehamilan ini. Semua perdarahan selama kehamilan harus dilaporkan ke dokter kandungan untuk diperiksa dan ditangani sesegera mungkin.
Tidak ada salahnya juga Mama konsultasi langsung dengan Nutriclub Expert Advisor yang siap menjawab pertanyaan atau kekhawatiran tertentu seputar kondisi kandungan dan kesehatan selama kehamilan Mama.
Cara Mendiagnosis Plasenta Previa
Plasenta previa umumnya dapat terdiagnosis saat pemeriksaan USG pada trimester kedua.
Diagnosis awal mungkin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG rahim. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan apakah plasenta menutupi pembukaan rahim hingga leher rahim.
Namun untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat, dokter mungkin akan melakukan USG transvaginal, yang menggunakan alat berbentuk tongkat bernama transduser yang dimasukkan ke dalam vagina.
Baca Juga: Waspadai Abortus Spontan pada Ibu Hamil
Cara Mengatasi Plasenta Previa
Tidak ada obat untuk mengatasi kondisi ini. Jika terdiagnosis di awal trimester kedua, kondisi ini masih bisa membaik dengan sendirinya. Dalam artian, posisi plasenta dapat bergeser menuju bagian atas rahim seiring membesarnya rahim untuk menampung bayi yang sedang tumbuh.
Saat rahim membesar pada trimester ketiga, plasenta mungkin masih bergerak pindah. Namun jika pada akhir kehamilan plasenta masih menutupi leher rahim, semakin kecil kemungkinannya untuk bergeser. Dokter akan memantau posisi plasenta untuk melihat apakah kondisinya telah teratasi sebelum persalinan.
Tujuan perawatan medis yang utama adalah untuk meminimalisir atau membatasi perdarahan sehingga Mama bisa melahirkan bisa sedekat mungkin dengan tanggal perkiraan lahir.
Jika perdarahannya ringan, dokter mungkin menyarankan Mama menghindari aktivitas fisik berat, termasuk seks dan olahraga. Jika perdarahannya berat, Mama mungkin perlu segera pergi ke IGD terdekat untuk menjalani transfusi darah.
Dokter mungkin juga memberi obat tertentu untuk mencegah persalinan prematur, atau suntikan kortikosteroid untuk membantu paru-paru bayi berkembang lebih cepat sebelum dilahirkan secara prematur.
Apakah Memiliki Plasenta Previa Bisa Melahirkan Normal?
Kondisi plasenta yang menutupi jalan lahir baik sebagian atau seluruhnya menyebabkan bayi tidak bisa dilahirkan secara normal melalui vagina. Selain itu, melahirkan secara normal dalam kondisi ini berisiko tinggi memicu perdarahan saat proses bersalin.
Calon Mama yang memiliki kondisi ini mungkin akan dijadwalkan menjalani operasi caesar untuk melahirkan dan mencegah komplikasi melahirkan lainnya.
Namun jika perdarahan tidak juga berhenti, Mama mungkin memerlukan operasi caesar darurat meskipun bayi belum cukup bulan.
Agar Mama bisa lebih siap menghadapi tantangan persalinan Caesar dan merawat si Kecil yang lahir caesar, yuk unduh E-Book Caesar Ready eksklusif dari Nutriclub!