Flu perut pada anak atau dikenal gastroenteritis merupakan penyakit yang umum terjadi. Gejalanya seringkali ringan dan biasanya dapat ditangani di rumah. Namun, penyakit ini dapat menjadi berbahaya bagi bayi jika tidak ditangani dengan tepat. Sebab, gejala gastroenteritis yang berupa muntah-muntah dan diare dapat menyebabkan bayi dehidrasi.
Maka itu, penting untuk Mama memahami apa penyebab dan gejala gastroenteritis, hingga cara mencegah dan mengatasi flu perut untuk menghindari risiko komplikasinya pada anak.
Apa Penyebab Flu Perut pada Anak?
Flu perut atau gastroenteritis adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus. Flu perut dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.
Namun pada bayi dan anak kecil, flu perut paling sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini paling sering menginfeksi bayi usia 3 hingga 15 bulan. Jenis virus lain yang juga umum menyebabkan flu perut pada anak adalah adenovirus. Virus ini sering menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun.
Gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh infeksi dari beberapa bakteri yang lebih serius seperti Salmonella, Shigella, Staphylococcus, Campylobacter, atau E. coli.
Virus dan bakteri penyebab flu perut menyebar dengan mudah. Si Kecil bisa terserang gastroenteritis bila ia memakan atau meminum sesuatu yang telah terkontaminasi dengan virus dan bakteri, atau jika si Kecil pernah mengalami kontak dengan benda yang telah terinfeksi dan kemudian memasukkan tangannya ke dalam mulut.
Apa Gejala Gastroenteritis (Flu Perut) pada Anak?
Gejala utama gastroenteritis atau flu perut adalah diare dan muntah. Itu kenapa masyarakat Indonesia lebih mengenal flu perut dengan istilah muntaber.
Pada umumnya, gejala atau ciri flu perut pada anak adalah:
- Rewel karena tidak enak badan.
- Tidak mau makan atau minum.
- Diare (buang air besar yang sering, encer, dan encer) yang berlangsung dua hingga empat hari, tapi biasanya tidak lebih dari seminggu.
- Mual dan muntah berlangsung satu hingga dua hari.
- Sakit perut.
- Panas dingin atau meriang.
- Demam (kadang-kadang).
Kemudian tergantung dari jenis infeksi penyebabnya, gejala yang paling pertama muncul juga bisa berbeda.
Jika penyebabnya adalah virus, gejala flu perut pada anak mungkin dimulai dengan muntah atau diare yang encer, sering, dan berwarna hijau kecoklatan. Demam bisa terjadi, tapi juga bisa tidak. Muntah yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya mereda dengan cepat, tapi diare bisa berlangsung selama seminggu atau lebih. Gejala gastroenteritis akibat virus biasanya dimulai sekitar 1 hingga 2 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh.
Apabila penyebab flu perut bayi adalah infeksi bakteri, demamnya cenderung lebih tinggi dan durasinya lebih lama. Sakit perutnya juga seringkali lebih parah, dan diare disertai darah dan lendir.
Baca Juga: 10 Penyebab Anak Gampang Sakit
Apakah Flu Perut Itu Berbahaya?
Ketika anak diare dan muntah, si Kecil kehilangan banyak cairan melalui feses dan muntahannya. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi. Banyak juga anak yang mengalami demam. Demam tinggi dapat mempengaruhi kemungkinan si Kecil mengalami dehidrasi, karena ia kehilangan cairan melalui keringat.
Jika bayi mengalami dehidrasi, kondisi ini bisa menjadi serius. Tubuh bayi membutuhkan cairan untuk menghasilkan cukup darah. Tanpa suplai darah yang baik, organ vital seperti jantung dan otak tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
Gejala bayi yang dehidrasi antara lain mata tampak cekung, fontanel (titik lunak di bagian atas kepala bayi) cekung, tidak ada air mata saat menangis, kulit kering, mulut kering, tampak lemas atau rewel, dan urin berkurang (popok kering karena kurang buang air kecil).
Bayi, terutama yang usianya di bawah 6 bulan, sangat mudah mengalami dehidrasi sehingga perlu segera diperiksakan ke dokter jika mengalami flu perut.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Terkena Flu Perut?
Perawatan khusus biasanya tidak diperlukan untuk mengatasi flu perut pada anak dan bayi. Dalam kebanyakan kasus, Mama hanya perlu memastikan si Kecil banyak tidur untuk meredakan demam dan minum banyak air untuk menghindari dehidrasi.
1. Berikan ASI dan Cairan Oralit
Mengganti cairan yang hilang adalah hal yang paling penting dalam perawatan gastroenteritis, jadi penting bagi si Kecil untuk terus minum.
Semakin banyak dan sering ia muntah serta buang air besar, semakin banyak cairan yang hilang dari tubuhnya. Jadi, akan semakin banyak pula cairan yang mereka perlukan untuk menggantikannya. Lalu, cairan apa yang bisa diberikan pada si Kecil?
Untuk bayi di bawah 6 bulan, tetaplah berikan ASI. Namun, jangan menyusui terlalu lama atau terlalu banyak dalam satu waktu sekaligus karena dapat meningkatkan sensasi mual atau kembung yang memicu sakit perut. Kuncinya adalah susuilah si Kecil sedikit-sedikit, tapi lebih sering. Mama juga boleh memberikan ASI dengan sendok teh atau pipet agar si Kecil mau minum.
Jika si Kecil sudah berusia 6 bulan ke atas, pemberian ASI boleh diselingi dengan larutan elektrolit (oralit) selama 12 jam pertama untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang. Berikan cairan dalam jumlah sedikit dan sering. Jika diare berlanjut, berikan 4-6 sdm oralit untuk mencegah dehidrasi setiap kali diare terjadi.
2. Berikan Makan Sedikit-Sedikit
Usahakan juga untuk terus memberikan MPASI agar si Kecil tidak kehilangan banyak energi dan gizi. Namun jika muntahnya masih terus terjadi, Mama mungkin perlu mengurangi porsinya menjadi satu hingga setengah ons dan tawarkan makan setiap 30- 60 menit sekali.
Setelah muntah dan diare berhenti, atau setelah 12-24 jam dari paparan pertama, sesegera mungkin kenalkan kembali makanan secara perlahan. Namun jika muntah terulang lagi, kembali berikan cairan saja.
3. Oleskan Salep Zinc pada Bokong
Sering diare bisa membuat si Kecil mengalami ruam popok dan iritasi pada kulit sekitar anusnya. Agar si Kecil merasa lebih nyaman, bersihkan area bokongnya secara lembut dan menyeluruh dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan handuk bersih.
Bisa juga dengan mengoleskan salep berbahan zinc tebal-tebal di area yang teriritasi setelah membersihkan bokongnya. Mengoleskan salep bisa mencegah feses tidak menempel pada kulit si Kecil. Jangan lupa cuci tangan setiap kali habis ganti popok, ya!
4. Berikan Obat Pereda Demam
Untuk membantu si Kecil cepat sembuh, biarkan ia banyak beristirahat sesuai kebutuhan. Mama dapat memberikan obat demam atau nyeri, seperti paracematol atau ibuprofen, jika dokter mengizinkan. Tapi, jangan pernah berikan ibuprofen pada bayi di bawah 6 bulan. Jangan pula berikan aspirin pada anak kecil.
Ikuti petunjuk dosis dan cara pemberian pada label kemasan untuk mengetahui berapa banyak obat yang harus diberikan dan seberapa sering.
Yang juga penting, jangan sembarangan memberikan obat diare nonresep pada anak dan bayi. Sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum memberikan obat apa pun kepada si Kecil.
Baca Juga: 5 Cara agar Anak Aktif dan Terhindar dari Virus Penyakit
Cara Mencegah Flu Perut pada Anak
Sistem imun bayi dan anak-anak kecil belum sekuat orang dewasa. Jadi, salah satu cara terbaik untuk mencegah anak dari paparan penyebab flu perut adalah dengan mendapatkan vaksin rotavirus.
Terdapat dua macam vaksin rotavirus di Indonesia, yakni vaksin rotavirus monovalen (RV1) dan pentavalen (RV5). Jumlah dosis dan jadwal untuk masing-masing vaksin tersebut pun berbeda.
Vaksin RV monovalen (RV1) diberikan dalam 2 dosis. Dosis pertama diberikan di usia 6-12 minggu dan dosis kedua diberikan berjarak minimal 4 minggu dari yang pertama. Vaksin RV1 dosis kedua paling lambat harus didapatkan pada usia 24 minggu.
Vaksin RV pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis. Dosis pertama pada usia 6-12 minggu, dosis kedua dijadwal berjarak 4-10 minggu, dan dosis ketiga harus didapatkan paling lambat saat bayi berusia 32 minggu.
Vaksin rotavirus harus didapatkan tepat waktu sesuai jadwal dan tidak boleh terlambat untuk memastikan bayi mendapat perlindungan yang optimal terhadap infeksi rotavirus. Apabila terlambat, vaksinasi rotavirus tidak bisa dikejar atau disusulkan karena ada batas umur maksimalnya.
Penting juga untuk menerapkan kebersihan yang baik di rumah. Seluruh anggota keluarga wajib mencuci tangan dengan benar untuk mencegah penyebaran penyakit. Cuci tangan wajib dilakukan sebelum dan setelah memasak, sebelum dan setelah mengganti popok bayi, setelah dari kamar mandi, setelah menyentuh benda-benda kotor, juga sebelum dan setelah makan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan si Kecil sehat selalu, Ma! Temukan juga berbagai panduan mendukung daya tahan tubuh si Kecil yang dilengkapi dengan tips nutrisi dari ahli untuk dukung tumbuh kembangnya di The Parent’s Guide Academy.