Loading...
kondisi-gangguan-kulit-yang-umum-terjadi-pada-bayi_large
Kesehatan

10 Penyakit Kulit pada Bayi dan Cara Tepat Mengatasinya

Foto Reviewer

Disusun oleh: Tim Penulis

Ditinjau oleh: Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Penyakit Kulit pada Bayi yang Umum Dialami

Kulit bayi sangat sensitif dengan kondisi di luar tubuhnya karena lapisan epidermisnya masih dalam tahap awal perkembangan. Hal ini membuat kulit bayi rentan mengalami berbagai masalah kesehatan yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Yuk, kenali berbagai penyakit kulit pada bayi dan cara mengobatinya dengan membaca artikel ini hingga selesai!

Penyakit Kulit pada Bayi yang Umum Dialami

Masalah kesehatan kulit bayi tidak boleh disepelekan, Ma, karena dapat membuat si Kecil merasa tidak nyaman dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Apalagi kalau masalah kulit pada bayi berlangsung dalam waktu lama. Kondisi ini tentu dapat mengganggu tumbuh kembangnya. 

Oleh karena itu, Mama perlu mengenali beberapa jenis penyakit kulit yang sering terjadi pada bayi supaya dapat segera memberikan pertolongan pertama yang dibutuhkan oleh si Kecil: 

1. Ruam Popok

Ruam popok, dermatitis popok, atau diaper rash merupakan salah satu penyakit kulit pada bayi yang paling umum terjadi. 

Ketika mengalami gangguan kulit satu ini, kulit di sekitar area pantat dan selangkangan si Kecil berwarna kemerahan, terlihat bersisik, terasa perih, dan terasa nyeri ketika ditekan. 

Ada beberapa hal yang dapat memicu munculnya gangguan kulit satu ini, antara lain: 

  • Iritasi. Iritasi dapat muncul ketika popok basah karena pipis atau buang air besar tidak segera diganti. Selain itu, gesekan berulang-ulang antara permukaan popok yang kurang lembut dapat membuat kulit bayi mengalami kondisi ini. 

  • Alergi. Bayi dengan kulit yang lebih sensitif juga dapat mengalami kondisi ini ketika mengenakan popok atau tisu bayi dengan kandungan pemutih, detergen, atau bahan lain yang memicu reaksi alergi berupa ruam. 

  • Infeksi. Penggunaan popok dapat menghambat sirkulasi udara sehingga kulit si Kecil menjadi lebih lembap dan hangat. Hal ini membuat bakteri dan jamur lebih mudah tumbuh. Risiko infeksi akan lebih tinggi ketika popok basah si Kecil tidak segera diganti. Pasalnya, popok basah dapat mengubah keasaman (pH) kulit sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak.

Untuk mencegah ruam popok pada bayi, Mama perlu secara rutin mengecek kondisi popoknya. Ketika popoknya basah, segera bersihkan area luar kemaluan si Kecil menggunakan sabun dan air bersih. 

Kemudian, tepuk-tepuk dengan lembut dengan handuk hingga permukaan kulitnya kering. Lalu, pakaikan popok yang bersih. 

Apabila si Kecil sudah terlanjur mengalami ruam popok, Mama bisa mengoleskan krim atau salep mengandung zinc oxide atau petroleum. 

Kedua bahan tersebut dapat bantu menenangkan ruam dan melindungi kulit agar tidak terlalu lembap. Oleskan dengan tebal setiap kali mengganti popok si Kecil ya, Ma.

Selain itu, beberapa dokter juga menyarankan agar si Kecil dibiarkan tidak memakai popok selama beberapa jam setiap harinya. Tujuannya adalah agar mencegah ruam pada kulit serta kulitnya memiliki kesempatan untuk “bernapas” dan “mengering”.

Dengan penanganan yang tepat di rumah, ruam popok biasanya akan hilang dalam waktu 2-3 hari. Namun, ada kasus di mana ruam popok bertahan lebih lama dari itu. Apabila Mama merasa kondisinya mengkhawatirkan, jangan pernah ragu untuk segera menghubungi dokter. 

2. Jerawat Bayi 

Sekitar 20% bayi yang baru lahir memiliki jerawat di wajahnya, namanya neonatal acne. Jerawat tersebut biasanya muncul di usia 2-6 minggu.

Neonatal acne sendiri berwarna merah atau putih. Jerawat biasanya muncul pada daerah pipi juga hidung bayi. Akan tetapi, ada juga yang muncul di area kening, dagu, leher, punggung, hingga dada.

Mama tidak perlu panik, ya, ketika hal ini terjadi, sebab jerawat yang muncul pada bayi di bawah usia 6 minggu umumnya tidak berbahaya. 

Kondisi kulit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan tanpa meninggalkan bekas.

Nah, yang perlu Mama khawatirkan adalah jerawat bayi yang muncul setelah ia berusia 6 minggu. Jerawat ini dinamakan infantile acne

Mengapa Mama perlu khawatir? Sebab jerawat yang muncul di antara usia 6 hingga 27 minggu menandakan ada sesuatu yang salah di dalam kesehatan si Kecil seperti alergi, infeksi kulit, atau eksim.  

Selain itu, infantile acne juga dapat meninggalkan bekas luka permanen di kulit si Kecil. Untuk memastikan apa yang terjadi, Mama dapat segera membawa si Kecil ke dokter. 

Sebaiknya, Mama tidak coba mengobati sendiri infantile acne sendiri menggunakan krim jerawat atau sabun pembersih lainnya. Sebab, ini dapat memperburuk kondisi kulit si Kecil.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Allergic March pada Bayi

3. Milia

Hampir setengah dari bayi baru lahir mengalami milia, yaitu bintik-bintik kecil berwarna putih bening berukuran sebesar 1-2 mm. Biasanya milia akan muncul di sekitar hidung dan pipi, namun terkadang juga muncul pada area lain pada wajah. 

Walau tampak menakutkan, tetapi Mama tidak perlu khawatir karena milia hanyalah pori-pori yang tersumbat oleh kulit mati. Milia tidak menimbulkan rasa gatal dan akan hilang dengan sendirinya ketika bayi berusia 1-4 minggu. 

Untuk bantu menghilangkan milia, Mama dapat dengan lembut membasuh muka si Kecil setiap hari dan tepuk-tepuk dengan lembut hingga kering. Jangan pernah mencoba untuk memencet ataupun menggosok milia ya, Ma.

4. Cradle Cap

Penyakit kulit pada bayi selanjutnya adalah cradle cap. Masalah kesehatan kulit ini umum muncul pada bayi usia 2-3 bulan. 

Biasanya, gangguan kulit ini terjadi di area kepala, alis, hidung, dan belakang telinga. Bentuknya seperti ketombe, sisik, atau serpihan kasar dengan warna kekuningan dan berminyak. 

Umumnya cradle cap tidak menimbulkan rasa gatal, jadi tidak akan mengganggu kenyamanan dan aktivitas si Kecil. Cradle cap juga tidak memerlukan pengobatan khusus sebab gangguan kesehatan kulit ini akan membaik dengan sendirinya dalam hitungan minggu atau bulan. 

Untuk membantu mencegah timbulnya cradle cap lebih lanjut, Mama dapat mencuci rambut dan kulit kepala bayi dengan sampo bayi yang lembut. 

5. Biang Keringat

Biang keringat merupakan penyakit kulit pada bayi yang disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat. 

Hal tersebut membuat keringat tidak dapat keluar melalui permukaan kulit dan akhirnya menimbulkan bintik-bintik kecil berwarna merah atau goresan memanjang berwarna merah (seperti bekas dicakar kucing). 

Umumnya, biang keringat muncul di bawah kulit yang tertutup pakaian atau pada bagian lipatan kulit seperti leher, siku, ketiak, atau paha. 

Untuk meringankan gejala biang keringat si Kecil, Mama bisa melakukan beberapa hal berikut ini: 

  • Jaga anak tetap dalam kondisi sejuk. Coba Mama atur suhu ruangan si Kecil. Jika ingin menggunakan AC atau kipas angin, hindari mengarahkannya langsung ke badan si Kecil ya. 

  • Pakaikan pakaian yang terbuat dari bahan katun yang lembut, ringan, dan mudah menyerap keringat. 

  • Basuh area kulit yang basah oleh keringat, bekas pipis, atau air liur dengan air dingin. Kemudian tepuk-tepuk lembut dengan handuk bersih hingga kering. 

  • Jangan langsung oleskan salep pada kulit si Kecil setelah dibersihkan. Angin-anginkan dulu kulit si Kecil tanpa pakaian sebelum kembali memakaikannya baju agar kulitnya bisa bernapas.  

Baca Juga: 10 Penyebab Bruntusan pada Bayi dan Cara Ampuh Mengatasinya

6.  Biduran

Biduran atau urtikaria merupakan salah satu penyakit kulit pada bayi. Bentuknya bentol-bentol berwarna merah seperti bekas digigit nyamuk atau terkena ulat bulu dan menimbulkan rasa gatal mengganggu yang diiringi dengan sensasi panas.

Biduran umumnya muncul tanpa sebab. Namun, terkadang biduran juga bisa muncul sebagai reaksi alergi terhadap suatu zat seperti debu, makanan, karet, bulu binatang peliharaan, zat kimia dalam sabun, dan lain sebagainya. 

Mama tidak perlu khawatir berlebihan ketika si Kecil biduran karena gangguan kulit ini umumnya bersifat sementara dan gatal-gatal akan mereda dengan sendirinya dalam waktu beberapa jam. 

Untuk bantu si Kecil merasa lebih nyaman selama biduran, Mama bisa melakukan beberapa hal berikut ini: 

  • Mengompres kulit gatal si Kecil dengan air dingin. 

  • Mandikan si Kecil menggunakan air hangat yang dicampur dengan colloidal oatmeal. 

  • Menggunakan sabun khusus kulit sensitif. 

  • Hindari penggunaan waslap, spons, atau shower puff karena dapat membuat iritasi kulit dan rasa gatal semakin parah. 

  • Jika dokter mengizinkan, Mama bisa mengoleskan lotion yang mengandung calamine untuk meringankan gejala biduran. Hindari bagian kulit yang terluka, area sekitar mata, hidung, mulut, anus, dan genital.

  • Memberikan pakaian berpotongan longgar yang terbuat dari kain katun sehingga lembut di kulit, mudah menyerap keringat dan terasa lebih sejuk. 

  • Menjaga suhu ruangan tetap sejuk dengan menyalakan AC atau kipas angin.

  • Menghindarkan si Kecil dari paparan sinar matahari langsung.

7. Eksim

Eksim yang juga dikenal dengan nama dermatitis atopik (DA) termasuk salah satu penyakit kulit pada bayi yang sangat sering terjadi dan sifatnya kronis. 

Eksim dapat menimbulkan bercak merah kering atau bercak bersisik pada kulitnya. Rasanya sangat gatal sehingga berisiko membuat bayi merasa tidak nyaman dan dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, Mama perlu segera membawa si Kecil ke dokter ketika ia mengalami hal ini. 

Eksim biasanya mulai muncul secara simetris pada area pipi kemudian melebar ke area dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan, dan tungkai kaki. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor (keturunan), lingkungan, gangguan fungsi kulit, faktor kekebalan tubuh, dan infeksi. 

Selain itu, udara yang kering karena AC, tekanan udara dalam pesawat, panas berlebihan, keringat, dan klorin dalam air kolam renang juga dapat memicu munculnya eksim. 

Untuk meringankan gejala eksim yang muncul pada kulit bayi, Mama dapat: 

  • Memandikan si Kecil dengan air hangat bersuhu 36-37 derajat celcius. Batasi waktu mandi maksimal 10-15 menit.

  • Gunakan sabun khusus yang mengandung pelembap dan pH 5,5-6. Pastikan sabun tidak mengandung pewarna dan pewangi.

  • Menjaga kelembapan kulit bayi dengan mengoleskan krim atau lotion segera setiap kali habis mandi atau berenang (maksimal 3 menit). Hindari area kulit kepala ya, Ma. 

  • Apabila lotion yang dioleskan terkena air sebelum 5 menit dari waktu pengolesan, ulangi kembali pemakaiannya.

  • Berikan pakaian dari bahan katun yang lembut, halus, ringan, dan menyerap keringat. 

  • Cuci pakaian dengan deterjen khusus baju bayi sehingga tidak mengandung bahan penyebab iritasi, seperti pewangi dan pewarna. 

  • Jaga kebersihan dan panjang kuku si Kecil. Ingat untuk selalu menghaluskan ujung kukunya setelah dipotong.

  • Pakaikan sarung tangan pada bayi untuk mencegah ia menggaruk kulitnya. Sebab, garukan dapat memperparah ruam dan menyebabkan infeksi lanjutan.  

  • Menjaga kebersihan rumah dari alergen seperti debu, residu binatang peliharaan, dan serbuk bunga. 

  • Menjaga suhu ruangan agar tetap sejuk. 

Baca Juga: Penyebab dan Cara Menghilangkan Alergi pada Bayi

8. Dermatitis Kontak

Penyakit kulit pada bayi selanjutnya adalah dermatitis kontak, yaitu ruam merah gatal yang timbul akibat si Kecil bersentuhan fisik dengan sebuah benda yang bersifat iritan atau alergen. 

Beberapa iritan yang umumnya menimbulkan dermatitis kontak adalah sabun mandi, deterjen, antiseptik, antibakteri, pewangi pakaian, bahan pengawet dalam perlengkapan mandi, hingga air yang mengandung klorin, pemutih, atau beberapa jenis tumbuhan. 

Sementara benda alergen yang biasanya memicu masalah kulit ini pada bayi adalah logam perhiasan, obat oles, karet, lateks, bahan tekstil, dan beberapa jenis tumbuhan.

Ketika mengalami penyakit kulit pada bayi ini, umumnya akan muncul ruam merah yang disertai dengan dengan rasa gatal, sensasi terbakar, pembengkakan, atau rasa nyeri yang sangat mengganggu. 

Kulit si Kecil juga akan tampak kering, pecah-pecah, dan bersisik. Kemudian, muncul benjolan dan lepuhan yang mungkin mengeluarkan cairan dan berkerak. 

Dokter biasanya akan meresepkan pelembap khusus sesuai dengan jenis dan kondisi kulit si Kecil. Dan pada kasus dermatitis kontak yang parah, dokter mungkin akan memberikan pengobatan oral. 

Mama, gangguan kulit ini perlu segera ditangani oleh dokter, ya. Sebab jika berlanjut dapat berubah menjadi eksim, muncul infeksi jamur, terjadinya perubahan pigmen kulit, dan mengganggu proses tumbuh kembang anak.

9. Impetigo

Impetigo adalah penyakit kulit pada bayi yang bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh dan wajah si Kecil. Penyebabnya adalah bakteri yang masuk ke dalam tubuh si Kecil melalui kulit yang terluka. 

Impetigo sendiri ditandai dengan munculnya ruam merah di sekitar hidung dan mulut. Ruam dapat pecah dan meninggalkan kerak berwarna kekuningan yang tebal. Biasanya berukuran sekitar 2 cm. 

Setelah kerak mengering, biasanya akan muncul bekas kemerahan yang mungkin terasa gatal. Bekas tersebut membutuhkan waktu beberapa hari hingga minggu untuk hilang. 

Di sini, Mama perlu mencegah si Kecil untuk menyentuh dan menggaruk bekas luka karena hal tersebut meningkatkan risiko penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain. 

Walaupun jarang terjadi, ada juga impetigo yang berbentuk lepuh dan terisi oleh cairan bening. Impetigo yang disertai dengan lepuh, cenderung menimbulkan rasa nyeri dan gejala lain seperti lemas, demam, dan diare. 

Ketika mengalami kondisi ini, si Kecil perlu segera mendapatkan pertolongan medis agar tidak terjadi komplikasi. Dan untuk menanganinya, mungkin dokter akan memberikan antibiotik dalam bentuk salep atau obat oral. 

Untuk membantu meringankan gejala impetigo si Kecil, Mama dapat melakukan beberapa langkah berikut: 

  • Usap lembut kulit si Kecil dengan sabun dan air hangat dua kali sehari.

  • Keringkan perlahan kulit si Kecil dengan handuk bersih. Jangan biarkan orang lain memakai handuk tersebut.

  • Cuci tangan Mama atau gunakan sarung tangan steril setiap kali akan mengoleskan krim antibiotik pada kulit si Kecil.

  • Potong kuku si Kecil secara rutin, untuk mencegah ia menggaruk kulitnya dengan kuku.

  • Tutup bagian kulit yang terinfeksi dengan kain lembut. Jika impetigo sudah terdapat pada seluruh tubuh si Kecil, maka pakaikan baju yang longgar.

10. Kulit Kering

Kulit si Kecil lebih rentan menjadi kering dibandingkan dengan orang dewasa. Berbagai faktor seperti suhu udara dan air bisa mempengaruhi kelembapan alami kulit si Kecil.

Mama dapat bantu mengatasi kulit kering bayi dengan beberapa cara berikut ini: 

  • Hidrasi tubuh si Kecil dari dalam dan luar. Pastikan si Kecil mendapatkan cukup cairan.

  • Usapkan lotion yang mengandung hypoallergenic setiap habis mandi.

  • Hindari bermain air terlalu lama karena hal ini bisa mengiritasi kulit.

  • Jaga suhu dan kelembapan kamar si Kecil.

Mama, itulah sejumlah penyakit kulit pada bayi yang perlu diketahui supaya dapat menanganinya dengan lebih tepat tanpa khawatir berlebihan.

Apabila masih memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang gangguan kulit pada bayi dan cara menanganinya, Mama dapat menghubungi Nutriclub Expert Advisor untuk dapatkan jawaban lengkapnya langsung dari para ahli tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu selama 24/7. 

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Diaper Rash (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/diaper-rash.html

  2. Is that acne on my baby’s face? (2013). Aad.org. https://www.aad.org/public/diseases/acne/really-acne/baby-acne

  3. 12 Common Summertime Skin Rashes in Children. (2023). HealthyChildren.org. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/skin/Pages/Common-Summertime-Skin-Rashes-in-Children.aspx

  4. Skin rashes in babies. (2017, November 27). Nidirect; nidirect. https://www.nidirect.gov.uk/conditions/skin-rashes-babies#toc-2

  5. IDAI | Dermatitis Atopik: Lesi Kemerahan dengan Rasa Gatal. (2018). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/dermatitis-atopik-lesi-kemerahan-dengan-rasa-gatal#:~:text=Dermatitis%20atopik%20telah%20menjadi%20masalah,tumbuh%20kembang%20bayi%20dan%20anak.

  6. Dermatitis Kontak. (2023). Kemkes.go.id. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/penyakit-kulit--subkutan/dermatitis-kontak#:~:text=Dermatitis%20kontak%20adalah%20kondisi%20di,bisa%20menimbulkan%20rasa%20tidak%20nyaman.

  7. noble.dana. (2022, April 20). Common skin conditions in babies - Mayo Clinic Press. Mayo Clinic Press. https://mcpress.mayoclinic.org/parenting/common-skin-conditions-in-babies/

  8. Impetigo. (2017, October 19). Nidirect; nidirect. https://www.nidirect.gov.uk/conditions/impetigo

  9. Hives: Self-care. (2023). Aad.org. https://www.aad.org/public/diseases/a-z/hives-self-care

  10. Milia. (2021, September). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/guides/a-z-health-reference/milia

Artikel Terkait