Tongue tie pada bayi adalah salah satu kemungkinan penyebab si Kecil susah menyusu di awal-awal kelahirannya. Dalam jangka panjang, kondisi lidah ini bisa mempengaruhi kemampuan bayi untuk makan, menelan, bahkan berbicara jika tidak segera diatasi.
Yuk, ketahui selengkapnya mengenai penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasi tongue tie dalam artikel ini!
Apa Itu Tongue Tie?
Tongue tie adalah kelainan bentuk frenulum lidah yang sangat pendek dan kaku. Frenulum adalah jaringan tipis di bawah lidah bagian tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut.
Tongue tie pada bayi disebut juga dengan istilah lidah pendek atau ankyloglossia. Bentuk lidah yang pendek membuat bayi baru lahir sulit menyusu karena ia tidak bisa melekat dengan benar pada puting dan sulit menggerakkan lidahnya untuk menyedot asi.
Kondisi ini juga berpengaruh pada kemampuan makan, karena menyebabkan bayi kesulitan menjulurkan lidah atau mengangkat lidahnya ke atas, dari kanan ke kiri, dan sebaliknya karena lidahnya tidak mempunyai jarak dengan bagian bawah mulut.
Apa Penyebab Tongue Tie pada Bayi?
Tongue tie pada bayi merupakan kondisi bawaan lahir. Artinya kelainan pada lidah ini sudah terbentuk sejak bayi masih berkembang dalam kandungan. Kondisi lidah pendek umumnya diturunkan dalam keluarga dan cenderung lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki.
Pada umumnya, lidah bayi mulai terbentuk di dalam kandungan sekitar minggu ke-7 kehamilan, ketika langit-langit mulut hampir selesai.
Di awal proses pembentukannya, lidah bayi memang terbentuk menyatu dengan jaringan mulut. Namun seiring perkembangan janin, jaringan lidah akan terpisah dari bagian bawah mulut dengan sendirinya. Frenulum yang ada di bawah lidah juga akan menyusut sehingga akhirnya terbentuk lidah seperti pada umumnya.
Namun, pita jaringan atau frenulum pada beberapa bayi tetap tebal sehingga lidahnya tidak terpisah dari dasar mulut. Inilah yang menjadi penyebab tongue tie pada bayi.
Namun, dokter masih belum mengetahui apa yang menyebabkan proses pembentukan lidah dan frenulum berbeda pada bayi yang memiliki tongue tie.
Apa Ciri-Ciri Tongue Tie pada Bayi?
Terdapat beberapa ciri-ciri atau gejala tongue tie pada bayi yang bisa Mama kenali, yaitu:
-
Ujung lidah yang berbentuk hati ketika lidahnya menjulur.
-
Ujung lidah bayi tidak dapat mencapai langit-langit mulutnya atau berada jauh dari tepi bibir bawahnya.
-
Lidah bayi tidak bisa bergerak ke samping.
-
Ketika makan, bayi sering mengeluarkan suara mengecap.
-
Bayi cenderung mengunyah daripada menghisap saat menyusu.
-
Bayi kesusahan untuk menempelkan mulutnya pada payudara Mama.
-
Bayi mengeluarkan bunyi ‘klik’ saat menyusu.
-
Berat badan bayi tidak bertambah.
Mama juga bisa mengetahui apakah si Kecil memiliki lidah yang pendek dari kondisi puting setelah menyusui. Jika puting Mama terlihat seperti terjepit dan terasa sakit atau lecet setelah menyusui, ini mungkin pertanda bayi memiliki tongue tie.
Baca Juga: Tanda Bayi Cukup ASI yang Wajib Mama Ketahui
Tipe Tongue Tie Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Tongue tie memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Pada beberapa bayi, frenulumnya mungkin masih cukup tipis dan elastis sehingga lidahnya masih bisa digerakkan meski terbatas.
Untuk lebih lengkapnya, berikut tipe tongue tie pada bayi berdasarkan ukuran frenulum dan tingkat keparahannya, yaitu:
-
Tipe 1: Frenulum lidah tipis dan elastis, serta menempel dari ujung lidah sampai ke tepian puncak gusi.
-
Tipe 2: Frenulum lidah masih elastis, tetapi sudah lebih tebal dibandingkan tipe tongue tie pertama. Frenulum menempel 2-4 mm di belakang ujung lidah sampai ke dekat tepian puncak gusi.
-
Tipe 3: Frenulum lidah tampak tebal dan kaku, serta menempel dari bagian tengah lidah sampai dasar mulut.
-
Tipe 4: Frenulum lidah berada di belakang dekat pangkal lidah, sehingga tidak terlihat jelas. Tipe tongue tie ini biasanya baru bisa diketahui lewat pemeriksaan dokter, yakni ketika dokter meraba bagian frenulum bayi.
Beberapa bayi yang mengalami tongue tie dalam taraf ringan masih tetap bisa menyusu dengan baik, tergantung pada cara pelekatan mulut bayi dan kondisi puting Mama. Jika puting Mama berukuran kecil dan menonjol, bayi kemungkinan masih bisa menghisap ASI.
Akan tetapi, kondisi lidah pendek hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan kesehatan setelah bayi baru lahir. Jadi, Mama sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter anak mengenai kondisi si Kecil jika mencurigai tanda-tanda tongue tie.
Apakah Tongue Tie Berbahaya?
Tongue tie adalah kelainan bawaan yang menyebabkan terbatasnya pergerakan lidah. Berdasarkan ketebalan frenulum dan tingkat keparahannya, tongue tie dapat menyebabkan beberapa masalah pada bayi yang baru lahir.
Semakin kaku dan pendek pita frenulum, bayi akan semakin sulit menggerakkan lidahnya. Kondisi ini umumnya dapat berdampak kepada cara bayi mengisap dan menelan ASI, sehingga rentan membuat bayi tidak mau menyusu dan menyebabkan kekurangan gizi.
Pada beberapa bayi, kondisi lidah pendek juga dapat berdampak pada tumbuh kembang si Kecil. Ini termasuk bagaimana cara bayi makan dan pengucapan kata yang kurang jelas ketika sudah bisa berbicara nanti.
Masalah tongue tie bayi juga dapat berdampak pada Mama ketika menyusuinya. Pasalnya, bayi yang memiliki masalah ini justru akan menggunakan gusinya untuk menekan dan menahan puting, seperti menggigit, bukan menggunakan lidahnya. Akibatnya, Mama mungkin akan mengalami nyeri dan lecet pada puting setiap menyusui si Kecil.
Baca Juga: Penyebab Bayi Baru Lahir Tidak Mau Menyusu
Apa yang Terjadi Bila Tongue Tie pada Bayi Tidak Diatasi?
Jika tidak diatasi, tongue tie bayi dapat berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Ini termasuk bagaimana cara bayi menelan, makan, dan bicara, sehingga dapat menimbulkan komplikasi, seperti:
-
Masalah saat menyusu. Salah satu masalah tongue tie adalah bayi kesulitan saat menyusu. Alih-alih mengisap, bayi justru mengunyah puting payudara sehingga menimbulkan nyeri pada payudara Mama. Selain itu, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan bayi untuk menerima ASI. Hal ini bisa menyebabkan malnutrisi pada bayi sehingga mengalami gangguan tumbuh kembang.
-
Kesulitan berbicara. Tongue tie bisa menyebabkan si Kecil mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan tertentu, seperti "t," "d," "z," "s," "th," "r" dan "l”. Jika tidak segera diatasi, tongue tie bisa membuat anak cadel atau terlambat bicara.
-
Kondisi mulut yang tidak higienis. Tongue tie dapat membuat lidah sulit membersihkan sisa makanan dari gigi. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan gigi serta radang gusi. Bahkan, dapat menyebabkan terbentuknya celah di antara dua gigi depan bawah si Kecil.
-
Kesulitan melakukan aktivitas tertentu dengan mulut. Bayi yang menderita tongue tie dapat kesulitan melakukan gerakan sederhana yang mengandalkan lidah, seperti menjilat bibir, menjilat makanan, hingga meniup.
Lalu, adakah cara mengatasi tongue tie bayi?
Baca Juga: Mengenal 10 Cara Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK)
Cara Mengatasi Tongue Tie pada Bayi
Apabila tidak bergejala atau tidak menimbulkan masalah saat menyusui atau makan, Mama sebetulnya tidak perlu khawatir. Dokter biasanya akan memantau dulu perkembangan gerakan lidah bayi, apakah membaik atau tidak.
Sebab, jaringan pada lidah bayi masih dapat melonggar dengan sendirinya sehingga lambat laun ia bisa melekat pada puting dengan lebih baik untuk menyusui. Lalu, apabila kondisi lidahnya tidak berubah, apa yang bisa dilakukan?
Umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada mulut bayi untuk melihat bentuk dan pergerakan lidahnya. Lalu, biasanya dokter akan melakukan dua cara untuk mengatasi tongue tie pada bayi, yaitu:
1. Frenotomi
Frenotomi dilakukan pada tipe tongue tie yang tergolong ringan. Dokter akan memotong frenulum dengan cepat menggunakan pisau bedah, laser, atau gunting. Prosedur ini tidak terasa sakit dan tidak membutuhkan anestesi.
Namun, frenotomi hanya boleh dilakukan pada bayi di bawah usia 3 bulan karena frenulumnya belum terdapat ujung saraf dan pembuluh darah.
2. Frenuloplasti
Tindakan ini khusus untuk bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan, yakni ketika frenulumnya sudah lebih tebal dan besar. Bayi mendapatkan anestesi umum yang membuatnya tidur dan tidak merasakan sakit. Jahitan yang digunakan pun adalah jahitan yang akan larut dengan sendirinya.
Konsultasikan ke dokter anak untuk memahami penanganan apa yang paling tepat untuk si Kecil. Jika Mama masih memiliki pertanyaan atau kekhawatiran, segera langsung chat tim Nutriclub Expert Advisor yang siap 24 jam menjawab pertanyaan Mama terkait tumbuh kembang dan kesehatan bayi serta panduan menyusui yang tepat.