Loading...
kenali-diare-pada-anak-jenis-tanda-bahaya-dan-pencegahan_large
Kesehatan

5 Penyebab Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Apa Penyebab Diare pada Anak?
  • Bagaimana Cara Mengatasi Diare pada Anak?
  • Cara Mencegah Diare pada Anak

Diare adalah salah satu masalah pencernaan yang umum dialami anak-anak. Penyebab diare pada anak yang paling umum adalah infeksi virus dan bakteri. Namun meski sangat umum, diare pada anak bisa menyebabkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.

Bahkan menurut data dari UNICEF dan WHO, hampir sekitar satu dari lima kematian anak berusia kurang dari 5 tahun di dunia disebabkan karena diare. Hal ini disebabkan karena kondisi anak yang memburuk dengan cepat dan tanda-tanda bahaya yang kurang diwaspadai oleh orang tua. 

Maka dari itu, Mama perlu mengetahui penyebab diare pada anak dan cara mengatasinya dengan tepat kalau-kalau hal ini dialami oleh si Kecil. 

 

Apa Penyebab Diare pada Anak?

Diare pada anak adalah kondisi saat si Kecil mengalami gangguan pencernaan yang ditandai dengan peningkatan frekuensi BAB (biasanya lebih dari 3 kali dalam 24 jam), volume, dan penurunan konsistensi tinja lebih cair. 

Dikutip dari Hopkins Medicine, kondisi ini mungkin berlangsung selama satu hingga dua hari dan bisa hilang dengan sendirinya.

Apabila diare berlangsung lebih dari dua hari, ada kemungkinan ia mengalami masalah yang lebih serius, Ma. 

Ada beberapa penyebab diare pada anak yang perlu Mama dan Papa ketahui, yaitu:

1. Infeksi Virus

Penyebab diare pada anak yang paling sering adalah akibat infeksi virus pada saluran pencernaan. Infeksi yang terjadi akibat virus biasanya berasal dari rotavirus

Diare akibat rotavirus umumnya terjadi di lingkungan yang sanitasinya kurang baik. Anak-anak juga rentan terkena infeksi virus ini ketika makan atau minum hal-hal yang sudah terkontaminasi, juga ketika memasukkan mainan atau tangannya yang kotor ke dalam mulut. 

Diare pada bayi yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya akan berkurang intensitasnya dalam kurun waktu 24 jam.

2.  Infeksi Bakteri atau Parasit

Jika anak diare disertai dengan muntah-muntah, penyebabnya mungkin infeksi bakteri yang disebut flu perut atau gastroenteritis. Orang Indonesia sejak zaman dulu mungkin lebih akrab dengan istilah muntaber.

Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare dan keracunan makanan, adalah E. coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella. 

Paparan infeksi parasit  (seperti giardia) juga bisa menjadi penyebab diare yang disertai muntah pada anak. Hal ini dapat terjadi apabila makanan, minuman, tangan, mainan, atau objek benda si Kecil terkontaminasi oleh jenis parasit tertentu, kemudian masuk ke dalam mulutnya.

Anak bisa mengalami diare dan muntah beberapa jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

3. Intoleransi Laktosa

Si Kecil jadi sering buang angin, perutnya keras, dan diare setiap kali habis minum susu sapi? Ini mungkin tanda anak Mama memiliki masalah pencernaan seperti intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa itu sendiri adalah kondisi yang membuat pencernaan anak tidak bisa mencerna laktosa, jenis gula alami di dalam susu sapi.

Nah, jika ini yang dialami si Kecil dan ia sudah mulai MPASI, baiknya segera hentikan pemberian susu sapi dan makanan olahan susu sapi.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa

4. Alergi Makanan

Penyebab diare pada anak juga mungkin terjadi karena si Kecil ternyata punya alergi atau intoleransi terhadap suatu jenis makanan atau minuman tertentu. 

Beberapa jenis makanan penyebab alergi di antaranya adalah susu, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, gandum, ikan (tuna, salmon, cod), kerang, udang, kepiting, dan lobster. 

Reaksi alergi biasanya akan muncul beberapa menit atau jam setelah si Kecil makan atau minum. Jika penyebab diare pada anak karena risiko alergi makanan, ia juga akan mengalami gejala ruam atau gatal, sakit perut, mual, dan muntah.

5. Terlalu Banyak Minum Jus Buah

Buah tentu sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, akan tetapi bila dikonsumsi terlalu banyak, dapat menyebabkan diare pada anak terjadi. Jadi, untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, Mama disarankan untuk memberikan jus buah dengan takaran yang cukup sekiranya untuk usia 1-6 tahun sekitar 120-180 ml per hari.

Bagaimana Cara Mengatasi Diare pada Anak?

Perlu diketahui orang tua bahwa apabila disebabkan oleh virus, diare bisa berhenti dengan sendirinya, yakni sekitar 5-14 hari.

Apabila disebabkan oleh bakteri, tidak menutup kemungkinan si Kecil membutuhkan obat diare pada anak seperti antibiotik.

Diare pada anak mungkin saja malah bertambah parah jika Mama dan Papa tidak mendampinginya dengan cara yang tepat.

Nah, agar tidak salah langkah berikut adalah beberapa cara mengatasi yang bisa dilakukan untuk meredakan diare pada anak di rumah:

1. Berikan Minum yang Sebanyak Cairan yang Hilang

Salah satu cara mengatasi diare pada anak yang paling ampuh adalah dengan memberikan si Kecil minum yang cukup. 

Memberikannya banyak minum air putih sebanyak cairan yang hilang ketika diare dapat mengatasi atau mencegah dehidrasi yang sering terjadi pada si Kecil saat diare.

Namun, hindari memberikan jus, ya. Walaupun mengandung air, vitamin, dan mineral, jus cenderung memicu sakit perut sehingga dapat memperparah kondisi anak. Jus buah juga mengandung sukrosa, fruktosa, dan sorbitol yang menyebabkan dehidrasi. Begitu pula dengan minuman manis atau soda. Jadi, sebaiknya hindari pemberian kedua jenis minuman ini saat si Kecil sedang diare.

Selain air putih, Mama juga dapat memberikan yoghurt, air kelapa, kuah sup hangat, atau segelas susu yang mengandung probiotik untuk memenuhi kebutuhan cairannya.

Pilih susu yang mengandung formula Double Biotics, kombinasi antara prebiotik FOS:GOS dengan rasio yang paling baik 1:9 dan EPA DHA.

Nutrisi yang sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan si Kecil sehingga imunitas tubuhnya semakin kuat dan maksimalkan potensi intelegensi anak. Formula ideal untuk tumbuh menjadi pemenang!

2. Berikan Cairan Oralit

Selain air putih, pemberian oralit bisa jadi cara yang cepat untuk mengatasi diare pada anak di atas usia 6 bulan. Oralit adalah obat untuk menggantikan kadar elektrolit dan cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi. Mama bisa memberikannya sampai diare anak berhenti.

Tersedia dalam bentuk obat serbuk yang harus dilarutkan atau dalam bentuk cairan siap minum. Mama bisa membelinya langsung di toko obat atau apotek, atau juga bisa membuat larutan ini sendiri sebagai cara mengatasi diare pada anak di rumah.

Caranya, cukup mencampurkan dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur ke dalam satu gelas air bersih yang matang. Jika masih ragu menentukan dosis oralit pada anak, jangan ragu untuk konsultasi pada dokter.

Umumnya, satu bungkus oralit dilarutkan dalam 1 gelas air matang (200cc). Jika usia anak kurang dari 1 tahun, berikan 50-100 cc tiap BAB cair, jika lebih dari 1 tahun berikan 100-200 cc. Pemberian oralit ini juga bisa mengurangi volume feses dan mengurangi mual muntah pada anak diare, Ma. Bila si Kecil muntah setelah minum oralit, tunda dulu sebentar lalu berikan kembali sedikit demi sedikit.

3. Berikan Makan dalam Porsi Kecil tapi Sering

Diare pada anak bisa menurunkan nafsu makannya, Ma. Terlebih, ia mungkin merasa mual atau muntah. Meski demikian, ia tetap harus makan untuk mencukupi asupan nutrisi dan mengisi ulang tenaganya supaya tidak merasa lemas. 

Nah, Mama dapat mengakalinya dengan memberikan makanan dalam porsi lebih kecil, tetapi sering yang lebih mudah diterima. Memberi makanan langsung dalam porsi banyak justru bisa memicu perutnya jadi lebih sakit.

Makanan dalam porsi kecil ini perlu diberikan lebih sering, misal tiap 3-4 jam, untuk memenuhi kebutuhan zat gizi si Kecil selama diare.

4. Beri Asupan Probiotik

Jika si Kecil mengalami diare, Mama mungkin terburu-buru untuk memberikannya obat. Eits, jangan dulu, ya, Ma. Memberikan obat diare untuk anak perlu resep dan pengawasan dari dokter, lho!

Untuk itu, hindari pemberian antibiotik dan antidiare yang tidak sesuai dengan anjuran dokter. Dalam beberapa kasus, pemberian antibiotik dan anti diare tidak dapat memperbaiki kondisi, bahkan dapat berbahaya bagi anak.

Sebagai gantinya, Mama bisa memberi asupan probiotik untuk si Kecil dengan memberikan pisang, asparagus, rumput laut, dan buncis-buncisan. Probiotik dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan anak. 

Baca Juga: Perbedaan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan 

Cara Mencegah Diare pada Anak

Untuk mencegah diare pada anak, berikut hal yang dapat dilakukan Mama adalah sebagai berikut:

  • Bagi anak yang masih mendapatkan ASI eksklusif, tetap berikan ASI eksklusif dan melakukan proses penyapihan yang benar.

  • Menjaga kebersihan perorangan dengan mencuci tangan sebelum memberikan makanan.

  • Menjaga kebersihan lingkungan.

  • Memberikan imunisasi campak, imunisasi rotavirus, suplementasi vitamin A.

  • Penyediaan air minum bersih, serta makanan selalu dimasak secara matang. 

Walaupun umumnya diare pada bayi dapat berangsur membaik sendiri, Mama tetap perlu waspada bila si Kecil mengalami tanda-tanda sebagai berikut:

  • Si Kecil BAB lebih dari 10 kali dalam sehari. 

  • BAB berdarah dan berlendir.

  • Muntah berulang kali. 

  • Mual.

  • Ruam kulit.

  • Demam tinggi.

  • Berat badan menurun.

  • Mengalami tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, lesu, lemas, sering mengantuk.

  • Tidak mau menyusu, minum, atau makan.

  • Tidak buang air kecil. 

Dokter akan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi si Kecil. Semoga si Kecil cepat sembuh dan bisa kembali ceria, ya, Ma!

Itulah penjelasan tentang diare pada anak yang perlu diketahui. Jika memiliki pertanyaan seputar diare pada anak, Mama dapat menghubungi Nutriclub Expert Advisor dan berkonsultasi langsung dengan ahlinya, ya.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan RI 2011; Triwulan II:p. 4-6.
  2. Tinja Bayi: Normal atau Tidak? (Bagian 1) [Internet]. IDAI. 2018 [cited 27 February 2018]. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/tinja-bayi-normal-atau-tidak-bagian-1.
  3. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: World health organization (WHO) Indonesia; 2009. P. 133-134, 138-145.
  4. Kementerian Kesehatan RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 2011; p. 16
  5. Diarrhea in Children - American College of Gastroenterology. (2013). American College of Gastroenterology. https://gi.org/topics/diarrhea-in-children/
  6. Diarrhea in Children. (2021, August 8). Hopkinsmedicine.org. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/diarrhea-in-children
  7. IDAI | Bagaimana Memberi Makan Anak Saat Sedang Diare. (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-memberi-makan-anak-saat-sedang-diare
  8. humas.rs ugm. (2022). DIARE PADA ANAK, AYAH BUNDA HARUS BAGAIMANA ? – Rumah Sakit Akademik UGM. Ugm.ac.id. https://rsa.ugm.ac.id/id/2022/03/diare-pada-anak-ayah-bunda-harus-bagaimana/
  9. Diarrhea (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2021). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/diarrhea.html
  10. Fries, W. C. (2012, April 5). Diarrhea in Children: Causes and Treatments. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/children/guide/diarrhea-treatment
Artikel Terkait