Masalah anak kurang gizi tidak boleh disepelekan karena dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang serius. Yuk, telusuri penyebabnya agar agar Mama bisa ambil tindakan yang tepat!
Apa Penyebab Anak Kurang Gizi?
Kapan anak dikatakan gizi kurang? Anak dapat dikatakan gizi kurang jika berat badannya jauh lebih rendah dari seharusnya ketika dibandingkan dengan tingginya, yaitu kurang dari 70% nilai normal atau nilai Z-score di bawah -3 SD.
Anak kurang gizi umumnya disebabkan oleh:
1. Sering Sakit
Anak yang sering sakit batuk, demam, pilek, dan diare, atau penyakit menular lainnya berisiko tinggi mengalami kurang gizi. Terlebih jika penyakitnya tidak segera ditangani dengan tepat.
Infeksi berkepanjangan membuat tubuh membutuhkan lebih banyak energi, sementara nafsu makan anak biasanya menurun sehingga asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Sering sakit juga mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan kehilangan cairan, terutama saat diare, yang meningkatkan risiko kurang gizi.
2. Imunisasi Tidak Lengkap
Imunisasi yang tidak lengkap dapat meningkatkan risiko anak kurang gizi karena tubuh anak lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi.
Infeksi yang tidak terkendali dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi, menyebabkan anak kehilangan nafsu makan, atau bahkan memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Akibatnya, anak yang sering sakit akan kesulitan untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembangnya.
3. Tidak Mendapat Suplemen Vitamin A
WHO telah menyarankan pemberian suplemen pada anak yang kekurangan vitamin dan mineral dari makanan sehari-hari untuk mencegah kekurangan gizi.
Salah satu suplementasi yang direkomendasikan adalah vitamin A untuk mendukung sistem imun dan mencegah penyakit seperti campak dan diare yang dapat menyebabkan anak kekurangan gizi.
Suplementasi vitamin A telah terbukti mengurangi kematian hingga 24% dan kematian akibat diare sebesar 28%. Di Indonesia, pemberian vitamin A dilakukan 2x tiap tahun yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.
Baca Juga: 10 Jenis Vitamin untuk Anak yang Sering Sakit
4. Gangguan Pencernaan
Masalah pencernaan kronis seperti diare dan penyakit Crohn dapat mengganggu penyerapan nutrisi, membuat anak kesulitan mendapatkan vitamin, mineral, dan kalori untuk tumbuh kembang optimal.
Hal ini meningkatkan risiko kekurangan gizi meskipun anak makan dengan baik.
Gejala gangguan pencernaan kronis seperti mual dan muntah juga dapat menurunkan nafsu makan, yang bisa menjadi penyebab anak kurang gizi.
5. Tidak Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat
Tidak menjaga pola hidup bersih dan sehat, seperti jarang mencuci tangan dan buang air besar sembarangan, bisa meningkatkan risiko kurang gizi pada anak.
Lingkungan yang kotor membuat anak lebih rentan terhadap infeksi seperti diare dan saluran pernapasan. Infeksi ini mengganggu penyerapan nutrisi yang dibutuhkan anak.
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk juga dapat memperburuk kondisi gizi anak, yang menghambat pertumbuhannya.
6. Makanan Kurang Bergizi
Tidak menerapkan pola makan bergizi seimbang membuat anak tidak bisa mendapatkan asupan makanan yang berkualitas baik dalam jumlah dan frekuensi yang cukup.
Anak kurang gizi bisa terjadi akibat kekurangan kalori dari asupan protein yang tidak mencukupi angka kecukupan gizi (AKG), dan seringkali juga disertai kekurangan nutrisi lainnya.
Kekurangan gizi lalu menyebabkan imunitas anak terganggu sehingga si Kecil jadi lebih mudah terkena penyakit infeksi berulang, yang dapat memperburuk kondisi gizi anak.
Baca Juga: 16 Ciri Anak Sehat dan Imunitasnya Kuat
7. Perilaku Picky Eater
Picky eater adalah fenomena yang cukup umum pada anak usia dini. Walau begitu, Mama perlu bersikap responsif dan secara bertahap memperbaiki perilaku pilih-pilih makanan.
Sebab, hanya mengonsumsi jenis makanan yang sama dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan anak kekurangan asupan kalori, lemak, dan protein harian.
Hal tersebut tentu menyebabkan pertumbuhan berat dan tinggi badannya terhambat. Bahkan, balita yang susah makan terancam mengalami underweight.
8. GTM
GTM dapat menyebabkan anak kurang gizi dan berisiko malnutrisi, yang berdampak buruk pada tumbuh kembangnya.
Penyebab anak GTM bisa beragam, seperti bosan, sakit, atau trauma terhadap makanan. Orangtua yang panik juga seringnya “menyerah” memberi makanan favorit anak, seperti biskuit atau junk food, hanya agar anak mau makan.
Anak yang pilih-pilih makanan bisa hanya mengonsumsi sedikit jenis makanan. Hal ini dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi penting, seperti zat besi untuk perkembangan otak dan pertumbuhan fisik.
9. Alergi Makanan
Ada sejumlah makanan yang tinggi risiko alergi bagi anak, antara lain susu, kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, telur, gluten, dan kedelai.
Sebagian besar makanan yang tinggi risiko alergi merupakan sumber kalori, protein, kalsium hingga omega-3 yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh dengan optimal.
Alergi makanan yang tidak mendapatkan substitusi yang tepat dapat menjadi salah satu penyebab si Kecil kekurangan asupan nutrisi hingga kurang gizi.
10. Interaksi yang Kurang Harmonis
Makan bukan hanya tentang menyuapkan nasi dan lauk ke mulut anak. Makan adalah sebuah proses belajar dan pemberian kasih sayang.
Sayangnya, terkadang Mama atau pengasuh kurang memperhatikan hal ini. Akibatnya, pemberian makan hanya bertujuan untuk membuat perut si Kecil kenyang.
Hal ini dapat menurunkan motivasi untuk makan dan jika semakin ekstrim dapat menyebabkan anak kurang gizi.
Apa Ciri-Ciri Anak Kurang Gizi?
Kurang gizi pada anak dapat didefinisikan sebagai berat badan dan tinggi badan anak di bawah rata-rata normal anak seumurannya. Selain itu, masih ada beberapa ciri lain, yakni:
- Kehilangan berat badan selama beberapa bulan berturut-turut.
- Menunjukkan perubahan sikap seperti lebih rewel, lebih lambat, atau lebih gelisah.
- Lebih mudah lelah daripada teman-teman sebayanya.
- Mengalami gangguan perkembangan sehingga dapat membuat kesulitan belajar.
- Tergolong terlalu pendek untuk usianya (gagal tumbuh).
- Terlihat terlalu kurus.
- Perutnya terlihat buncit.
- Kulitnya pucat, menebal, atau kering.
- Kulitnya mengalami ruam gatal.
- Pigmen kulitnya mengalami perubahan.
- Helaian rambutnya tipis, keriting, dan mudah dicabut.
- Persendiannya terasa nyeri.
- Tulang lebih rapuh.
- Lidah mungkin membengkak, berkerut atau pecah-pecah.
- Kesulitan melihat di dalam cahaya rendah.
- Lebih sensitif terhadap cahaya.
Akibat Kurang Gizi pada Anak
Masalah anak kurang gizi perlu mendapatkan perhatian ekstra. Pasalnya, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang serius, antara lain:
1. Wasting
Wasting adalah kondisi saat seiring berjalannya waktu, berat badan anak menurun dengan drastis sehingga berada jauh di bawah kurva pertumbuhan.
Apabila diukur oleh tenaga kesehatan, anak akan masuk kategori terlalu kurus dibandingkan dengan tinggi badannya.
2. Stunting
Kekurangan zat gizi secara kronis dapat menyebabkan stunting, yakni kondisi anak berperawakan pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Namun, anak stunting tidak selalu terlihat kurus ya, Ma. Anak stunting bisa memiliki berat badan yang ideal atau bahkan terlihat lebih gemuk dari teman sebayanya.
Tapi bisa dipastikan anak stunting pasti lebih pendek daripada teman-teman sebaya.
3. Underweight
Selain menyebabkan wasting dan stunting, ciri ciri anak kurang gizi kronis juga dapat menyebabkan underweight alias kegagalan mencapai berat badan ideal.
Kegagalan anak mencapai BB ideal anak ini dapat mengganggu laju pertumbuhan tinggi badan anak dalam jangka waktu tertentu.
Mama bisa coba mengamati tubuh si Kecil, apabila tulang rusuknya terlihat menonjol ada kemungkinan ia mengalami underweight.
4. Kwashiorkor
Apabila anak kekurangan asupan protein kronis secara berkepanjangan, ia bisa mengalami kwashiorkor. Sebuah kondisi yang menyebabkan tubuh si Kecil retensi terhadap cairan.
Hal tersebut membuat perutnya membengkak dan terlihat buncit. Menurut penelitian, 37% anak usia 2-4 tahun menolak untuk makan daging.
Apabila si Kecil menunjukkan perilaku ini, jangan dibiarkan, ya. Mama perlu segera mencari sumber protein hewani lain yang lebih disukai si Kecil agar kebutuhan hariannya terpenuhi.
5. Marasmus
Anak bisa mengalami marasmus apabila kekurangan karbohidrat, protein, dan lemak dalam waktu panjang. Kondisi ini membuat lemak dan otot di bawah kulit tubuh hilang.
Anak kurang gizi yang terkena marasmus akan tampak kurus, berat badannya di bawah ideal, dan pertumbuhannya terhambat.
6. Anemia Defisiensi Besi
Kekurangan asupan zat besi (iron) dapat menyebabkan si Kecil mengalami anemia defisiensi besi. Ada banyak dampak negatif yang akan dialami si Kecil ketika ia kekurangan asupan ini.
Bahkan beberapa dari dampak negatif tersebut bersifat jangka panjang dan sulit untuk diatasi, seperti anak lambat berpikir, memiliki gangguan perilaku, hingga memiliki gangguan motorik.
7. Daya Tangkap Kurang
Menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh PubMed Central, kekurangan gizi ternyata dapat menghambat mielinisasi.
Mielinisasi adalah proses pembentukan selaput selubung otak yang berfungsi menghantarkan informasi dari otak ke seluruh jaringan tubuh.
Apabila proses mielinisasi terganggu, maka proses penghantaran informasi menjadi lebih lambat. Hal ini membuat anak tidak bisa berpikir dengan cepat.
Cara Mengatasi Kekurangan Gizi pada Anak
Anak yang kurang gizi harus dibantu meningkatkan asupan nutrisinya secepat mungkin. Berikut adalah beberapa cara mengatasi kekurangan gizi pada anak:
1. Memberikan Variasi Makanan yang Bergizi Seimbang
Langkah pertama untuk mengatasi anak kurang gizi adalah memastikan ia bisa mendapatkan makanan yang seimbang.
Makanan bergizi haruslah mengandung semua zat gizi yang diperlukan, seperti protein, karbohidrat, lemak sehat, serat, omega 3, DHA & EPA, serta vitamin dan mineral penting lainnya.
Menu makanan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, sumber protein hewani dan nabati, serta biji-bijian sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Pemberian Suplemen Gizi
Seperti dijelaskan di atas, pemberian suplemen gizi bisa dikonsumsi sebagai solusi pendukung jika anak mengalami kekurangan gizi yang cukup parah.
Suplemen vitamin dan mineral dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi yang tidak tercukupi melalui makanan.
Namun, pemberian suplemen harus dilakukan dengan rekomendasi dokter atau ahli gizi agar sesuai dengan kebutuhan anak.
Baca Juga: 8 Vitamin yang Bagus untuk Daya Tahan Tubuh Anak 2 Tahun
3. Terapkan Pola Makan Teratur
Menerapkan pola makan yang teratur juga sangat berperan dalam mencegah sekaligus mengatasi anak kurang gizi.
Cobalah untuk mengatur jadwal makan yang konsisten dan menyajikan berbagai jenis makanan untuk meningkatkan nafsu makan serta memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Memberikan makanan dalam porsi kecil namun sering juga dapat membantu jika anak sulit makan dalam porsi besar.
4. Rutin Memeriksakan Kesehatan Anak
Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat penting untuk mendeteksi kekurangan gizi sejak dini.
Dokter dapat melakukan pengecekan status gizi anak melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, serta pemeriksaan darah untuk memastikan tidak ada defisiensi nutrisi yang berpotensi mengganggu kesehatan anak.
Dengan deteksi dini, penanganan yang tepat bisa segera dilakukan.
5. Meningkatkan Asupan Cairan
Selain makanan, kecukupan cairan juga penting untuk mendukung metabolisme tubuh anak.
Kekurangan cairan dapat menghambat penyerapan nutrisi, sehingga penting untuk memastikan asupan cairan cukup, terutama bagi anak-anak yang aktif bermain.
Pastikan anak mengonsumsi cukup air putih setiap hari agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Mama juga bisa berikan minuman dengan kandungan gizi lengkap seperti susu pertumbuhan yang diformulasikan dengan kombinasi FOS:GOS rasio 1:9 serta DHA & EPA lebih tinggi.
6. Kurangi Makanan Tinggi Gula dan Lemak
Penting untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi gula dan lemak jenuh, yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting lainnya.
Makanan tinggi gula dan lemak sering kali tidak memberikan manfaat gizi yang signifikan dan dapat menyebabkan anak memilih makanan yang tidak bergizi.
Pilihlah makanan yang lebih sehat, seperti buah, sayur, dan protein berkualitas, untuk menggantikan camilan atau minuman manis.
7. Menciptakan Lingkungan Makan yang Positif
Menciptakan lingkungan makan yang positif sangat membantu meningkatkan nafsu makan anak.
Cobalah untuk menghindari tekanan atau paksaan saat anak makan. Sebaliknya, buat suasana makan menjadi menyenangkan dan ajak anak untuk makan bersama keluarga.
Hal ni dapat membuat mereka lebih tertarik untuk makan dengan lahap.
Yuk, Ma, daftar di Nutriclub sekarang untuk mendapatkan akses eksklusif ke berbagai konten parenting dan tips stimulasi kecerdasan anak yang tervalidasi expert!