Anak kurang gizi berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang serius. Yuk, telusuri penyebab dari kondisi ini agar Mama bisa mengambil tindakan pencegahan yang tepat!
Penyebab Anak Kurang Gizi
Anak usia dibawah 5 tahun merupakan kelompok yang paling rentan mengalami kurang gizi. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh:
1. Perilaku Picky Eater
Picky eater adalah fenomena yang cukup umum pada anak usia dini. Walau begitu, Mama perlu bersikap responsif dan secara bertahap memperbaiki perilaku pilih-pilih makanan ini.
Sebab, hanya mengonsumsi jenis makanan yang sama dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan anak kekurangan asupan kalori, lemak, dan protein harian.
Hal tersebut tentu menyebabkan pertumbuhan berat dan tinggi badannya terhambat. Bahkan, balita yang susah makan terancam mengalami underweight.
2. Kebiasaan Mengemut Makanan
Apabila berlangsung dalam waktu panjang, perilaku mengemut makan dapat mengakibatkan penurunan asupan kalori yang dibutuhkan tubuh.
Defisit kalori pada akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, hingga status gizi anak.
Mengemut makanan sendiri biasanya disebabkan kebiasaan memberi makan yang kurang tepat. Misalnya makan sambil jalan-jalan, nonton TV, atau bermain dan isi piring harus habis.
3. Interaksi yang Kurang Harmonis
Makan bukan hanya tentang menyuapkan nasi dan lauk ke mulut anak. Makan adalah sebuah proses belajar dan pemberian kasih sayang.
Sayangnya terkadang Mama atau pengasuh kurang memperhatikan hal ini. Akibatnya pemberian makan hanya bertujuan untuk membuat perut si Kecil kenyang.
Hal ini dapat menurunkan motivasi untuk makan dan jika semakin ekstrim dapat menyebabkan terjadinya anak kurang gizi.
4. Kehilangan Nafsu Makan
Nafsu makan yang rendah dapat membuat si Kecil tidak mau makan dan kadang melakukan GTM (gerakan tutup mulut).
GTM bisa mengakibatkan defisit nutrisi. Apabila terjadi secara berkepanjangan dan tidak mendapatkan penanganan serius, tentu kondisi ini bisa menyebabkan status gizi si Kecil buruk.
Sebenarnya, ada banyak faktor yang menyebabkan anak kehilangan nafsu makan. Namun, utamanya hal ini disebabkan oleh jadwal makan yang tidak konsisten.
5. Gangguan Sistem Pencernaan
Beberapa gangguan pencernaan bisa sebabkan tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan. Contohnya penyakit Crohn yang membuat peradangan pada saluran pencernaan.
Bukan hanya menyebabkan tubuh gagal menyerap nutrisi makanan, namun gangguan pencernaan yang berkepanjangan juga bisa menyebabkan nafsu makan anak turun.
Misalkan gangguan pencernaan dengan keluhan mual dan muntah. Sebab, ketika makan, si Kecil akan kembali merasakan gangguan tersebut.
Baca Juga: Anak Sering Sakit? Mungkin Karena Gizinya Tidak Seimbang
6. Infeksi Berkepanjangan
Terkadang si Kecil mengalami infeksi berkepanjangan atau kondisi medis lain sehingga tubuh membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk proses penyembuhan.
Padahal anak yang sedang sakit cenderung kehilangan nafsu makan sehingga asupan nutrisi hariannya justru menurun.
Kondisi ini perlu segera mendapatkan perhatian karena bisa menyebabkan defisit nutrisi yang berujung pada status anak kurang gizi.
7. Alergi Makanan
Ada sejumlah makanan yang tinggi risiko alergi makanan pada anak antara lain susu, kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, telur, gluten, dan kedelai.
Sebagian besar makanan yang tinggi risiko alergi merupakan sumber kalori, protein, kalsium hingga omega-3 yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh dengan optimal.
Alergi makanan yang tidak mendapatkan substitusi yang tepat dapat menjadi salah satu penyebab si Kecil kekurangan asupan nutrisi hingga kurang gizi.
Baca Juga: 7 Cara Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Penting pada Anak
Ciri Anak Kurang Gizi
Anak bisa dikatakan kurang gizi jika berat dan tinggi badan dibawah rata-rata kurva pertumbuhan. Selain itu, masih ada beberapa ciri lain yang ditunjukkan, yakni:
- Kehilangan berat badan selama beberapa bulan berturut-turut.
- Menunjukkan perubahan sikap seperti lebih rewel, lebih lambat, atau lebih gelisah.
- Lebih mudah lelah daripada teman-teman sebayanya.
- Mengalami gangguan perkembangan sehingga dapat membuat kesulitan belajar.
- Tergolong terlalu pendek untuk usianya (gagal tumbuh).
- Terlihat terlalu kurus.
- Perutnya terlihat buncit.
- Kulitnya pucat, menebal, atau kering.
- Mudah memar.
- Kulitnya mengalami ruam gatal.
- Pigmen kulitnya mengalami perubahan.
- Helaian rambutnya tipis, keriting, dan mudah dicabut.
- Persendiannya terasa nyeri.
- Tulang lebih rapuh.
- Lidah mungkin membengkak, berkerut atau pecah-pecah.
- Kesulitan melihat di dalam cahaya rendah.
- Lebih sensitif terhadap cahaya.
Dampak Anak yang Kurang Gizi
Kurang gizi perlu mendapatkan perbaikan asupan nutrisi secepat mungkin. Pasalnya, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang serius pada anak, antara lain:
1. Wasting
Wasting adalah kondisi saat seiring berjalannya waktu, berat badan anak menurun dengan drastis sehingga berada jauh di bawah kurva pertumbuhan.
Apabila diukur oleh tenaga kesehatan, anak akan masuk kategori terlalu kurus dibandingkan dengan tinggi badannya.
2. Stunting
Kekurangan zat gizi secara kronis dapat menyebabkan stunting, kondisi anak berperawakan pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Namun, anak stunting tidak selalu terlihat kurus ya, Ma. Anak stunting bisa memiliki berat badan yang ideal atau bahkan terlihat lebih gemuk dari teman sebayanya.
Tapi bisa dipastikan anak stunting pasti lebih pendek daripada teman-teman sebaya.
Baca Juga: 8 Ciri-Ciri Stunting pada Anak dan Cara Mencegahnya
3. Underweight
Selain menyebabkan wasting dan stunting, anak kurang gizi kronis juga dapat menyebabkan underweight alias kegagalan mencapai berat badan ideal.
Kegagalan anak mencapai BB ideal anak ini dapat mengganggu laju pertumbuhan tinggi badan anak dalam jangka waktu tertentu.
Mama bisa coba mengamati tubuh si Kecil, apabila tulang rusuknya terlihat menonjol ada kemungkinan ia mengalami underweight.
4. Kwashiorkor
Apabila anak kekurangan asupan protein kronis secara berkepanjangan, ia bisa mengalami kwashiorkor. Sebuah kondisi yang menyebabkan tubuh si Kecil retensi terhadap cairan.
Hal tersebut membuat perutnya membengkak dan terlihat buncit. Menurut penelitian, 37% anak usia 2-4 tahun menolak untuk makan daging.
Apabila si Kecil menunjukkan perilaku ini, jangan dibiarkan, ya. Mama perlu segera mencari sumber protein hewani lain yang lebih disukai si Kecil agar kebutuhan hariannya terpenuhi.
5. Marasmus
Anak bisa mengalami marasmus apabila kekurangan karbohidrat, protein, dan lemak dalam waktu panjang. Kondisi ini membuat lemak dan otot di bawah kulit tubuh hilang.
Anak kurang gizi yang terkena marasmus akan tampak kurus, berat badannya dibawah ideal, dan pertumbuhannya terhambat.
6. Anemia Defisiensi Besi
Kekurangan asupan zat besi (iron) dapat menyebabkan si Kecil mengalami anemia defisiensi besi. Ada banyak dampak negatif yang akan dialami si Kecil ketika ia kekurangan asupan ini.
Bahkan beberapa dari dampak negatif tersebut bersifat jangka panjang dan sulit untuk diatasi, seperti anak lambat berpikir, memiliki gangguan perilaku, hingga memiliki gangguan motorik.
7. Daya Tangkap Kurang
Menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh PubMed Central, kekurangan gizi ternyata dapat menghambat mielinisasi.
Mielinisasi adalah proses pembentukan selaput selubung otak yang berfungsi menghantarkan informasi dari otak ke seluruh jaringan tubuh.
Apabila proses mielinisasi terganggu, maka proses penghantaran informasi menjadi lebih lambat. Hal ini membuat anak tidak bisa berpikir dengan cepat.
Baca Juga: Penyebab Kaki O pada Anak, Ciri-Ciri, dan Cara Mencegahnya
Cara Mengatasi Kekurangan Gizi pada Anak
Supaya tidak jatuh ke dalam kondisi ini, anak kurang gizi harus makan apa? Anak dianjurkan untuk mengonsumsi menu makanan bergizi seimbang setiap harinya.
Pastikan setiap isi piringnya terdiri dari zat besi, karbohidrat, protein, lemak, serat, omega 3, DHA & EPA, vitamin, dan mineral. Untuk porsinya, ikuti angka kebutuhan gizi yang disarankan.
Jangan lupa juga untuk membentuk kebiasaan makan yang baik. Dengan begitu si Kecil mendapatkan energi yang cukup untuk belajar, bermain, dan tumbuh dengan optimal.
Selain melalui makanan, Mama juga dapat terus memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi optimal dengan memberikan susu pertumbuhan terfortifikasi.
Pilih susu yang terbaik untuk daya tahan tubuh anak dengan formula Double Biotics, yaitu perpaduan FOS:GOS dengan rasio paling tinggi 1:9 serta DHA & EPA.
Perpaduan nutrisi tersebut merupakan The Formula For Winning Child, teruji klinis untuk dukung imunitas si Kecil dan maksimalkan intelegensinya.
Dengan begitu, anak tidak gampang sakit sehingga waktu belajarnya lebih banyak, daya belajarnya lebih tinggi, dan siap menjadi pemenang!
Jika Mama masih punya pertanyaan lebih lanjut seputar nutrisi dan tumbuh kembang anak, yuk unduh e-book eksklusif: Nutrisi dan Gizi untuk Imunitas Anak sekarang juga. Gratis!