Loading...
informasi-lengkap-seputar-pendengaran-bagi-balita_large
Kesehatan

Informasi Lengkap Seputar Pendengaran Bagi Balita

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


Periode penting perkembangan pendengaran dan kemampuan berbicara anak dimulai sejak enam bulan pertama kehidupannya, berlanjut sampai ia berusia dua tahun.

Sejak usia janin berumur 20 minggu, indera yang pertama kali berfungsi dengan sempurna adalah indera pendengaran. Si Kecil dapat mempelajari banyak hal dari mendengar sejak dalam kandungan. Namun, jika organ pendengaran mengalami gangguan, Ibu perlu waspada karena gangguan pendengaran sejak masa bayi atau balita akan berpengaruh pada kemampuan berbahasa, sosial, dan emosionalnya. Cari tahu inormasi lebih lengkap seputar tes pendengaran bagi balita dari Tim Ahli Nutriclub.

Faktor dan Penyebab Gangguan Pendengaran

Terdapat berbagai faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran, diantaranya adalah:

  • Kondisi atau penyakit yang memerlukan perawatan di Neonatus Intensive Care Unit (NICU) selama 48 jam atau lebih setelah kelahiran
  • Keadaan yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang menyebabkan tuli sensorineural atau konduktif
  • Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sensorineural yang menetap sejak lahir
  • Lahir belum cukup bulan atau pematur
  • Berat badan lahir rendah (BB kurang dari 1500 gram)
  • Skor APGAR yang berkisar dari 0-3 dan 4-10 dan hiperbilirubin.
  • Riwayat infeksi TORCH saat masa kehamilan
  • Kelainan tulang wajah/ tengkorak.

Balita dengan salah satu faktor risiko tersebut mempunyai kemungkinan mengalami ketulian 10 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tidak memilikinya. Bila terdapat tiga buah faktor risiko, kecenderungan menderita ketulian diperkirakan sampai 63 kali lipat lebih besar. Sedangkan, untuk bayi baru lahir, dan dirawat di ruang intensif (NICU) akan berisiko mengalami ketulian sebesar 10 kali lipat bayi normal.

Did you know?

”Anak yang mengalami celebral palsy biasanya memiliki masalah ketidakmampuan belajar serta masalah lain seperti pengelihatan, pendengaran, bicara, dan/atau bahasa. Ketahui selengkapnya di sini.“

LIHAT LENGKAP

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran

Hal yang pertama kali di keluhkan terkait gejala gangguan pendengaran adalah kemampuan Bahasa si Kecil yang belum tercapai dibandingkan dengan balita seusianya. Sebagian besar Ibu baru menyadari keterlambatan bahasa pada si Kecil setelah ia berumur satu tahun. Padahal, menurut Kenna MA, seorang ahli gangguan pendengaran, gangguan pendengaran kongenital dapat diintervensi sebelum usia enam bulan, sehingga, saat si Kecil berusia tiga tahun ia akan memiliki kemampuan berbahasa normal dibandingkan dengan bayi yang diintervensi setelah berusia tiga bulan2.

The Joint Committee on Infant Hearing tahun 2000 dan The American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 1999 merekomendasikan skrining untuk bayi baru lahir dilakukan dalam 3 bulan pertama usianya dan intervensi sudah dilakukan sebelum usia 6 bulan. Oleh karena itu, Ibu harus memperhatikan perkembangan bahasa si Kecil dimulai dari sejak ia lahir.

Ibu bisa menilai bagaimana perkembangan bahasa si Kecil sudah sesuai dengan usianya atau belum melalui tabel Milestones of Language Development :

Lahir               Respon suara, tertarik dengan wajah orang

2 - 4 bulan      reciprocal cooing, turn-taking

4 - 9 bulan      babbling (mengulang konsonan/kombinasi vokal)

6 bulan            merespon jika dipanggil nama

9 - 12 bulan      paham tentang perintah verbal,  menunjuk sesuatu

10 - 16 bulan    berbicara kata yang mudah, menunjuk bagian tubuh atau memahami kata sederhana

18 - 24 bulan    berbicara kosakata, mengucapkan dua kata

24 - 36 bulan   memahami orang-orang yang kenal

30 - 36 bulan   bercakap-cakap dengan bertanya dan menjawab pertanyaan

30 - 42 bulan   cerita pendek, bertanya "mengapa"

36 - 48 bulan   paham dengan orang asing, kalimat terbentuk dengan baik

5 tahun             konsonan dasar sudah terbentuk

 

Ibu bisa memberikan stimulus untuk menilai perkembangan bahasa si Kecil. Satu bulan pertama si Kecil dapat dievaluasi dengan memberikan suara yang keras dan tiba-tiba, apakah dia memberikan respon berupa mengedipkan mata, reflek tangan dan kaki terangkat ke atas, atau tiba-tiba terbangun. Bulan-bulan berikutnya Ibu bisa memberikan stimulus melalui suara-suara, memanggil nama, atau dengan mengamati perilakunya. Jika Ibu menemukan ketidaksesuaian perkembangan bahasa dengan umurnya, segera bawa si Kecil kepada tenaga medis terkait untuk dievaluasi lebih lanjut.

 

Pemeriksaan Pendengaran Pada Balita

Pada prinsipnya, terdapat dua macam cara pemeriksaan pendengaran pada balita: tes pendengaran secara subjektif dan objektif. Tes pendengaran subjektif dilakukan dengan mengamati perilaku balita terhadap rangsang suara (behavioral observation audiometry, visual re-inforcement audiometry), sedangkan tes yang objektif dilakukan dengan alat elektrofisiologi (OAE atau BERA). Tes pendengaran subjektif bisa dilakukan oleh tenaga medis pada umumnya, sedangkan tes objektif sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Pemeriksaan pendengaran bisa dimulai dari bayi usia dua hari dengan OAE (Oto Acoustic Emission) dan atau BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry).

OAE dapat digunakan untuk melihat kondisi koklea (rumah siput) di telinga yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar dan dipancarkan dalam bentuk energi akustik. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini ketulian sejak si Kecil sejak berusia minimal 2 hari.

Sedangkan BERA merupakan pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi saraf VIII (N. auditorius). Pemeriksaan ini merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai dari telinga dalam hingga ke inti-inti tertentu di bidang otak.  BERA umumnya dilakukan pada si Kecil dengan faktor risiko anak terlambat bicara (delayed speech), anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku (autisme), dan anak dengan cacat ganda (sindroma). BERA juga dilakukan untuk membantu memperkirakan jenis ketulian, menentukan prediksi ambang dengar dan membantu menentukan letak lesi di sepanjang serabut pendengaran sampai batang otak.

 

Habilitasi Gangguan Pendengaran

Pada usia 3 bulan, Ibu bisa membawa si Kecil untuk diperiksa secara lengkap organ pendengarannya. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya ketulian, maka si Kecil disarankan menjalani habilitasi. Habilitasi akan memberikan fungsi pendengaran yang seharusnya dimiliki si Kecil yang sebelumnya belum pernah memiliki kemampuan dan pengalaman mendengar. Program habilitasi terdiri dari amplifikasi (memperkeras input suara) dengan alat bantu dengar latihan mendengar dan latihan wicara sebelum si Kecil berumur 6 bulan6

Ibu perlu segera memeriksakan ke dokter ahli THT-KL spesialis audiologi jika si Kecil memiliki salah satu dari kondisi medis seperti faktor-faktor resiko yang sudah disebutkan di atas. Teliti dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan si Kecil sejak dini akan menghindarkannya dari resiko terkena penyakit menular atau gangguan organ tubuh lainnya.

 

Ditulis oleh: dr. Izzatul Muna

Review oleht: dr. Vicka Farah Diba, MSc., Sp.A

 

Daftar Pustaka

  1. Sokol J, Hyde M. Hearing screening. Pediatr Rev 2002;23:155-62.
  2. Kenna MA. Neonatal hearing screening. Pediatr Clin North Am 2003; 50 : 301 - 313
  3. Joint Committee on Infant Hearing. Year 2000 position statement : Principles and guidelines for early hearing detection and intervention programs. Pediatrics 2000; 106: 798-817
  4. American Academy of Pediatrics. Task force on newborn and infant hearing. Newborn and infant hearing loss : detection and intervention. Pediatrics 1999; 103:527-30.
  5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. IDAI; 2009. 290
  6. Rahman S. Deteksi dan solusi gangguan pendengaran. 2015 (cited 2015Augustus 15). Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
Artikel Terkait