Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi gangguan saraf yang memengaruhi perilaku anak. Seperti apa ciri, penyebab, dan penanganannya?
Ciri Anak ADHD
ADHD ditandai dengan sulit fokus. Namun, tidak semua anak yang terlihat tidak bisa fokus pasti memiliki gangguan ADHD. Berikut adalah ciri anak ADHD selengkapnya:
- Anak tidak bisa fokus, atau mudah terdistraksi.
- Hiperaktif, selalu bersemangat, selalu gelisah.
- Impulsif.
- Sulit mengatur rutinitas atau jadwal sehari-hari.
- Mudah cemas dan gelisah.
- Kurang motivasi.
- Suka menghentakkan kaki dan tangan.
- Tidak dapat bermain dengan tenang.
- Terburu-buru dalam membuat keputusan.
- Muncul reaksi emosional berlebihan untuk suatu situasi tertentu.
- Ketidakmampuan anak dalam menunggu sehingga ia menginterupsi kegiatan orang lain.
Gejala ADHD cenderung terlihat di usia dini dan sebagian besar kasus didiagnosis pada anak-anak berusia di bawah 12 tahun.
Gejala bisa lebih terlihat ketika keadaan anak berubah, misalnya ketika mulai masuk sekolah. Kadang gejalanya bisa sama sekali tidak terlihat sampai anak benar-benar dewasa.
Baca Juga: Gangguan Kognitif pada Anak: Penyebab, Jenis, Perawatannya
Penyebab ADHD pada Anak
Hingga saat ini penyebab pasti ADHD belum dapat diketahui. Selain faktor genetik, kemungkinan penyebab dan faktor risiko lainnya adalah:
- Bayi lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu).
- Berat badan bayi lahir rendah.
- Konsumsi alkohol dan rokok selama kehamilan.
- Paparan zat kimia saat ibu hamil.
Baca Juga: 11 Ciri Autisme pada Anak yang Perlu Dikenali Sejak Dini
Tipe ADHD yang Umum pada Anak
ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Dominan Inatensi
Jika gejala dominannya adalah masalah atensi, jenis ADHD yang mungkin dimiliki anak adalah Predominantly Inattentive Presentation. Anak ADHD tipe ini biasanya menunjukkan gejala:
- Tidak memperhatikan hal detail atau membuat kesalahan ceroboh pada tugas sekolah atau pekerjaan.
- Bermasalah dalam fokus terhadap tugas atau aktivitas tertentu, seperti dalam kelas, percakapan, atau bacaan panjang.
- Sering tidak terlihat mendengarkan lawan bicara.
- Sering tidak mengikuti arahan dan tidak menyelesaikan tugas sekolah.
- Punya masalah dalam mengatur jadwal kegiatan.
- Sering menghindari atau tidak menyukai tugas yang memerlukan usaha mental cukup lama (seperti mengerjakan pekerjaan rumah).
- Sering kehilangan barang-barang yang penting untuk menjalankan tugas.
- Mudah terpecah konsentrasi.
- Pelupa dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
2. Dominan Hiperaktif/Impulsif
ADHD tipe ini disebut Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation. Anak dengan kondisi ini biasanya merasakan gejala seperti:
- Sering merasa gelisah bila duduk dengan membuat gerakan-gerakan kecil atau menepuk-nepukkan tangan dan kaki.
- Tidak bisa duduk diam.
- Lari atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.
- Tidak bisa bermain atau melakukan hobi di waktu luang dengan tenang.
- Sering banyak gerak seperti dikendalikan dinamo.
- Terlalu banyak bicara.
- Sering menjawab sebelum selesai diberikan pertanyaan.
- Sering bermasalah dalam menunggu giliran.
- Sering menginterupsi orang lain.
Gejala yang sama setidaknya harus muncul persisten selama 6 bulan.
Baca Juga: Kenali Fase Terrible Two pada Anak dan Cara Mengatasinya
3. Tipe Campuran
ADHD tipe campuran merupakan gabungan dari ADHD tipe Predominantly Inattentive Presentation dan Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation yang gejalanya muncul seimbang.
Selain menilai dari gejala yang muncul, Mama juga harus memperhatikan hal berikut:
- Gejala harus sudah ada sebelum anak berusia 12 tahun.
- Muncul dalam dua atau lebih situasi (misalkan rumah, sekolah, tempat kerja, pergaulan).
- Ada bukti yang jelas bahwa gejala mempengaruhi hidup anak sehari-hari.
- Dokter harus memastikan tidak ada gangguan tumbuh kembang lainnya secara mental pada si Kecil. Pasalnya, gangguan kecemasan pada anak dapat menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan ADHD.
Walaupun tampaknya mudah, tapi dokter spesialis anak atau dokter spesialis kesehatan jiwa harus ekstra hati-hati dalam mendiagnosis si Kecil dengan ADHD.
Bagaimana Cara Mendeteksi ADHD pada Anak?
ADHD sering disalahpahami dengan autisme atau masalah perilaku anak. Jadi, Mama perlu membawa si Kecil ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Berikut adalah hal yang mungkin dilakukan dokter sebagai cara mendeteksi anak ADHD:
- Pemeriksaan fisik.
- Mengamati gejala ADHD pada anak.
- Riwayat kesehatan.
- Wawancara dengan Mama Papa, serta orang-orang di sekitar si Kecil.
Anak didiagnosis mengalami ADHD apabila:
- Anak setidaknya memiliki 6 tanda atau ciri ADHD, seperti sering melakukan gerakan kecil berulang-ulang atau mudah teralihkan.
- Anak mengalami gejala ADHD selama 6 bulan atau lebih di bawah usia 12 tahun.
- Gejala ADHD menyebabkan masalah bagi si Kecil di lebih dari satu lingkungan, seperti di rumah, sekolah, dan lainnya.
Bila si Kecil terbukti menderita gangguan mental lain, misalkan gangguan cemas, maka diagnosis ADHD dapat langsung disingkirkan.
Perawatan ADHD pada Anak
ADHD adalah gangguan mental yang belum bisa sembuh secara total. Namun, ada beberapa penanganan yang bisa Mama dan Papa lakukan untuk bantu si Kecil menyesuaikan kondisinya:
1. Terapi Perilaku
Menurut American Academy of Pediatrics, terapi perilaku menjadi salah satu penanganan ADHD pada anak yang lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun.
Terapis, orang tua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu hadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat.
Anak juga dapat menjalani terapi grup, konseling, maupun kegiatan anak yang terfokus melatih keterampilan bersosialisasi.
Baca Juga: Ciri-Ciri Anak Terlambat Jalan, Penyebab, dan Cara Stimulasinya
2. Obat-Obatan
Penggunaan obat-obatan bisa meningkatkan perilaku anak ADHD. Meski demikian, ada banyak hal yang perlu Mama pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada si Kecil, ya.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak butuhkan. Pada beberapa kasus, obat-obatan mungkin diperlukan dan bisa dilanjutkan hingga anak dewasa.
Pemilihan obat dilakukan dengan hati-hati sambil memperhatikan gejala yang menonjol pada si Kecil serta efek samping dari masing-masing obat.
Itu dia informasi mengenai ciri, penyebab, diagnosis, dan perawatan anak ADHD yang perlu Mama dan Papa ketahui.
Jika masih punya pertanyaan ataupun kekhawatiran tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak, tanyakan langsung dengan ahlinya di Nutriclub Expert Advisor. Gratis!