Anak Indonesia mengalami diare hampir 2 kali per tahun. Untuk itu, penting mengetahui lebih banyak seputar penyebab dan cara mengatasi diare pada bayi dengan tepat dalam artikel berikut ini.
Penyebab Diare pada Bayi
Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi rotavirus. Infeksi ini mengakibatkan 60% dari seluruh kasus diare pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Diare juga dapat disebabkan oleh hal-hal lain seperti:
1. Infeksi Virus, Bakteri atau Parasit
Infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit yang menyerang saluran cerna merupakan penyebab diare pada bayi yang paling umum terjadi.
Sebagian besar kasus diare bayi disebabkan oleh infeksi rotavirus. Gejala infeksi rotavirus bisa muncul setelah 2 hari terpapar virus ini. Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, termasuk diare dan keracunan makanan, adalah E. coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella.
Bayi yang mengalami diare biasanya akan mengalami demam dan didahului dengan muntah. Kondisi ini bisa juga menyebabkan gejala lainnya, seperti muntah dan demam ringan. Jika si Kecil menderita sakit perut, ia mungkin mengalami diare dan gejala lain beberapa kali selama 24 jam.
Baca Juga: Kenali Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI
2. Perubahan Pola Makan Bayi
Jika si Kecil sudah menginjak usia 6 bulan, Mama mungkin akan mulai memperkenalkan ia dengan makanan padat pendamping ASI (MPASI).
Ketika bayi yang sudah lama terbiasa minum ASI mulai diberikan makanan padat, sistem pencernaannya bisa ‘kaget’. Perubahan pola makan inilah yang bisa membuat bayi MPASI mengalami diare, Ma.
3. Intoleransi Laktosa
Si Kecil jadi sering buang angin, perutnya keras, dan diare setiap kali habis minum susu sapi? Ini mungkin tanda bayi Mama memiliki masalah pencernaan seperti intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa itu sendiri adalah kondisi yang membuat pencernaan bayi tidak bisa mencerna laktosa, jenis gula alami di dalam susu sapi.
Si Kecil yang berusia kurang dari 6 bulan biasanya terkena diare karena minum susu sapi atau susu formula. Nah jika ini yang dialami si Kecil dan ia sudah mulai MPASI, baiknya segera hentikan pemberian susu sapi dan makanan olahan susu sapi.
Kalau si Kecil masih menyusu ASI, Mama juga perlu membatasi konsumsi susu sapi dan olahannya, ya! Sebab, laktosa dari makanan mungkin bisa terserap ke dalam ASI.
4. Alergi Makanan
Jika bayi sudah MPASI, diare juga mungkin terjadi karena alergi pada bayi atau intoleransi terhadap suatu jenis makanan atau minuman tertentu.
Beberapa jenis makanan penyebab alergi di antaranya adalah susu, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, atau kerang.
Reaksi alergi biasanya akan muncul beberapa menit atau jam setelah si Kecil makan atau minum. Jika penyebab diare pada bayi karena risiko alergi terhadap makanan, ia juga akan mengalami gejala ruam atau gatal pada area mata dan hidung.
5. Efek Samping dari Obat yang Mama Konsumsi
Apakah Mama sedang minum antibiotik selama menyusui si Kecil? Jika iya, penting untuk Mama ketahui kalau obat-obatan yang Mama konsumsi bisa berpengaruh pada bayi.
Sebagai contoh, antibiotik nyatanya bisa menimbulkan efek samping berupa diare pada bayi. Begitu pula dengan beberapa suplemen atau vitamin yang sedang Mama konsumsi.
Hal ini bisa terjadi, karena apa pun yang Mama konsumsi sehari-hari sangat bisa mempengaruhi rasa, tekstur, dan bahkan kandungan dari ASI yang diminum si Kecil yang perutnya masih sensitif.
Untuk itu, Mama perlu memperhatikan apa yang sedang dikonsumsi agar tidak mempengaruhi ASI.
Ciri dan Gejala Diare pada Bayi
Pada 1-2 bulan pertama, frekuensi buang air besar (BAB) pada bayi umumnya cukup tinggi. Sehingga, Mama mungkin akan kesulitan untuk menentukan apakah si Kecil mengalami diare atau tidak.
Begini, Ma. Jika si Kecil BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tekstur tinja yang cair dan berwarna kuning kehijauan atau coklat gelap, ini mungkin pertanda ia sedang diare.
Selain itu, ciri-ciri bayi diare juga dapat dilihat dari gerak-geriknya yang tampak lebih rewel dan gelisah, dan bahkan tidak mau menyusu.
Berikut adalah beberapa ciri dan gejala diare pada bayi yang perlu Mama waspadai:
-
Frekuensi BAB yang meningkat.
-
Perut bayi berbunyi atau bayi sering kentut.
-
Feses berwarna kuning dan tebal seperti selai kacang.
-
Sering buang air besar dan jumlah feses meningkat.
-
Feses mengandung lendir, darah, atau berbau tidak sedap.
-
Merasa lemas.
Cara Mengatasi Diare pada Bayi
Mama mungkin bertanya-tanya, berapa lama diare pada bayi akan sembuh? Umumnya, bayi yang diare dapat sembuh kurang lebih selama 5-14 hari. Ketika si Kecil mengalami diare, sangat wajar bila Mama merasa gelisah melihatnya rewel dan lesu.
Namun jangan khawatir, berikut beberapa cara mengatasi diare pada bayi yang bisa dicoba dengan mudah di rumah.
1. Lanjut Berikan ASI Lebih Sering
Bayi baru lahir, terutama yang lahir secara caesar, lebih rentan terpapar infeksi pencernaan karena daya tahan tubuhnya belum optimal. Maka itu, si Kecil membutuhkan dukungan nutrisi ekstra dari ASI yang mengandung synbiotic untuk daya tahan tubuhnya.
Synbiotic adalah kombinasi prebiotik dan probiotik yang dapat memperkuat sistem imun si Kecil yang lahir caesar. Berdasarkan hasil riset, synbiotic terbukti mampu memenuhi jumlah bakteri baik dalam usus yang tidak didapatkan melalui kelahiran caesar.
Untuk memahami lebih banyak soal manfaat sinbiotik untuk imun si Kecil, yuk kunjungi laman C-Section Ready! Di sini, Mama juga bisa bertanya langsung ke tim Nutriclub Expert Advisors terkait pertanyaan-pertanyaan lain seputar Imunitas si Kecil!
2. Jangan Berikan Sembarang Cairan
Meski perlu memberikan cairan lebih banyak untuk si Kecil agar mencegah dehidrasi, mama sebaiknya menghindari pemberian cairan tanpa saran dari dokter. Misalnya, memberikan minuman jus.
Memberikan jus kepada bayi yang diare bisa memperburuk gejala diare. Ini karena beberapa anak tidak atau belum dapat mencerna gula dengan baik.
3. Beri Makanan Lunak
Jika si Kecil sudah berusia di atas 6 bulan dan mulai mengkonsumsi makanan padat, Mama boleh memberikannya makanan lunak.
Misalnya, Mama bisa memberikan pisang yang dihaluskan, bubur, atau saus apel sampai diare berhenti. Makanan-makanan ini bisa menjadi pengganti nutrisi dan tenaga si Kecil yang hilang akibat diare.
Hindari memberikan makanan yang dapat memperburuk gejala diare, seperti makanan manis, makanan berserat, makanan berminyak, atau produk olahan susu.
Perlu diingat, memberikan makanan padat maupun halus pada bayi di bawah 6 bulan dapat membahayakan kesehatannya. Untuk bayi kurang dari 6 bulan, Mama cukup berikan ASI lebih sering untuk mencegah dehidrasi dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
4. Beri Asupan Probiotik
Terkadang, Mama dan Papa mungkin terburu-buru untuk memberikannya obat. Padahal, memberikan obat diare untuk bayi membutuhkan resep dan pengawasan dari dokter, lho!
Sebagai gantinya, Mama bisa memberi asupan probiotik untuk si Kecil yang berusia 6 bulan ke atas dan sudah bisa makan MPASI, misalkan dari yogurt, sup miso, atau bubur tempe. Probiotik dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan bayi.
5. Berikan Suplemen Zinc
Suplemen zinc juga dapat diberikan sebagai cara mengatasi diare pada bayi. Menurut WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi yang mengalami diare akut dapat diberikan suplemen zinc selama 10–14 hari.
Dosis pemberian suplemen zinc pada bayi berusia di bawah 6 bulan adalah sekitar 10 mg per hari. Untuk menentukan dosis dan cara pemberian suplemen yang benar, Mama bisa berkonsultasi ke dokter anak terlebih dahulu, ya.
Pencegahan Diare pada Bayi
Berikut ini adalah beberapa langkah yang direkomendasikan WHO untuk mengendalikan diare pada bayi:
-
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar supaya diare tidak gampang menular.
-
Biasakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, saat mengganti popok dan setelah menggunakan kamar mandi.
-
Pastikan suplai air bersih yang cukup.
-
Lanjutkan pemberian ASI eksklusif.
-
Lakukan vaksinasi rotavirus.
-
Lakukan imunisasi campak.
-
Berikan suplementasi vitamin A.
Baca Juga: Jadwal Vaksin Rotavirus untuk Mencegah Infeksi Diare Berulang pada Bayi
Kapan Bayi Diare Harus Dibawa ke Dokter?
Bila diare pada si Kecil berlanjut, maka ia akan mudah mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit melalui tinja menjadi penyebab utama kematian karena diare pada bayi.
Oleh karena itu, jangan ragu membawa si Kecil ke dokter anak apabila ia sudah menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Berikut beberapa tanda dehidrasi akibat diare yang patut diwaspadai:
-
Kencing berkurang.
-
Bayi rewel.
-
Mulut kering.
-
Tidak ada air mata saat menangis.
-
Bayi terlihat mengantuk atau lemas yang tidak biasa bahkan tidak sadar/
-
Ubun-ubun cekung.
-
Kulit kering dan bila dicubit lambat kembali ke bentuk normal.
-
Diare pada bayi berusia kurang dari 3 bulan.
-
Diare mengandung darah, lendir atau nanah.
-
Mata cekung
Dokter akan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan si Kecil.
Jangan lupa untuk terus pantau imunitas si Kecil di setiap tahap perkembangannya melalui berbagai artikel informatif dan video tervalidasi expert di The Parent's Guide Academy.
Semoga informasi ini berguna ya, Ma!