Saat memasuki usia 6 bulan, Mama pasti sangat excited untuk mengenalkan makanan padat pertama pada si Kecil! Beragam menu MPASI (Makanan Pendamping ASI) pasti sudah Mama siapkan dengan sangat baik. Tapi tahukah Mama bahwa pemberian MPASI bukan hanya sekedar proses memberi makan bayi agar ia kenyang?
Mengenalkan makanan padat melalui MPASI ternyata memiliki beragam manfaat bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi, Ma.
Manfaat MPASI bagi Tumbuh Kembang Bayi
ASI adalah sumber makanan utama dan sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Namun ketika berusia 6 bulan, ASI sudah tidak dapat memenuhi nutrisi hariannya. Oleh karena itu, si Kecil perlu mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI).
Tapi pemberian ASI tidak sekedar berfungsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak saja. Ada banyak manfaat lain yang bisa didapatkan si Kecil dari MPASI.
Berikut daftar manfaat MPASI yang sebaiknya Mama Ketahui:
1. Sumber Energi Tambahan
Bayi usia 6 bulan membutuhkan energi tambahan sebesar 200 kilo kalori per hari dari makanan selain ASI. Total energi ini bisa si Kecil dapatkan dari makan makanan MPASI sebanyak 2-3 sendok makan untuk dua kali dalam sehari.
Ketika bayi makin besar dan pintar makan, naikkan porsi makannya secara perlahan menjadi setengah mangkuk ukuran 250 ml untuk bisa mencukupi tambahan kebutuhan kalori per hari si Kecil.
2. Belajar Makan Sendiri
Pemberian MPASI merupakan langkah awal untuk bayi melatih keterampilan makan dan mengunyah agar ia semakin terbiasa untuk makan makanan padat ketika lapar.
Makan MPASI juga menjadi salah satu tahapan untuk si Kecil mulai belajar makan sendiri.
Contohnya ia mengulurkan tangan untuk meraih sendok yang digunakan untuk menyuapi atau ingin langsung mengambil makanan di dalam piring makannya dengan tangannya. Kemampuan makan sendiri merupakan satu langkah besar bagi si Kecil untuk belajar mandiri.
Agar proses belajar makan sendiri berjalan dengan lancar, Mama bisa mulai mengenalkan si Kecil pada finger foods saat memasuki usia 9 bulan.
Beri si Kecil finger foods yang bertekstur lembut sehingga mudah dihancurkan menggunakan gusinya dan tidak membuat anak tersedak contohnya potongan pisang, mangga, alpukat tahu, kentang, ubi, atau labu kukus.
Pada awal pemberian makanan padat, mungkin si Kecil akan melakukan penolakan dan lebih memilih untuk mengonsumsi ASI. Walau begitu Mama harus tetap sabar dan mencoba lagi untuk memberikan MPASI beberapa hari kemudian.
Baca juga: Panduan Memberikan MPASI Pertama untuk Bayi 6 Bulan
3. Melengkapi Sumber Nutrisi Bayi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ASI adalah nutrisi paling penting untuk bayi sampai setidaknya 2 tahun pertama usia si Kecil.
Namun, asupan gizi dari ASI sudah mulai harus diimbangi dengan makanan padat untuk bisa memenuhi besaran kebutuhan gizi yang si Kecil butuhkan setiap bulan.
Makanan padat yang dikonsumsi secara beriringan dengan ASI akan membantu memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Selain itu, kecukupan nutrisi yang si Kecil dapatkan dari MPASI bergizi seimbang juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan kognitif serta motoriknya sampai besar nanti.
4. Membentuk Selera Makan
Dalam pemberian MPASI, bayi diajak untuk mencoba berbagai rasa dan tekstur makanan. Hal tersebut membantu menentukan selera dan pola makannya di masa mendatang.
Oleh karena itu, Mama dapat memanfaatkan masa MPASI dengan sebaik mungkin untuk membentuk selera makan si Kecil.
Nah, langkah pertama yang perlu Mama lakukan untuk membentuk selera makan sehat sejak MPASI adalah membuat si Kecil familiar dengan makanan utama serta makanan selingan yang sehat seperti buah dan sayur.
Ada satu tips untuk membuat bayi lebih mudah untuk menyukai sayur lho, Ma. Salah satunya adalah dengan memberikan sayur yang rasanya cenderung tidak manis seperti brokoli, kembang kol, dan bayam.
Baca juga: Panduan Jadwal MPASI 7 Bulan dan Resep Praktisnya
5. Belajar Rasa Lapar dan Kenyang
Manusia memiliki waktu pengosongan lambung yang dapat diprediksi sehingga sebenarnya Mama bisa mengetahui kapan si Kecil akan merasa lapar.
Pada umumnya, 50% lambung si Kecil akan kosong dalam waktu 100 menit untuk makanan padat dan 75 menit untuk makanan cair. Dari pengetahuan Mama tentang waktu pengosongan lambung tersebut, Mama dapat mengatur jadwal makan yang konsisten.
Jadwal makan yang konsisten antara makanan utama, makanan selingan, dan ASI akan membantu si Kecil untuk mengenali rasa lapar dan kenyang yang timbul di dalam dirinya.
Pengetahuan akan rasa lapar dan kenyang ini di masa depan akan bantu si kecil terhindar dari obesitas. Sebab, ia akan makan saat dirinya memang membutuhkan, bukan sebagai pelampiasan atas rasa bosan maupun keinginan sesaat.
6. Membentuk Pola Makan Sehat
Mama kini telah memahami bahwa si Kecil memiliki waktu pengosongan lambung yang dapat memicu timbulnya rasa lapar. Nah, pengetahuan tersebut dapat Mama gunakan untuk membuat jadwal makan untuk si Kecil.
Jadwal makan tersebut sebisa mungkin harus diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga menumbuhkan pola makan yang baik pada diri si Kecil.
Dengan menerapkan pola makan yang baik, si Kecil akan secara otomatis mengalami pertambahan berat dan tinggi badan yang ideal.
Tidak hanya itu saja Ma, pola makan yang baik juga membantu menekan kemungkinan anak terserang berbagai macam penyakit yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan serius di masa depan, seperti diabetes dan obesitas.
7. Mendukung Perkembangan Kemampuan Oromotor
Untuk bayi, makan bukanlah sekedar prosesi membuat si Kecil kenyang dan tercukupi kebutuhan energinya. Makan sebenarnya merupakan proses untuk melatih keterampilan anak, salah satunya adalah kemampuan motorik oral alias oromotor.
Bagi Mama dan orang dewasa lainnya, prosesi mengunyah dan menelan merupakan hal yang sangat mudah dan sederhana. Namun, tidak begitu untuk bayi yang baru mengenal tekstur makanan padat.
Mengunyah dan menelan menjadi sesuatu yang penuh tantangan karena fleksibilitas otot-otot wajah dan mulutnya belum terbentuk dengan sempurna.
Itulah alasan mengapa bayi yang perkembangan motorik oralnya terganggu dapat tumbuh menjadi seorang picky eater, karena ia kesulitan beradaptasi dengan berbagai tekstur makanan.
8. Melatih Motorik Halus si Kecil
Motorik halus adalah kemampuan si Kecil untuk mengontrol gerakan otot-otot halus yang berada di sekitar tangan, termasuk jari-jarinya.
Ketika si Kecil sudah mulai makan sendiri, tangannya akan terjulur untuk meraih makanan dan jari-jarinya akan berusaha menjimpit atau menggenggam makanan tersebut. Gerakan tersebut ternyata menjadi stimulus yang sangat baik bagi keterampilan motorik halus si Kecil.
Mama, keterampilan motorik halus ini kelak akan sangat berguna saat si Kecil mulai sekolah dan mulai harus mengerjakan sesuatunya sendiri. Karena, motorik halus berperan dalam aktivitas yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata seperti menulis, menggunting, menggambar, mengancingkan baju, menggosok gigi, dan lain sebagainya.
9. Melatih Kepekaan Sensori
Si Kecil yang baru belajar makan sendiri akan menggunakan tangannya untuk meraih dan memasukkannya ke dalam mulut alih-alih menggunakan sendok.
Oleh karena itu, proses makan menjadi kegiatan yang sangat baik untuk merangsang kepekaan sensoris anak seperti indra perasa, peraba, penciuman, dan penglihatan.
Saat makan, si Kecil akan secara otomatis melihat dimana makanannya berada juga seperti apa bentuk dan warnanya. Hal itu akan melatih indra penglihatannya.
Kemudian, ia akan melanjutkannya dengan proses bermain sambil makan, dimana si Kecil akan menggunakan tangannya untuk meraba tekstur makanan.
Setelah makanan masuk mulut, lidahnya akan mengecap berbagai rasa baru, dan hidungnya akan mencium berbagai aroma makanan.
10. Membantu Meningkatkan Imun Tubuh
Pemberian MPASI adekuat memberikan nutrisi bagi bayi dan mikroba ususnya yang sedang berkembang. Hal itu akan membantu sistem pertahanan tubuh si Kecil menjadi lebih baik.
Contohnya pemberian MPASI kaya zat besi dan vitamin C. Kedua nutrisi esensial tersebut akan bantu anak terhindar dari anemia dan melindungi tubuh si Kecil dari radikal bebas.
Sedangkan MPASI yang mengandung prebiotik dan probiotik akan membantu menyeimbangkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan si Kecil.
Alhasil, ia terhindar dari berbagai penyakit seperti diare, pilek, infeksi saluran pernafasan atas, peradangan usus, dan masih banyak lagi.
Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anak yang Susah Makan Saat Tumbuh Gigi
Tahapan Pemberian MPASI Bayi
MPASI bayi harus diberikan secara bertahap agar si Kecil tidak tersedak dan dapat belajar makan dengan baik. Level tekstur akan dinaikkan seiring bertambahnya usia si Kecil agar ia semakin pintar makan.
Berikut panduan perubahan tekstur MPASI bayi dari bulan ke bulan:
-
Usia 6 bulan - si Kecil perlu diperkenalkan dengan makanan yang dihaluskan sehingga memiliki tekstur puree (bubur kental).
-
Usia 6-9 bulan - selepas usia 6 bulan, Mama bisa secara perlahan menaikkan level makan si Kecil dari puree (bubur kental) ke mashed (makanan yang telah dilumatkan hingga halus).
-
Usia 9-12 bulan - Mama bisa mulai memberikan makanan bertekstur minced (makanan yang dicincang halus), chopped (makanan yang dicincang kasar), atau finger food (makanan yang berbentuk seperti jari sehingga mudah digenggam).
-
Usia 12-24 bulan - di usia ini si Kecil sudah pintar makan sehingga Mama bisa berikan makanan keluarga yang dihaluskan atau dicincang seperlunya.
Itulah tahapan tekstur MPASI yang perlu Mama ikuti. Semangat terus ya, Ma, Pa, untuk memberikan makanan pendamping ASI terbaik untuk si Kecil agar ia mendapatkan manfaatnya secara optimal dan dapat tumbuh menjadi generasi pemenang!
Oh iya, jangan lupa untuk memperkaya wawasan terkait perkembangan si Kecil di setiap fase pertumbuhannya dengan mengunduh e-book Panduan Dukung Daya Tahan Tubuh dalam 1000 Hari Pertama Anak yang dimoderatori para ahli di bidangnya. Gratis!
Selain itu, Mama juga bisa langsung berkonsultasi dengan tim Nutriclub Expert Advisor terkait segala pertanyaan dan kekhawatiran Mama soal perkembangan bayi dari bulan ke bulannya.
Sampai jumpa pada artikel informatif berikutnya!