Perkembangan emosi anak berkaitan dengan kemampuan berinteraksi, berempati, dan berekspresi. Bagaimana tahapan, faktor-faktor yang memengaruhi, dan cara mengoptimalkannya?
Apa yang Dimaksud Perkembangan Emosional pada Anak?
Perkembangan emosional anak adalah perkembangan kemampuan untuk memahami dan mengelola segala bentuk emosi yang dirasakan si Kecil dengan cara yang sehat.
Contoh kemampuan ini termasuk cara anak berperilaku baik, mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, dan keluwesan bergaul dengan teman-teman sebaya dan berinteraksi.
Anak yang mampu mengelola perasaan akan mampu mengembangkan diri yang positif dan jadi pribadi percaya diri. Karena itu, mengenali perkembangan emosi menjadi hal yang penting untuk kesehatan mental anak.
Tahapan Perkembangan Emosional pada Anak Usia Dini
Semakin bertambah usia, kemampuan sosial dan emosional anak semakin berkembang. Berikut tahap kemampuan emosional anak usia 1-5 tahun yang perlu diketahui:
1. Perkembangan Emosi Anak Usia 1 Tahun
Di usia 1 tahun, perkembangan emosi anak sebetulnya sudah mulai terlihat dan dapat dipahami oleh orang dewasa. Misalnya:
- Menikmati waktu bermain bersama teman-temannya.
- Sering tersenyum dan tertawa ketika bermain.
- Bisa merasakan sedih dan bahagia temannya saat bermain. Ia dapat merasa sedih saat melihat temannya menangis.
- Sering tersenyum saat diajak bicara oleh orang lain.
- Merasa malu dan cemas ketika bertemu orang baru.
- Tampak gelisah, cemas, bahkan menangis karena ditinggal Mama dan Papa. Begitu pula saat ia merasa lelah, sakit, atau ketakutan.
- Mulai belajar menunjukkan kemandirian dalam kesehariannya.
- Anak mulai tantrum sebagai pertanda apabila kebutuhan dan keinginannya tidak terpenuhi.
2. Perkembangan Emosi Anak Usia 2 Tahun
Menginjak 2 tahun, Mama mungkin menyadari kalau si Kecil sering kali mengalami perubahan emosi begitu cepat. Mulanya senang dan bahagia, tiba-tiba cemberut, rewel, dan menangis tanpa alasan.
Anak usia 2 tahun masih sulit mengendalikan emosinya. Itulah alasan mengapa di fase ini rata-rata anak mengalami tantrum, karena belum bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Dalam kondisi tertentu yang membuat tidak nyaman, ia mungkin akan sulit mengatur emosi sehingga ia memilih menangis dan bahkan hingga menggigit, menendang, atau menjerit-jerit.
Baca Juga: Tahap Perkembangan Kognitif Anak dan Cara Stimulasinya
3. Perkembangan Emosi Anak Usia 3 Tahun
Kebanyakan anak usia 3 tahun sudah mulai belajar mandiri. Namun, ada beberapa anak yang menjadi sulit diatur. Berikut perkembangan emosi anak usia 3 tahun selengkapnya:
- Anak tidak lagi kesal atau marah ketika ditinggal pergi Mama dan Papa.
- Anak bisa memperlihatkan cinta dan kasih sayang pada Mama dan Papa.
- Anak mengetahui perbedaan rasa senang, sedih, takut, atau marah.
- Anak sudah bisa memperlihatkan emosi yang lain, seperti merasa bersalah atau malu.
- Anak mungkin menjadi posesif terhadap mainan atau barang-barang pribadi miliknya.
- Anak mulai memperlihatkan empati, seperti berusaha menghibur teman yang sedih.
- Anak sudah dapat diajak untuk membantu pekerjaan rumah.
- Anak mengerti akan rutinitas sehari-hari dan akan kesal apabila rutinitasnya terganggu.
- Si Kecil akan tertawa ketika menemukan sesuatu yang lucu, atau menangis saat ada yang membuat sedih dan marah.
- Bila ingin sesuatu, ia harus segera memenuhinya saat itu juga, meskipun itu harus bersikap agresif pada orang lain.
- Saat si Kecil bermain bersama temannya, ia bisa tiba-tiba merebut mainan atau merampas mainannya.
4. Perkembangan Emosi Anak Usia 4 Tahun
Di usia 4 tahun, rasa empati anak mulai muncul sehingga membuat mereka lebih perhatian. Ia juga menyadari orang lain memiliki perasaan. Berikut penjelasan selengkapnya:
- Frekuensi tantrum berkurang.
- Paham apa yang ia suka dan apa saja yang membuatnya tidak senang.
- Anak senang membuat candaan.
- Menunjukkan kemampuan kerja sama dan bergiliran saat bermain dengan teman.
- Saat berkonflik, anak mungkin menggunakan pukulan, gigitan, ataupun dorongan sebagai cara menyelesaikan masalah.
- Suka meniru apa yang dilakukan teman-teman atau orang tuanya.
- Memahami artinya “milikku” dan “milikmu”.
- Anak sudah semakin mandiri.
Baca Juga: 18 Ciri-Ciri Anak Pintar yang Bisa Dideteksi Sejak Dini
5. Perkembangan Emosi Anak Usia 5 Tahun
Di usia ini, anak jadi jauh lebih baik dalam mengatur emosi, serta mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan mudah. Berikut perkembangan emosional anak lainnya:
- Mulai belajar sabar menunggu giliran saat bermain.
- Anak mungkin akan sering bertanya kepada Mama dan Papa sebelum mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
- Saat marah, ia mengungkapkannya dengan kata-kata daripada tindakan fisik atau berbuat ulah.
- Merasakan cemburu.
- Jadi lebih dekat dengan Mama dan Papa saat mulai masuk sekolah.
Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi pada Anak
Tahap perkembangan emosi anak dipengaruhi berbagai faktor. Mulai dari faktor keluarga, sosial, dan lingkungan, semuanya memengaruhi kemampuan emosional anak. Berikut penjelasannya:
1. Keluarga
Hubungan emosional yang sehat antara anak dan orang tua, sangat penting dalam membentuk fondasi perkembangan emosional yang kuat.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga penuh cinta dan komunikasi terbuka cenderung memiliki kemampuan emosional baik.
Selain itu, anak sering kali meniru cara orang tua dalam mengelola emosi. Karenanya, penting bagi Mama Papa menunjukkan perilaku pengelolaan emosi yang sehat.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial anak, termasuk hubungan dengan teman sebaya, guru, dan orang lain di luar rumah, juga berperan dalam perkembangan emosionalnya.
Interaksi sosial tersebut membantu anak belajar bagaimana cara berempati, berbagi, dan menyelesaikan konflik.
Baca Juga: 9 Kecerdasan Majemuk pada Anak dan Cara Stimulasinya
3. Sikap Anak
Sifat dasar yang dimiliki anak sejak lahir dapat memengaruhi bagaimana mereka bereaksi terhadap dunia di sekitar mereka, termasuk cara mereka mengekspresikan dan mengelola emosi.
Anak-anak dengan temperamen yang mudah cenderung lebih mampu mengatur emosi mereka dan menghadapi situasi yang menantang dengan lebih baik.
Sebaliknya, anak-anak dengan temperamen sulit mungkin lebih cepat marah, cemas, atau frustrasi.
4. Tingkat Kecerdasan Anak
Perkembangan emosional anak berkaitan erat dengan kecerdasan anak. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi dinilai memiliki emosi yang lebih baik pula dan juga sebaliknya.
Anak yang cerdas secara emosional akan tumbuh menjadi orang dewasa yang seimbang, sehingga mampu mengelola situasi rumit dengan tenang.
Ia pun tahu bagaimana cara mengelola perasaan negatif dan tetap berperilaku wajar meski keadaan tidak berjalan sesuai keinginan.
5. Tingkat Kematangan
Seiring bertambahnya usia, si Kecil akan mengalami kematangan emosional. Para ahli mengatakan bahwa emosi anak berkaitan erat dengan tingkat kematangannya.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Kecerdasan Intelektual (IQ) Anak
Hal-Hal yang Dapat Menghambat Perkembangan Emosi Anak
Berikut adalah hal-hal yang dapat menghambat perkembangan emosi anak:
- Kurang atau tidak cukupnya asupan nutrisi
- Kondisi cacat tubuh, yang dapat mengganggu perkembangan anak.
- Kurangnya stimulasi atau rangsangan, terlebih dengan teman sebaya untuk mengembangkan keterampilan sosial.
- Pengalaman traumatis, dapat berdampak mendalam pada perkembangan emosional anak.
- Pengalaman perundungan, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial lainnya.
- Kesehatan mental orang tua sangat memengaruhi perkembangan emosional anak.
Bagaimana Cara Menstimulasi Perkembangan Emosional Anak?
Mama bisa memberikan si Kecil berbagai stimulasi yang dapat mendukung perkembangan anak usia balita dari sisi emosionalnya. Berikut cara melatih emosi anak yang bisa dilakukan:
1. Melatih Anak Mandiri
Pada usia 1-2 tahun, adalah fase anak mengalami separate anxiety atau merasa tidak nyaman ketika berpisah dengan orang terdekat, seperti orang tua.
Untuk melatih agar anak mandiri, Mama bisa terpisah sebentar dengan si Kecil. Tidak perlu lama, coba 10-15 menit dan bisa ditingkatkan bila si Kecil tenang.
Saat akan pergi, hindari pergi secara tiba-tiba atau sambil bersembunyi. Coba biasakan untuk berpamitan. Katakan padanya kalau Mama pergi sebentar dan akan kembali secepatnya.
2. Ajarkan Konsep Berbagi dan Bergiliran
Meski anak sudah mulai paham konsep berbagi dan bermain bergiliran, terkadang masih ada masanya ia bersikap agresif atau mau menang sendiri ke teman sebayanya.
Jika hal itu terjadi, coba tanyakan pada si Kecil mengapa ia melakukan itu. Ajarkan ia berbagi mainan sambil meyakinkannya bahwa ia akan mendapat mainan itu kembali setelah dimainkan oleh temannya.
Selain itu, Mama juga bisa ajarkan anak berbagi dengan membawakan porsi biskuit atau permen berlebih.
Baca Juga: Perkembangan Motorik Halus Anak 1-3 Tahun dan Stimulasinya
3. Ajarkan Anak Sopan Santun
Mengajarkan sopan santun dengan memberikan contoh langsung juga menjadi cara stimulasi untuk mendukung perkembangan emosi anak balita.
Biasakan mengucapkan “tolong”, "terima kasih", dan "maaf. Tunjukkan sikap terpuji ini melalui perilaku sehari-hari.
4. Ajak Anak Menggambar Ekspresi Wajah
Mama bisa mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat, yakni mengajak anak menggambar ekspresi wajah.
Mama bisa bagikan kertas berwarna pada anak dan minta mereka untuk menggambarkan aneka jenis ekspresi, seperti senang, sedih, takut, sakit, dan marah.
Agar semakin menyenangkan, minta ia untuk menebak atau memperagakan ekspresi tersebut. Stimulasi ini bagus agar anak semakin memahami emosi yang dia rasakan.
5. Bacakan Cerita atau Dongeng
Agar lebih ‘sukses’ membantu perkembangan emosi anak, Mama bisa mengajarkan sebuah permainan, lagu, atau membacakan sebuah cerita atau dongeng yang berkaitan dengan emosi.
Tentu saja cerita dongeng yang dipilih yang mengandung nilai-nilai positif dijadikan contoh dalam kehidupan nyata anak.
6. Optimalkan Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi berperan besar dalam memengaruhi kecerdasan emosional anak di masa periode emasnya.
Maka itu, Mama bisa mengoptimalkan perkembangan emosional anak melalui asupan nutrisi dari asam lemak omega 3, terutama DHA dan EPA.
Selain dari makanan sehat, pemberian susu formula untuk kecerdasan otak dengan DHA dan EPA tinggi yang sudah teruji klinis dapat optimalkan intelegensi anak. Dengan demikian, ia dapat tumbuh jadi pemenang di masa depan.
Supaya Mama selalu update dengan informasi seputar nutrisi serta pertumbuhan dan perkembangan anak, yuk daftarkan diri di Nutriclub sekarang!