Anak tantrum sebetulnya wajar terjadi. Mama tidak perlu panik atau balas marah-marah pada si Kecil supaya ia cepat berhenti. Yuk, kenali penyebab tantrum dan cara efektif mengatasinya!
Apa itu Tantrum?
Tantrum adalah cara anak usia 1-3 tahun mengungkapkan frustasinya karena merasa tidak nyaman, tidak mendapatkan apa yang diinginkan, atau gagal dalam melakukan sesuatu.
Contohnya si Kecil kesal karena tidak segera bisa menggunakan garpu untuk menyendok pasta favoritnya, atau ia kecewa karena tidak boleh beli mainan baru.
Frekuensi munculnya tantrum pada anak berbeda-beda. Ada yang sering sekali tantrum tetapi ada juga yang hanya satu-dua kali saja.
Jadi, Mama jangan membandingkan si Kecil dengan anak lain sebayanya ketika tantrum, ya.
Apa Penyebab Anak Tantrum?
Tantrum muncul karena anak belum bisa mengenali “nama” emosi negatif yang membuatnya tidak nyaman. Ia belum tahu apa itu marah, sedih, atau sebal.
Anak juga belum bisa bicara untuk mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata.
Alhasil perasaan tersebut semakin menguat, membuat ia merasa kesal, frustasi, dan berujung melakukan temper tantrum.
Selain karena belum bisa mengungkapkan perasaannya, ada beberapa faktor lain yang dapat memicu munculnya tantrum pada anak, antara lain:
1. Ingin Mandiri
Anak usia 1-3 tahun umumnya mulai mengembangkan ego untuk lebih mandiri dan memiliki kendali atas lingkungan di sekitarnya.
Namun, terkadang ia belum memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan hal tersebut.
Akibatnya, si Kecil akan merasakan gejolak luar biasa saat menyadari ia belum dapat melakukan hal yang diinginkan tanpa bantuan atau tidak bisa mengontrol semua hal sesuai kemauannya.
Kondisi di mana ia belum bisa mengontrol perasaan tersebut yang dikenal sebagai tantrum.
2. Mengantuk
Batita membutuhkan waktu tidur yang lebih lama daripada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Anak usia 1-2 tahun membutuhkan tidur selama 11-14 jam dalam sehari. Sementara itu, anak usia 3 tahun membutuhkan waktu tidur selama 10-13 jam.
Oleh karena itu, batita akan lebih sering membutuhkan jeda waktu untuk istirahat. Apabila ia merasa mengantuk, tapi tidak dapat segera tidur, ia mungkin akan rewel dan tantrum.
3. Lapar
Mama pasti sudah paham bahwa perut anak usia dini ukurannya jauh lebih kecil dari orang dewasa. Oleh sebab itu, anak-anak perlu lebih sering makan tetapi dengan porsi kecil.
Apabila Mama terlewatkan untuk memenuhi kebutuhan makan anak, ia bisa menjadi sangat lapar sehingga kadar gula darah di dalam tubuhnya akan menurun.
Hal tersebut dapat membuat si Kecil lebih mudah tersinggung, memiliki suasana hati yang buruk, dan marah.
4. Over Stimulasi
Beberapa anak akan merasa tidak nyaman ketika mendapatkan stimulasi berlebihan dari lingkungan sekitarnya sehingga ia rewel dan berujung tantrum.
Contohnya lingkungan terlalu berisik, terlalu terang, terlalu panas, terlalu sempit, atau ketika diajak melakukan aktivitas yang terlalu melelahkan.
5. Berpisah dengan Pengasuh Utama
Berpisah dengan Mama, Papa, Kakek, Nenek, atau suster pengasuh merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak usia dini. Kondisi ini yang dinamakan separation anxiety.
Separation anxiety yang tidak ditangani dengan tepat dapat membuat anak merasa sangat kecewa.
Usianya yang masih dini membuatnya kesulitan mengendalikan emosi kuat tersebut sehingga anak tantrum.
6. Berebut Mainan
Anak usia dini sedang belajar tentang makna kepemilikan barang. Apabila ada anak lain yang merebut mainan miliknya, si Kecil mungkin akan menangis hingga tantrum.
Apalagi ketika ia tidak bisa mengambil lagi mainannya.
Ciri-Ciri Anak Tantrum
Ketika anak Mama tantrum, ia mungkin akan merengek. Kemudian, rengekannya bisa berlanjut menjadi tangisan keras yang disertai dengan beberapa perilaku agresif, seperti:
- Berteriak.
- Menendang.
- Memukul.
- Mencubit.
- Menggigit.
- Mendorong.
- Melempar barang.
- Menjatuhkan diri ke lantai lalu berguling-guling.
- Menahan napas.
- Disertai dengan teriakan, tendangan, pukulan, atau cubitan.
Baca Juga: Kenali Fase Terrible Two pada Anak dan Cara Mengatasinya
Apakah Anak Tantrum Itu Normal?
Tantrum adalah salah satu tahapan tumbuh kembang harus dilalui. Jadi, kondisi ini adalah hal yang normal.
Pada umumnya, anak akan mulai menunjukkan perilaku ini pada usia 18 bulan. Sebab, pada usia tersebut perkembangan kosakatanya mulai meningkat.
Semakin bertambah besar, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi si Kecil akan semakin baik.
Asalkan anak tantrum disikapi dengan bijaksana dan penuh kasih sayang, wajarnya frekuensi tantrum anak akan secara berangsur berkurang.
Pada kebanyakan kasus, tantrum akan benar-benar berhenti saat si Kecil berusia sekitar 4 tahun. Oleh karena itu, Mama tidak perlu terlalu khawatir atau sedih ketika ia tantrum.
Satu-satunya hal yang perlu Mama lakukan adalah membantu si Kecil menghadapi tantrum dengan cara yang bijak dan tepat. Bagaimana caranya? Mari langsung saja simak ulasannya.
Cara Menghadapi Anak Tantrum
Tantrum tidak pernah mengenal waktu dan tempat. Jika terjadi di tempat umum, hal ini mungkin memancing perasaan panik Mama karena khawatir teriakan anak mengganggu orang lain.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, Mama harus menenangkan diri terlebih dahulu. Tarik nafas panjang beberapa kali sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan.
Setelah merasa lebih tenang, Mama dapat melakukan beberapa cara berikut ini untuk menghadapi tantrum pada anak:
1. Bawa ke Tempat Aman
Ketika anak tantrum di tempat umum, Mama perlu segera membawanya ke tempat yang lebih nyaman dan jauh dari hiruk-pikuk keramaian.
Tempat yang aman dan sepi sangat dibutuhkan supaya anak dapat meluapkan emosinya dengan leluasa dan menurunkan risiko cedera.
Anak yang tantrum mungkin akan menangis kencang sambil memukul, menjatuhkan diri dan berguling di lantai, hingga melemparkan barang apa saja yang ada di dalam jangkauannya.
2. Hindari Membentak
Meredakan anak tantrum memang bukan hal yang mudah. Namun, jangan sampai terpancing emosi hingga membentak atau meneriaki anak, ya.
Membentak si Kecil hanya akan membuatnya semakin agresif.
Bukan tidak mungkin ia akan meniru cara komunikasi Mama ini untuk meluapkan perasaan dan menyelesaikan permasalahannya di masa depan.
3. Beri Waktu untuk Meluapkan Emosi
Mama tidak akan bisa meminta anak yang tantrum untuk langsung tenang saat itu juga.
Ia hanya akan berhenti ketika sudah lega dan merasa telah dimengerti keinginannya. Untuk itu, saat tantrum, Mama perlu memberikan waktu untuk meluapkan emosinya.
Walau begitu, bukan berarti Mama boleh mengabaikan dan membiarkan si Kecil menangis sendirian, ya. Pastikan Mama menemani proses si Kecil meluapkan emosi.
Mama dapat duduk di sampingnya hingga si Kecil tampak lebih tenang dan siap untuk diajak berkomunikasi.
4. Peluk si Kecil
Apabila si Kecil mengizinkan, Mama dapat memeluknya dengan lembut ketika ia mengalami temper tantrum.
Pelukan akan memberikan rasa aman dan nyaman sehingga ia dapat memproses emosinya dengan lebih baik. Selama memeluk si Kecil, usap-usap lembut punggung dan kepalanya.
Tunjukkan dengan gestur tubuh bahwa Mama akan selalu ada dan siap mendengarkan ketika si Kecil sudah siap diajak berbicara.
5. Mencari Tahu Penyebab Tantrum
Setelah anak terlihat lebih tenang, Mama bisa menanyakan dengan lembut apakah ia sudah bisa diajak berkomunikasi atau belum. “Nak, sudah selesai belum menangisnya?”
Jika ia masih diam saja atau menggelengkan kepala, beri ia waktu lebih lama untuk meluapkan emosinya. Mama perlu menunggunya hingga benar-benar selesai.
Setelah ia benar-benar berhenti menangis dan menunjukkan isyarat mau diajak bicara, Mama dapat mulai menanyakan alasannya menangis. Gunakan suara lembut dan nada yang rendah.
“Adik kenapa tadi menangis? Adik kesal ya tadi Mama minta berhenti bermain?” Anak mungkin akan merespons pertanyaan Mama lewat gelengan atau anggukan kepala.
Setelah menemukan penyebab tantrum si Kecil, barulah Mama dapat memberikan penjelasan singkat atau menawarkan aktivitas lain sebagai penggantinya.
Misalnya ia harus berhenti bermain karena sudah saatnya makan siang, ”Dik, kalau nggak makan nanti perutnya sakit, badannya lemes, lho. Kalau begitu, justru Adik tidak bisa main lagi.”
Baca Juga: Cara Kendalikan Tantrum Anak Di Waktu Makan
6. Beri Validasi
Setelah Mama bantu meredakan emosi anak yang meluap-luap, Mama dapat memberikan validasi terhadap perasaannya.
Tunjukkan bahwa Mama memahami perasaan kesal, sedih, bingung, dan hal lain yang mungkin ia rasakan saat itu.
Misalnya, “Adik pasti sedih dan kesal ya harus pulang karena asyik bermain? Tapi Adik tadi sudah janji kan? Setelah naik perosotan 2 kali, Adik harus pulang untuk makan siang.”
7. Biarkan Anak Memilih
Mama dapat memberikan kesempatan pada anak untuk memilih agar ia merasa memiliki kontrol atas dirinya sendiri.
Contoh, saat si Kecil tidak diizinkan membeli mainan yang disukai, Mama dapat memberikan pilihan padanya untuk membeli barang lain yang lebih dibutuhkan.
“Adik besok sudah mau masuk sekolah kan? Ayo kita beli tas baru. Adik mau tas gambar apa? Little Pony atau Hello Kitty?”
8. Berikan Aktivitas Pengganti
Si Kecil kadang tantrum karena ingin melakukan hal yang sifatnya membahayakan atau merusak.
Contohnya ia menangis karena tidak boleh lari-lari di dalam mall karena bisa menabrak orang lain atau terjatuh dari eskalator.
Dalam situasi ini Mama dapat menawarkan aktivitas lain yang lebih menarik seperti meniti garis.
Mama dapat mengatakan, “Awas Nak, jangan sampai jatuh ke laut. Kita harus meniti garis lantai ini supaya aman sampai ke dalam restoran.”
Dengan begitu, si Kecil akan berjalan dengan perlahan dan senang sampai ia tiba di dalam restoran yang dituju.
9. Bersikap Tegas
Mama perlu bersikap tegas saat anak tantrum, terutama ketika ia tantrum karena keinginan yang tidak terpenuhi.
Apabila Mama mengalah dengan tantrum si Kecil dan menuruti segala kemauannya, di masa depan ia dapat menggunakan tantrum sebagai “trik” untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Orang tua perlu bersikap tegas untuk membuat anak memahami bahwa perilakunya tidak terpuji dan tidak semua keinginannya akan langsung didapatkan.
Jangan berikan terlalu banyak perhatian ataupun penjelasan pada si Kecil. Cukup temani mereka hingga berhenti menangis dan merasa tenang.
Baca Juga: Mengenal Disiplin Positif dan Cara Menerapkannya pada Anak
10. Puji Anak
Ketika si Kecil berhasil menenangkan diri dan diajak berkomunikasi setelah mengalami tantrum, jangan lupa untuk memberikan pujian atas sikap positifnya.
Saat memberikan pujian, pastikan Mama menyebutkannya secara spesifik.
Contohnya, “Mama senang sekali Adik mau berhenti menangis lalu menceritakan hal yang membuat kesal pakai suara yang lembut.”
Pujian spesifik seperti contoh di atas akan membantu si Kecil memahami mana sikap dan yang baik serta diharapkan oleh Mama.
Itu dia cara mengatasi anak tantrum yang dapat Mama lakukan. Biasanya, untuk menenangkan si Kecil Mama akan butuh waktu sekitar 15 menit. Setelah itu, tantrum akan perlahan mereda.
Apabila Mama mendapati si Kecil masih terus tantrum setelah lebih dari 15 menit, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis anak karena ini bisa menjadi pertanda gangguan tumbuh kembang.
Mama juga bisa menghubungi Nutriclub Expert Advisor untuk bertanya lebih lanjut tentang tantrum pada anak dan masalah tumbuh-kembang lainnya secara gratis selama 24/7 tanpa membuat janji terlebih dahulu.
Cara Mencegah Tantrum pada Anak
Munculnya tantrum memang tidak bisa dicegah sepenuhnya. Namun, Mama dapat bantu menurunkan frekuensi dan tingkat keparahan anak tantrum dengan cara:
- Berikan perhatian yang cukup dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengajarkan anak mengenal perasaan bingung, marah, senang, sedih, dan lain sebagainya melalui buku cerita, flash card, maupun penjelasan dari kehidupan sehari-hari.
- Ajari si Kecil berbagai keahlian baru sehingga ia dapat menyelesaikan berbagai hal secara mandiri.
- Ajari anak cara mengendalikan emosi yang kuat dengan menarik napas sambil menghitung 1-5 di dalam hati atau dengan mengelus dada sambil berkata “sabar”.
- Pastikan si Kecil memperoleh waktu tidur yang cukup.
- Pastikan si Kecil makan tepat waktu.
- Beri contoh nyata untuk menghadapi situasi yang emosional dengan tenang dan tangkas.
Itulah beberapa cara yang efektif untuk mengatasi dan mencegah anak tantrum. Menerapkan cara-cara di atas mungkin tidak mudah. Tapi, jangan patah semangat.
Semoga artikel ini membantu, ya!