Mama dan Papa tentu menginginkan si Kecil tumbuh jadi anak yang cerdas dan sukses di masa depan. Akan tetapi, kedua hal ini tentu tidak bisa hadir dengan sendirinya. Diperlukan peran usaha dan kemauan tinggi dari si Kecil untuk terus belajar mengembangkan winning skill-nya dengan dorongan dari growth mindset. Pernah dengar tentang growth mindset, Ma?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya membekali si Kecil dengan growth mindset sejak dini, bagaimana pola pikir ini dapat mempengaruhi langkahnya untuk menang dalam hidup, serta strategi realistis untuk Mama bantu menumbuhkan growth mindset pada anak sejak usia prasekolah.
Apa Itu Growth Mindset?
Growth mindset adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carol Dweck untuk menggambarkan cara berpikir yang berbeda dalam proses belajar dan menghadapi tantangan untuk pengembangan diri.
Growth mindset atau 'I Can Do Anything Mindset' adalah pola pikir yang memandang keberhasilan atau kesuksesan sebagai hasil dari usaha, dedikasi, dan ketekunan yang berkelanjutan.
Growth mindset mempengaruhi cara anak-anak berpikir tentang kecerdasan dan kemampuan mereka sendiri. Memiliki growth mindset membantu anak meyakini bahwa usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Sederhananya, I am not only born smart; I become smart because I can do anything.
Bahwa dengan kerja keras, ketekunan, kegigihan, dan dedikasi untuk terus belajar hal-hal baru, bakat dan keterampilannya dapat semakin berkembang. Anak yang memiliki growth mindset juga belajar melihat tantangan sebagai peluang untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri.
Anak juga akan belajar memahami lebih tentang proses memperkaya skill yang ia miliki demi meraih prestasi yang ia harapkan. Dengan begitu, ia bisa memiliki kemampuan lebih dibandingkan anak-anak sebayanya.
Baca Juga: Mengenal Metode STEAM Education dan Manfaatnya untuk Anak
Perbedaan Growth Mindset vs Fixed Mindset
Sebagai orang dewasa, kita semua memiliki keyakinan tentang kemampuan dan potensi diri sendiri. Seperti halnya Mama, si Kecil pun juga begitu.
Pola pikir yang dimiliki si Kecil sangat memengaruhi bagaimana cara ia merencanakan, mengambil keputusan, mengembangkan motivasi yang kuat untuk bertindak terhadap masa depan demi mencapai tujuan dan impian.
Dalam penelitiannya di Universitas Stanford, Dr. Carol Dweck mengidentifikasi dua jenis pola pikir yang berbeda, growth mindset dan kebalikannya yaitu fixed mindset.
Anak dengan growth mindset berpikir bahwa jika mereka mau bekerja keras untuk belajar mereka bisa melakukan dan meraih semua hal yang mereka inginkan.
Saat si Kecil memiliki growth mindset, ia juga tidak melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Ia justru menganggap kegagalan sebagai kesempatan yang bagus untuk belajar dan memperbaiki diri.
Ketika menghadapi kegagalan, anak yang memiliki growth mindset mungkin akan bercerita pada Mama bahwa “Ma, tadi aku bikin menara dari balok tapi belum setinggi yang aku mau sudah runtuh duluan. Tapi, aku sekarang udah tau kenapa menaraku gampang runtuh. Nanti mau coba lagi pakai cara lain, supaya bisa bikin menara yang tinggi dan nggak gampang roboh.”
Si Kecil dapat menyadari bahwa skill yang mereka miliki sejak lahir dapat ditingkatkan melalui usaha dan kegigihan. Oleh karena itu, anak-anak dengan pola pikir “I Can Do Anything” juga selalu terbuka untuk menerima feedback berupa saran atau kritik yang membangun.
Sebaliknya, anak yang memiliki fixed mindset justru percaya bahwa kecerdasan dan kemampuan mereka adalah bawaan dari lahir yang tidak dapat diubah dengan cara apa pun. Saat terjebak dalam pola pikir tetap, anak mungkin takut menghadapi pengalaman baru, menghindari risiko, dan merasa perlu untuk berulang kali membuktikan diri.
Anak dengan pola pikir tetap mungkin mengatakan, “Aku bisa bikin menara balok karena aku emang pintar!” atau sebaliknya “Aku udah berkali-kali coba bangun ulang menaranya tapi masih cepat roboh. Aku nggak mau lagi main balok.” Akibatnya, kesalahan cenderung lebih sering dianggap sebagai kegagalan daripada kesempatan untuk tumbuh dan belajar.
Menurut Dweck, situasi yang menantang dapat menjadi halangan bagi anak yang memiliki fixed mindset karena implikasinya jika mereka belum memiliki keterampilan atau kecerdasan untuk menyelesaikan sebuah tugas, tidak ada peluang untuk berkembang.
Baca Juga: Apakah Benar Anak yang Aktif Cenderung Pintar?
Kenapa Anak Harus Punya Growth Mindset?
Bayangkanlah otak si Kecil seperti otot. Sama seperti saat Mama berolahraga di gym untuk menguatkan otot, saat si Kecil terus menanamkan pola pikir ini otaknya akan terus semakin besar dan kuat.
Sebab, penelitian pun telah menunjukkan bahwa koneksi antara neuron dalam otak anak dapat menguat seiring dengan pertumbuhan dan pengalaman yang ia dapat dari kehidupan sehari-hari.
Hubungan baru ini tidak hanya menambah jumlah jaringan saraf, tetapi juga mempercepat transmisi sinyal listrik dalam otak. Kemampuan komunikasi yang cepat dan kuat antar bagian otak sangat penting untuk perkembangan keterampilan kognitif anak.
Lalu, kenapa growth mindset penting untuk anak?
1. Mengubah Persepsi tentang Kecerdasan
Growth mindset membantu anak-anak memahami bahwa kecerdasan bukanlah karakteristik yang tetap, melainkan sesuatu yang dapat berkembang seiring waktu.
Ketika si Kecil percaya bahwa kemampuannya dapat dikembangkan, ia kemudian dapat memahami bahwa kecerdasan dan bakat alami yang mereka miliki sejak lahir hanyalah sebuah permulaan.
Pemikiran ini membebaskan si Kecil dari batasan atau keraguan diri sehingga memungkinkan mereka untuk terus belajar dan tumbuh. Mereka tidak merasa terjebak dalam pandangan bahwa kemampuan mereka terbatas. Berbekal pola pikir ini, si Kecil akan terus giat belajar dan berusaha mengembangkan kualitas-kualitas diri yang sudah mereka miliki untuk meraih tujuan apa pun yang mereka inginkan.
Ketika anak memiliki kemauan untuk berkembang, ia yakin dapat memperoleh pengetahuan dan menguasai 8 keterampilan penting yang diperlukan untuk menjadi pemenang.
2. Siap Hadapi Tantangan Masa Depan
Growth mindset juga membantu anak memiliki mental yang kuat sejak kecil. Sebab, pola pikir ini mendorong anak untuk terus mengatasi rasa takut akan kegagalan karena kegagalan bukan akhir dari segalanya.
Sikap “I can do anything!” membuat si Kecil memandang tantangan sebagai cara untuk maju dan kegagalan hanya bagian normal dari hidup yang dapat mereka gunakan untuk belajar.
Dengan pola pikir ini, anak-anak bisa belajar menyadari bahwa dengan mencoba dan belajar dari kesalahan, mereka dapat terus berkembang dan mencapai keberhasilan di masa depan.
Si Kecil juga belajar untuk melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai kekalahan yang tak terhindarkan. Dengan pandangan ini, mereka dapat bangkit kembali setelah menghadapi kegagalan atau kesulitan, dan tidak menyerah dengan mudah.
3. Kecerdasan Emosional yang Lebih Baik
Saat mengalami kegagalan, si Kecil yang memiliki growth mindset akan menyikapinya secara positif dan mampu mengelola emosinya dengan lebih baik.
Sederhananya, mereka tidak terlalu terpengaruh oleh kegagalan dan mampu mengatasi rasa frustasi dan kekecewaan yang biasanya muncul setelah merasakan pengalaman “pahit”. Anak-anak dengan growth mindset juga cenderung lebih mudah termotivasi untuk mengatasi hambatan dan tantangan karena menganggapnya sebagai peluang untuk tumbuh dan mengembangkan diri.
Mental yang positif dan kuat inilah yang memungkinkan si Kecil dapat tetap tenang, fokus, dan bersikap konstruktif dalam menghadapi saran atau kritikan dari orang lain. Karena, ia tahu bahwa setiap pengalaman dan feedback yang ia terima dapat dijadikan pelajaran agar ia bisa menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih pintar.
Saat dikritik pun, anak-anak dengan growth mindset tidak akan terpaku pada ekspektasi orang lain. Dengan begitu, si Kecil bisa tetap fokus pada tujuan jangka panjangnya.
Dengan membangun fondasi mental yang kokoh ini, Mama dapat membantu si Kecil tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berani, tangguh, dan selalu siap menghadapi tantangan masa depan. Bahkan, pola pikir seperti ini juga sangat berkaitan dengan kebahagiaan dan pencapaian yang lebih besar dalam hidup.
Mengingat akan ada banyak tantangan yang dihadapi anak seiring pertumbuhannya, growth mindset merupakan bekal terbaik untuk si Kecil melangkah meraih semua kemenangan dalam hidup.
Karakteristik Anak yang Memiliki Growth Mindset
Skill dan pola pikir growth mindset saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, Ma. Skill mengacu pada kemampuan nyata atau pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang dalam melakukan tugas atau mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, growth mindset adalah sikap mental yang meyakini bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat berkembang melalui upaya, latihan, dan ketekunan.
Jadi, bagaimana Mama bisa tahu apakah si Kecil sekarang sudah memiliki growth mindset? Dilihat dari penjelasan-penjelasan di atas, jawabannya mungkin tampak jelas. Anak yang memiliki growth mindset cenderung ulet, tekun, dan mau memberikan effort lebih untuk belajar mengembangkan diri sendiri.
Di samping itu, inilah karakteristik anak yang memiliki growth mindset berdasarkan penelitian:
-
Tekun dan berkemauan kuat.
-
Pantang menyerah.
-
Selalu berpikir positif.
-
Berani menghadapi tantangan dan mencoba hal baru.
-
Melihat kesulitan bukan sebagai hambatan, tapi kesempatan untuk berkembang.
-
Terbuka menerima kritik dan menganggapnya sebagai sarana untuk memperbaiki dan meningkatkan skill.
Lalu, bagaimana cara menumbuhkan growth mindset pada anak? Hal pertama dan terpenting yang harus dipahami adalah, untuk menumbuhkan mindset ini pada anak Mama dan Papa juga harus bisa memiliki mindset yang sama.
Sangat penting bagi Mama dan Papa sebagai role model si Kecil sama-sama memiliki keyakinan yang kuat bahwa anak bisa terus berkembang dan menjadi sukses melalui proses belajar.
Jika Mama dan Papa bisa menerapkan growth mindset dalam kehidupan sehari-hari, si Kecil akan meniru apa yang ia lihat dan mengingatnya sebagai pembelajaran.
Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Anak Sehat dan Punya Imunitas yang Baik
Bagaimana Cara Membangun Growth Mindset pada Anak?
Sebagian besar penelitian tentang growth mindset pada anak-anak menunjukkan bahwa memiliki mindset ini membantu anak memiliki performa akademik yang lebih baik di sekolah nanti.
Tidak mengherankan, ya, Ma, karena dengan growth mindset anak meyakini kecerdasan dan kemampuan kita dapat ditingkatkan dengan usaha dan strategi yang tepat.
Anak yang tahu ia bisa menjadi lebih baik mengerti bahwa usaha adalah hal yang menjadikannya tangguh. Jadi, ia akan meluangkan waktu dan usaha lebih banyak untuk belajar demi meraih pencapaian yang lebih tinggi.
Akan tetapi, growth mindset adalah konsep “berat” yang tentunya tidak bisa langsung dipahami anak. Oleh karena itu, perlu peran penting dari orang tua untuk mendidik anak dengan growth mindset sejak dini.
Nah, Mama Papa tentu ingin si Kecil punya growth mindset, kan? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Mama dan Papa lakukan untuk membangun growth mindset pada anak:
1. Support si Kecil untuk Coba Hal Baru
Tanyakan pada si Kecil apakah ada sesuatu yang baru yang ingin ia coba, lalu semangati mereka untuk mulai melakukannya.
Misalnya, jika si Kecil ingin coba melakukan eksperimen sains. Dukung keinginan si Kecil untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya dengan bantu menyediakan perlengkapan yang ia butuhkan dan bimbing mereka saat belajar.
Jika ia menemukan kesulitan, jangan langsung tergoda untuk turun tangan. Motivasi si Kecil agar mau terus berusaha sambil ajak brainstorming untuk mencari apa lagi yang bisa mereka coba untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
2. Ajari Cara Berpikir Out of the Box
Ajari si Kecil untuk terus berusaha menyelesaikan masalah yang menurutnya sulit, meski ia mungkin tidak atau belum bisa melihat solusi akhirnya. Sebagai contoh, belajar bagaimana cara mengancingi baju atau mengenal huruf dan angka.
Ada banyak masalah yang hanya perlu satu solusi. Tapi, ada juga masalah atau tantangan yang bisa diselesaikan dengan banyak cara. Jadi, daripada “mengiyakan” si Kecil untuk langsung menyerah, minta ia untuk mengulang atau mencoba menyelesaikannya sekali lagi.
Coba ajak si Kecil untuk mendapatkan sudut pandang baru dari bagaimana cara mereka memecahkan masalah. Apakah ia akan bisa belajar angka dan huruf lebih baik dengan menggambar atau justru bernyanyi daripada menghafal?
Coba juga bantu si Kecil mendapatkan lebih banyak informasi dari sumber daya lain, misalnya dari buku, situs web online, atau video. Biarkan mereka terus mencoba berkali-kali untuk membangun kepercayaan diri dan kegigihan saat melakukan hal yang ia baru pelajari.
Terkadang anak Anda akan menyadari bahwa mereka perlu menangani masalahnya secara berbeda alias out of the box. Masalahnya, ia mungkin tidak bisa terpikirkan sampai ke sana jika ia tidak berani memulainya.
3. Dorong Anak untuk Banyak Bertanya
Sekarang, si Kecil sedang dalam tahap banyak bertanya karena rasa ingin tahunya yang tinggi. Kadang menjawab pertanyaannya secara terus-menerus itu melelahkan, dan mungkin Mama juga tidak bisa langsung tahu jawabannya.
Akan tetapi, penting bagi Mama untuk mendorong si Kecil agar selalu bertanya berbagai hal karena ini adalah salah satu fondasi dari growth mindset.
Misalnya, saat si Kecil merasa kesulitan menjawab “1+1 berapa?” dan bertanya kenapa ia harus belajar angka. Mama bisa menjawabnya dengan sederhana, seperti, “Kalau Adik bisa berhitung, nanti Adik jadi bisa tahu mainan mobil-mobilan Adik sudah berapa banyak, lho! Jadi kalau ada yang hilang atau rusak, Adik bisa tahu deh!”.
Terkesan sederhana memang, tapi membiarkan anak bertanya banyak hal membantu anak berpikir kritis. Sebaliknya, ketika si Kecil menerima jawaban yang tampak tidak masuk akal, sebaiknya dorong ia untuk mengutarakan pendapatnya dan bertanyalah kenapa menurutnya jawaban Mama “kurang nyambung”.
4. Ajari Anak Bahwa “Salah” itu Tidak Apa-Apa
Sebagai orang dewasa, Mama pasti tahu betapa sulitnya mengakui kesalahan. Anak-anak mungkin belum terlalu mengerti soal ini.
Contoh paling sederhananya saja, mencoba bepergian dengan rute baru karena rute yang biasa ternyata macet. Padahal, ternyata rute baru itu malah lebih jauh dan lebih macet. Contoh lainnya, ketika Mama memasak makanan baru dan salah mengikuti resepnya.
Akuilah dan perlihatkan bahwa melakukan kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Mengajari si Kecil bahwa tidak apa-apa untuk membuat kesalahan akan membebaskannya untuk mencoba tantangan baru. Dalam prosesnya, si Kecil akan belajar dan memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak untuknya.
5. Jelaskan Manfaat dari Kegagalan
Jelaskan dengan cara sederhana kepada anak bahwa otak benar-benar memiliki kemampuan untuk tumbuh.
Misalnya dengan mengumpamakan otak seperti otot, seperti yang sempat dijelaskan di atas. Otot akan semakin kuat dan bertambah besar jika terus-terusan dilatih dengan berolahraga. Sama halnya dengan otak. Atau, umpamakan otak seperti bola plastisin yang dapat dibentuk dan diperbesar dengan terus menambahkan plastisin baru yang mewakili “tambahan” ilmu atau skill baru si Kecil.
Cara ini jugalah yang dilakukan oleh Dr. Carol Dweck. Ia berulang kali mendorong para guru untuk mengingatkan siswanya bahwa kesalahan membantu otak mereka bertumbuh. Dia mengajarkan bahwa ketika seseorang dengan mudah menemukan jawaban, mereka tidak mendapatkan pelajaran baru apapun.
Namun ketika melakukan kesalahan, si Kecil akan “memperkuat” otaknya dengan mencari tahu alasan dan kemudian mempelajari sesuatu yang baru dalam prosesnya. Kesalahan-kesalahan inilah yang menjadi “plastisin baru” untuk menumbuhkan otaknya.
6. Baca Buku Bersama
Mengajak anak membaca buku adalah salah satu cara bagus dan mudah untuk membangun growth mindset sejak kecil. Jadi, yuk, luangkan waktu untuk mendiskusikan alur cerita dari buku yang dibaca anak.
Misalnya, membacakan buku dongeng Three Little Pigs. Dorong anak berpikir tentang bagaimana reaksinya atau apa yang ia bisa lakukan ketika mengalami situasi yang sama seperti dalam buku tersebut.
Lalu, apa lagi, ya, yang dibutuhkan untuk menumbuhkan growth mindset pada anak?
Baca Juga: Susu Terbaik untuk Jaga Daya Tahan Tubuh Anak
7. Optimalkan Sistem Imun Anak
Agar si Kecil tumbuh besar memiliki pola pikir ini, Mama perlu juga mengoptimalkan sistem imunnya.
Selama dua dekade terakhir, berbagai penelitian menyatakan bahwa sistem kekebalan memainkan peran penting untuk mendukung proses pembelajaran, penguatan memori, dan plastisitas otak.
Plastisitas otak itu sendiri adalah kemampuan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi yang penting dalam pembelajaran dan memori. Sistem kekebalan juga sangat berperan dalam pemeliharaan fungsi neurokognitif yang sehat.
Jadi selain mendampingi si Kecil terus belajar mengembangkan growth mindset dan mengoptimalkan kemampuan berpikirnya, daya tahan tubuh mereka harus kuat dulu agar si Kecil lebih siap menerima semua informasi baru.
Salah satu caranya adalah memastikan kebutuhan gizi si Kecil terpenuhi dengan susu kecerdasan otak anak.
Pastikan Mama memberikan susu yang mengandung FOS:GOS, Omega 3 & 6, serta DHA yang terbukti secara klinis mendukung imunitas dan kecerdasan si Kecil. Berikan nutrisi optimal sebagai bekal untuk tumbuh menjadi pemenang di masa depan.
Semoga artikel ini membantu, ya!