DDTK adalah pemeriksaan wajib bagi anak usia dini supaya dokter bersama Mama dan Papa bisa secepatnya merencanakan intervensi yang tepat apabila ditemukan gangguan tumbuh kembang. Yuk, baca informasi selengkapnya di artikel ini!
Apa Itu DDTK?
DDTK merupakan singkatan dari Deteksi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. DDTK adalah serangkaian pemeriksaan klinis yang bertujuan untuk menemukan penyimpangan atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak usia prasekolah sedini mungkin.
Pemeriksaan DDTK wajib diikuti oleh semua anak mulai dari usia 0 hingga 6 tahun. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di pos PAUD, posyandu, puskesmas, maupun rumah sakit.
Apa Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia Dini?
DDTK adalah pemeriksaan secara rutin guna mengetahui adanya penyimpangan tumbuh kembang secepat mungkin. Dengan begitu, dokter dan orang tua dapat segera memberikan langkah intervensi untuk menghindari efek jangka panjang yang dapat menurunkan kualitas hidup anak.
Jenis penyimpangan yang dapat diketahui dan dicegah dengan DDTK adalah:
- Penyimpangan pertumbuhan: kasus seperti status gizi kurang atau buruk, anak berperawakan pendek atau sangat pendek, lingkar kepala terlalu besar.
- Penyimpangan perkembangan: terlambat bicara, terlambat berjalan, gangguan motorik halus.
- Penyimpangan mental emosional anak: gangguan konsentrasi, hiperaktif, autisme, gangguan emosional.
Cara Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Anak
Untuk mengukur pertumbuhan bayi, perlu dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala secara berkala. Untuk saat ini, Indonesia masih menggunakan kurva pertumbuhan dari WHO (World Health Organization) dan Center for Disease Control Prevention sebagai acuan.
Dalam pengukuran pertumbuhan si Kecil, indikator yang digunakan adalah Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Usia (TB/U), Berat Badan menurut Usia (BB/U) dan Lingkar Kepala.
Tiga indikator pertumbuhan anak yang dinilai dalam pemeriksaan DDTK adalah:
1. Indikator BB/TB
Indikator BB/TB digunakan untuk menentukan status gizi anak. Caranya dengan membandingkan berat badan ideal yang seharusnya dimiliki si Kecil jika dibandingkan dengan tinggi badannya.
Ada 6 kategori status gizi anak yang diinterpretasikan dari pengukuran tersebut, yaitu:
- Obesitas (obese),
- Gizi lebih (overweight),
- Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight),
- Gizi baik (normal),
- Gizi kurang (wasted),
- Gizi buruk (severely wasted).
2. Indikator TB/U
Indikator TB/U digunakan untuk menentukan status perawakan anak. Caranya adalah dengan membandingkan tinggi badan si Kecil dengan anak lain yang seusia dan memiliki jenis kelamin yang sama.
Ada 4 kategori status perawakan anak yang dapat diinterpretasikan, yaitu:
- Perawakan sangat pendek (severely stunted)
- Pendek (stunting)
- Normal
- Tinggi
3. Indikator BB/U
Nah, yang terakhir adalah indikator BB/U yang digunakan untuk menentukan status berat badan anak. Cara menentukannya dengan membandingkan berat badan seorang anak dengan anak seusianya.
Ada 4 kategori status berat badan anak, yaitu:
- Berat badan sangat kurang (severely underweight)
- Berat badan kurang (underweight)
- Berat badan normal
- Berat badan lebih
4. Indikator Lingkar Kepala
Lingkar kepala merupakan indikator yang sering terlupakan untuk diukur. Padahal pengukuran lingkar kepala sangat penting untuk memastikan tidak ada gangguan pertumbuhan otak pada anak.
Ada dua kategori ukuran lingkar kepala anak, yakni:
- Lingkar kepala kecil (mikrosefali)
- Lingkar kepala normal
- Lingkar kepala besar (makrosefali)
Dengan melihat keempat indikator di atas, Mama dapat mengetahui apakah pertumbuhan si Kecil normal atau tidak.
Untuk anak usia 1 tahun, pertumbuhan yang dikatakan normal adalah ketika si Kecil memiliki berat badan tiga kali berat lahir, panjang badan naik 50 persen dari panjang lahir, dan lingkar kepala naik 10 cm.
Meski begitu, perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda.
Jadi, Mama tidak perlu langsung panik. Perhatikan dulu kurva pertumbuhan si Kecil dan konsultasikan dengan dokter. Apabila ditemukan gangguan pertumbuhan bisa segera dilakukan intervensi.
Baca Juga: Mengenal Fase Penting Pertumbuhan Anak Usia Dini
Cara Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Selain tubuh yang bertambah tinggi dan besar, si Kecil juga akan mengalami perkembangan kemampuan seiring pertambahan usianya.
Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh sehingga si Kecil memiliki keterampilan yang lebih baik dalam motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan merupakan hasil kematangan dari hubungan berbagai sistem tubuh. Sebagai contoh, untuk dapat berbicara dibutuhkan kematangan hubungan antara sistem saraf pusat dengan pita suara, otot-otot daerah mulut dan lidah, kemampuan memproses kata-kata dan memahaminya.
Ketika terjadi salah satu gangguan pada sistem tubuh, perkembangan anak juga akan terganggu. Dan ketika gangguan semakin lambat terdeteksi, semakin sulit juga proses penanganannya.
Mama juga dapat memantau perkembangan si Kecil secara mandiri menggunakan kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI.
Kuesioner ini mudah dipahami dan berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak sesuai kelompok usianya. Mama dapat mengakses KPSP melalui ponsel dengan aplikasi Program IDAI untuk Membangun Anak Indonesia (PRIMA).
Jika hasil menunjukkan adanya indikasi keterlambatan perkembangan, Mama dapat langsung menghubungi dokter spesialis anak untuk melakukan konsultasi supaya si Kecil segera mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Waspadai Tanda Keterlambatan Perkembangan Bayi Sesuai Usianya
Cara Deteksi Dini Penyimpangan Sosial Emosional
Menurut hasil penelitian yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud), secara global ada sekitar 9% anak yang memiliki gangguan kecemasan, 11-15% gangguan emosi, 9-15% mengalami gangguan perilaku.
Sayangnya, ketika seorang anak mengalami penyimpangan sosial emosional, kebanyakan orang tua lebih sering memberikan label anak nakal, anak yang tidak bisa dinasihati, anak pembuat onar, dan lain sebagainya.
Padahal, hal pertama yang seharusnya dilakukan orang tua atau pengasuh utama adalah membawa si Kecil mengunjungi tenaga kesehatan ahli untuk mendapatkan deteksi dini penyimpangan sosial.
Untuk mendeteksi adanya penyimpangan sosial emosional pada anak usia TK (3-6 tahun), tenaga kesehatan ahli umumnya akan menggunakan KMME (Kuesioner Masalah Mental dan Emosi).
Penggunaan KMME sebagai alat deteksi penyimpangan sosial emosional telah diatur sendiri oleh pemerintah Republik Indonesia di dalam Permenkes Nomor 66 Tahun 2014. Berikut bentuknya:
No. |
Perilaku Anak |
Tidak Terdapat |
Kadang-kadang Terdapat |
Sering Terdapat |
1 |
Tidak biasa duduk diam, lari-Iari atau loncat |
|||
2 |
Tidak bisa tenang, gugup, gelisah |
|||
3 |
Merusak barang (milik sendiri atau orang lain) |
|||
4 |
Berkelahi dengan anak lain |
|||
5 |
Tidak disukai anak lain |
|||
6 |
Khawatir dengan banyak hal |
|||
7 |
Lebih suka untuk bekerja dan bermain sendiri |
|||
8 |
Mudah tersinggung dan cepat marah |
|||
9 |
Tampak murung, sedih dan tidak tertekan |
|||
10 |
Terdapat gerakan-gerakan yang tidak terkendali pada wajah dan badannya |
|||
11 |
Menggigit jari atau kuku |
|||
12 |
Tidak menurut kalau disuruh |
|||
13 |
Sukar memusatkan perhatian/ konsentrasi |
|||
14 |
Takut menghadapi situasi atau barang baru |
|||
15 |
Rewel atau banyak menuntut |
|||
16 |
Berbohong |
|||
17 |
Masih Mengompol atau berak dicelana |
|||
18 |
Gugup |
|||
19 |
Mempunyai kesulitan bicara |
|||
20 |
Suka mengganggu atau menyakiti orang lain |
|||
21 |
Tidak ada perhatian terhadap lingkungan |
|||
22 |
Tidak mau meminjamkan/memberi mainan pada anak lain |
|||
23 |
Mudah menangis /cengeng |
|||
24 |
Menyalahkan orang lain |
|||
25 |
Mudah putus asa |
|||
26 |
Tidak memperhatikan kepentingan orang/anak lain |
|||
27 |
Menunjukkan gangguan dalam perilaku seksual |
|||
28 |
Menendang, menggigit atau memukul anak lain |
|||
29 |
Suka bengong, melamun |
|||
30 |
Apakah anda menganggap anak ini mempunyai masalah tingkah laku |
Dari tabel KMME tersebut, apabila si Kecil mendapat nilai kurang dari 11, ia tidak perlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Namun, ketika nilainya lebih dari 11, anak harus dirujuk agar segera mendapatkan pemeriksaan lanjutan dan penanganan paling tepat.
Namun perlu diingat ya, Ma, tabel KMME di atas hanya digunakan sebagai bahan informasi, ya. Penilaian dan diagnosis kondisi si Kecil hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti psikolog.
Berapa Kali Anak Usia Dini Perlu Dilakukan Deteksi Tumbuh Kembangnya?
DDTK adalah salah satu jenis pemeriksaan rutin yang wajib dijalani oleh anak sejak dari lahir sampai usia sekolah. Tujuannya adalah untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan sejalur dengan usianya, dan agar jika ada penyimpangan dapat ditangani sedini mungkin.
Menurut IDAI, frekuensi anak usia dini perlu menjalani DDTK adalah sebanyak:
- Usia 0 – 12 bulan : 1 bulan sekali
- Usia 1 – 3 tahun : 3 bulan sekali
- Usia 3 – 6 tahun : 6 bulan sekali
- Usia 6 tahun ke atas : 1 tahun sekali
Masa awal kehidupan anak, terutama 1000 hari pertama kehidupan, merupakan periode yang paling krusial. Pada masa tersebut, pembentukan otak dan organ penting lainnya sedang berjalan dengan sangat pesat.
Apabila masa emas ini terlewatkan, Mama tidak bisa mengulanginya lagi dan sulit memperbaiki keterlambatan tumbuh kembang yang terlanjur berlangsung lama.
Oleh karena itu, Mama perlu membawa si Kecil ke dokter spesialis anak untuk melakukan pengukuran berkala sehingga tidak akan ada gangguan pertumbuhan yang luput dari deteksi dan penanganan yang tepat.
Apabila Mama masih memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai DDTK atau curiga si Kecil mengalami suatu penyimpangan tumbuh kembang, langsung saja hubungi Nutrilon Expert Advisor.
Kami menghadirkan tim ahli yang siap menjawab berbagai kekhawatiran Mama dan Papa selama 24/7 tanpa harus membuat janji terlebih dahulu dan tanpa dipungut biaya apapun. Yuk, hubungi sekarang juga.