Pertumbuhan dan perkembangan bayi merupakan proses yang kompleks. Maka itu, tidak ada bayi yang pencapaian milestone-nya sama persis dengan bayi lainnya. Ada bayi yang perkembangan motoriknya diawali dengan duduk dulu baru merangkak, tapi ada juga yang bisa merangkak dulu baru bisa duduk tegap. Setiap anak bisa tumbuh dan berkembang dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Namun, di setiap tahapan tumbuh kembang bayi ada tanda bahaya alias red flag yang perlu Mama perhatikan pada si Kecil.
Dengan memahami dan mewaspadai tanda-tanda keterlambatan tumbuh kembang bayi, Mama dan Papa bisa segera mendapatkan intervensi yang diperlukan.
Apa yang Dimaksud Red Flag Perkembangan?
Red flag adalah istilah yang menunjukkan hambatan atau kondisi membahayakan pada tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTKA) Kementerian Kesehatan RI, red flag perkembangan menunjukkan keterlambatan pada aspek perkembangan, seperti motorik kasar, motorik halus, perkembangan bahasa/bicara, kognitif, hingga sosial-emosional, yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan apakah kondisi tersebut merupakan suatu gangguan yang membutuhkan intervensi medis segera atau bukan.
Menurut IDAI, seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah saja, misalnya keterlambatan bicara atau keterlambatan jalan saja, atau bisa juga di lebih dari satu ranah perkembangan. Sebagai contoh, keterlambatan kognitif dan keterampilan sosial-emosional
Red flag perkembangan juga dapat meliputi terjadinya kemunduran tahapan perkembangan pada anak. Misalnya, ketidakmampuan anak mencapai milestone sesuai usianya atau anak kehilangan kemampuan yang sebelumnya justru sudah bisa dilakukan.
Red Flag Perkembangan Bayi Menurut Kelompok Usianya
Setiap orang tua tentunya mengharapkan buah hatinya tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan kelompok usianya. Namun, ada beberapa bayi yang perkembangannya tidak sesuai dengan grafik kelompok usianya.
Ketika ada gangguan tumbuh kembang, umumnya si Kecil menunjukkan red flag atau tanda bahaya tertentu. Berikut red flag yang biasanya muncul sesuai dengan kelompok usia si Kecil:
1. Usia 2 Bulan
Mama dan Papa perlu segera menghubungi dokter spesialis anak ketika si Kecil:
-
Tidak merespon pada suara keras.
-
Matanya tidak mengikuti benda yang bergerak.
-
Tidak tersenyum pada orang lain, terutama Mama sebagai pengasuh utama.
-
Tidak memasukkan tangan ke mulut.
-
Tidak mengangkat kepala ke atas ketika tummy time.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
Baca juga: Perkembangan Bayi 3 Bulan, Sudah Bisa Apa Saja?
2. Usia 4 Bulan
Red flag pada bayi usia 4 bulan ditunjukkan dengan:
-
Mata yang tidak mengikuti arah benda bergerak.
-
Tidak tersenyum pada orang lain yang mengajak si Kecil berinteraksi.
-
Tidak bisa mengangkat kepala dengan tegak dan stabil.
-
Tidak memasukkan benda ke mulut.
-
Kakinya tidak menjejak ketika diberdirikan pada permukaan yang keras seperti lantai atau kasur.
-
Tidak bisa menggerakkan salah satu mata atau kedua matanya ke berbagai arah dengan mudah.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
3. Usia 6 Bulan
Mama perlu waspada apabila pada usia 6 bulan bayi:
-
Tidak menunjukkan keinginan untuk meraih benda yang berada dalam jangkauan tangannya.
-
Masih belum kehilangan reflek menggenggam.
-
Tidak menunjukkan kasih sayang pada pengasuh utama.
-
Tidak merespon pada suara.
-
Belum bisa dengan mudah memasukkan benda ke dalam mulut.
-
Belum bisa berceloteh menggunakan vowel (a-i-u-e-o).
-
Belum bisa berguling, baik ke kanan maupun ke kiri.
-
Belum bisa tersenyum, tertawa, memekik, atau menunjukkan ekspresi kesenangan lainnya.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
Selain tanda bahaya di atas, Mama juga perlu waspada ketika tubuh si Kecil tampak sangat kaku (dengan otot-otot yang kencang) atau tampak terlalu lemas (seperti boneka kain ketika diangkat).
Kedua hal tersebut merupakan tanda terjadinya gangguan perkembangan motorik kasar pada si Kecil, namanya adalah gangguan tonus otot.
Ketika tonus ototnya terlalu banyak (hipertonia) tubuh si Kecil menjadi lebih kaku. Sedangkan, ketika tonus ototnya terlalu sedikit (hipotonia) tubuhnya jadi terlalu lemas.
Apabila menjumpai hal itu, segera hubungi dokter spesialis anak kepercayaan keluarga agar si Kecil mendapatkan diagnosis dan intervensi pertumbuhan yang tepat, ya, Ma.
Baca juga: Perkembangan Bayi 8 Bulan, Si Kecil Sudah Bisa Apa?
4. Usia 9 Bulan
Pada usia 9 bulan, red flag bayi ditunjukkan dengan belum tercapainya milestones berikut:
-
Belum bisa duduk sendiri atau bahkan bayi belum bisa duduk walaupun sudah dibantu Mama.
-
Belum bisa menopang berat pada dengan satu kaki saat dengan bantuan Mama atau bersandar pada objek lain.
-
Belum bisa berceloteh dengan dua suku kata seperti “ba-ba”, “ma-ma”, atau “da-da”.
-
Tidak merespon ketika dipanggil namanya.
-
Tidak melihat ke arah yang ditunjuk Mama.
-
Tidak tertarik dengan permainan yang diulang-ulang.
-
Belum bisa memindah mainan dari satu tangan ke tangan yang lain. Misalnya dari tangan kanan ke kiri.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
5. Usia 12 Bulan
Berikut adalah red flag yang perlu Mama waspadai pada bayi usia 12 bulan:
-
Belum bisa merangkak.
-
Belum bisa berdiri walaupun dibantu Mama maupun ditopang objek lain.
-
Tidak berusaha mencari barang-barang yang Mama sembunyikan.
-
Belum bisa mengucapkan 1 kata berarti seperti “mama” atau “da-da”.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
Baca juga: Perkembangan Bayi Usia 12 Bulan dan Cara Optimalkannya
6. Usia 18 Bulan
Setiap anak memang memiliki fase pertumbuhan yang unik, namun Mama perlu waspada ketiak pada usia 18 bulan bayi menunjukkan red flag seperti:
-
Belum bisa berjalan.
-
Tidak mau menunjuk pada objek yang dimaksud.
-
Tidak pernah berusaha meniru apa yang dilakukan orang lain.
-
Tidak belajar mengucapkan kata-kata baru.
-
Tidak dapat mengucapkan minimal 6 kata.
-
Tidak menyadari ketika ditinggalkan orang tua maupun saat orang tua kembali ke sisi si Kecil.
-
Tidak bisa bermain pura-pura.
-
Masih sangat sering memasukkan benda ke dalam mulut untuk eksplorasi.
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
7. Usia 24 Bulan
Berikut red flag perkembangan pada bayi usia 24 bulan yang perlu Mama waspadai:
-
Tidak tahu cara menggunakan objek umum seperti sepatu, sisir, atau sendok.
-
Belum bisa berbicara menggunakan gabungan 2 kata yang berarti seperti “minum-susu”, “makan-nasi”, atau “ayo-bobok”, walaupun masih dengan cadel.
-
Tidak menirukan gerak-gerik orang lain.
-
Tidak menirukan kata-kata Mama.
-
Belum bisa mengerti perintah sederhana.
-
Tidak bisa berjalan dengan kokoh (limbung).
-
Kehilangan milestones yang sebelumnya sudah tercapai.
Itulah red flag perkembangan bayi menurut kelompok usianya yang perlu Mama waspadai.
Walaupun Mama tidak menemukan tanda-tanda persis seperti yang disebutkan di atas, Mama tidak perlu ragu untuk berkonsultasi pada dokter anak ketika menemukan ada yang tidak beres pada si Kecil atau kondisinya tampak mengkhawatirkan. You know your baby best, Mom!
Mama juga bisa dapatkan berbagai informasi seputar panduan untuk mendukung daya tahan tubuh dan tumbuh kembang si Kecil dengan mengunjungi The Parent’s Guide Academy.
Baca juga: 10 Cara Ampuh Menghilangkan Rasa Sakit Setelah Imunisasi pada Bayi
Pentingnya Memantau Perkembangan si Kecil secara Rutin
Karena perkembangan masing-masing bayi sangat unik, terkadang Mama dan Papa tidak menyadari munculnya tanda bahaya perkembangan.
Agar intervensi gangguan perkembangan tidak terlambat diberikan, Mama perlu mengajak si Kecil untuk berkunjung ke dokter anak untuk mendapatkan skrining secara rutin.
Skrining perkembangan dapat dilakukan dengan pengamatan langsung oleh dokter anak dan menggunakan kuesioner atau buku kesehatan ibu dan anak yang harus diisi oleh orang tua.
Berapa kali skrining harus dilakukan?
Frekuensi skrining perkembangan si Kecil yang disarankan adalah oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah:
-
Usia 0 - 12 bulan : 1 bulan sekali
-
Usia 12 - 24 bulan : 3 bulan sekali
-
Usia 24 - 72 bulan : 6 bulan sekali
Oh iya, Ma, selain tanda bahaya pada perkembangan bayi saat proses skrining dilakukan ia juga akan diukur pertambahan berat, panjang badan, dan lingkar kepalanya. Jadi, gangguan pertumbuhan juga bisa dideteksi sejak dini dan segera diberi intervensi.
Pasalnya, 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) si Kecil merupakan momen yang sangat penting. Pada periode ini, organ-organ vital si Kecil, termasuk otaknya, sedang berkembang dengan sangat pesat. Lebih pesat daripada periode lain dalam kehidupan, Ma!
Jadi, apabila pada periode ini terjadi gangguan perkembangan atau pertumbuhan, hal tersebut harus segera diatasi. Kalau tidak dampak negatifnya bisa mempengaruhi kehidupan si Kecil hingga dewasa nanti.
Namun, sekali lagi kami ingatkan, Mama tidak perlu khawatir berlebihan. Asalkan Mama memenuhi kebutuhan dasar si Kecil dengan baik, rutin membawa si Kecil untuk mendapatkan skrining, dan memberikan kasih sayang yang cukup ia akan tumbuh sehat sebagai generasi pemenang!
Terus semangat untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan si Kecil dengan seksama, ya, Ma, Pa! Jika Mama memiliki lebih lanjut tentang tanda bahaya pertumbuhan atau kekhawatiran lainnya, Mama dapat menghubungi Nutriclub Expert Advisor dan berkonsultasi langsung dengan ahlinya. Hubungi Sekarang!