Stunting harus menjadi perhatian Mama karena dampaknya besar pada tumbuh kembang anak. Yuk, pahami ciri-ciri stunting pada anak dan cara mengatasinya yang bisa Mama lakukan sesegera mungkin.
Ciri-Ciri Stunting pada Anak
Stunting dapat terjadi dan terdeteksi di 1000 hari pertama usia anak (umur 0-2 tahun). Namun, gejala stunting biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun. Ketahui ciri-ciri anak stunting berikut ini:
1. Badan Lebih Pendek dari Anak Seusianya
Salah satu ciri khas stunting adalah tinggi badan anak yang kurang dari rata-rata anak seusianya.
Anak dianggap stunting apabila Z-score tinggi badannya (TB/U) di bawah -2SD hingga -3SD dari standar grafik pertumbuhan WHO berdasarkan hasil pengukuran 2 kali berturut-turut.
Untuk memastikan pertumbuhan badannya sudah sesuai kurva pertumbuhan, anak perlu mendapatkan pemeriksaan fisik rutin di dokter atau rumah sakit.
2. Berat Badan Rendah
Selain tinggi badan kurang, ciri-ciri stunting pada anak juga termasuk berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight).
Masalah berat badan ini terjadi karena si Kecil kekurangan nutrisi, kurang mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan metabolisme tubuh yang rendah.
Baca Juga: Berapa Tinggi Badan Anak Stunting?
3. Lingkar Kepala Kecil
Lingkar kepala kecil sering menunjukkan gangguan perkembangan otak akibat kekurangan gizi kronis dan bisa menjadi tanda stunting.
Ukuran lingkar kepala anak dapat menggambarkan pertumbuhan otak. Jika otak mengalami pertumbuhan yang tidak normal akibat kekurangan nutrisi, ukuran lingkar kepala bayi biasanya lebih kecil dari standar normal.
4. Keterlambatan Perkembangan Kognitif
Gangguan kognitif seperti sulit fokus dan konsentrasi, tidak teliti, sulit memproses informasi, dan penurunan daya ingat adalah ciri-ciri stunting pada anak yang sangat perlu diwaspadai.
Menurut LIPI, stunting yang terjadi pada tahap awal kehidupan anak dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada perkembangan kognitif.
Hal ini berdampak pada perkembangan motorik dan intelektual yang tidak optimal, sehingga berpotensi memengaruhi performa akademis si Kecil di sekolah.
5. Mudah Terserang Penyakit
Jika anak sering sakit dan asupan gizinya juga tidak mumpuni, Mama patut mencurigainya sebagai ciri stunting.
Ketika sakit, proses penyembuhan anak stunting juga biasanya lebih lama dibandingkan anak dengan gizi cukup. Ini terjadi karena malnutrisi dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh.
Menurut studi dari Frontiers in Immunology tahun 2022, anak stunting berisiko lebih besar terhadap komplikasi serius akibat penyakit infeksi.
Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Harus Diwaspadai
6. Kulit, Kuku, dan Rambut Tidak Sehat
Ketika si Kecil mengalami kekurangan gizi kronis, tubuh akan mulai menguraikan nutrisi yang tersimpan dalam jaringan otot, kulit, rambut dan kuku.
Hal tersebut membuat kulit anak tampak kering dan tidak sehat. Biasanya juga akan muncul ruam dan lesi kulit.
Rambut si Kecil juga akan menjadi lebih rapuh, lebih mudah rontok, dan kehilangan pigmennya. Jadi, rambut si Kecil berwarna kemerahan dan terlihat tidak sehat.
7. Wajah Tampak Lebih Muda
Stunting membuat pertumbuhan tinggi dan berat badan anak lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya.
Keterlambatan ini sering tidak terlihat jelas, sehingga anak bisa dianggap hanya memiliki tubuh pendek.
Namun, meski proporsi tubuhnya terlihat normal, wajah anak stunting sering tampak lebih muda dari usia sebenarnya.
8. Menunjukkan Gangguan Perilaku
Menurut penelitian dari National Library of Medicine, salah satu ciri-ciri stunting pada anak bisa dilihat dari perubahan perilakunya. Anak yang kekurangan gizi kronis cenderung memiliki perilaku yang buruk.
Kekurangan gizi pada 1000 HPK dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan struktur otak yang mengatur emosi serta pengendalian diri, sehingga memicu gangguan perilaku seperti agresivitas atau kesulitan beradaptasi.
Kurangnya asupan gizi juga memengaruhi produksi serotonin dan dopamin yang berperan penting dalam mengatur suasana hati, sehingga meningkatkan risiko masalah emosi dan perilaku.
9. Pertumbuhan Gigi Terlambat
Pada kebanyakan kasus, gejala stunting pada anak dapat bermanifestasi sebagai pertumbuhan gigi yang terlambat.
Meski demikian, gangguan pertumbuhan gigi juga bisa karena masalah gusi atau rahang. Jadi, sebaiknya langsung konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebab keterlambatan tumbuh giginya, ya
Baca Juga: Global Development Delay pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Cara Mengetahui Apakah Anak Stunting
Cara mengetahui apakah anak memiliki stunting atau masalah kesehatan lain hanya bisa melalui pemeriksaan berat badan dan tinggi badan pada kurva pertumbuhan.
Menurut Kemenkes RI, ciri-ciri stunting pada anak dapat diketahui dengan mengukur tinggi badan dan membandingkannya dengan standar pertumbuhan. Jika hasilnya di bawah normal, anak dikategorikan stunting.
Anak dianggap stunting jika tinggi badannya lebih rendah dari -2SD hingga -3SD setelah diukur dua kali berturut-turut. Sementara itu, anak dikategorikan underweight jika berat badannya di bawah -2SD hingga -3SD pada pengukuran BB/U.
Jika Mama memiliki pertanyaan lain seputar stunting, Mama bisa langsung hubungi Nutriclub Expert Advisor yang siap menjawab kekhawatiran Mama 24/7.
Cara Mengatasi Stunting pada Anak
Jika anak sudah stunting, apa yang harus dilakukan? Ciri-ciri stunting yang sudah terjadi dalam 1000 HPK anak harus segera ditangani dengan perbaikan nutrisi dan perawatan lainnya, seperti:
1. Perbaikan Nutrisi
Perbaikan nutrisi adalah kunci paling penting dalam penanganan stunting.
Menu makan yang diberikan harus sesuai dengan prinsip tepat waktu, adekuat, aman, higienis, dan responsif terhadap sinyal lapar atau kenyang anak.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan makanan berkualitas yang mencakup berbagai jenis bahan makanan seperti biji-bijian, kacang-kacangan, produk susu, daging, telur, serta buah dan sayur kaya vitamin A.
2. Perbanyak Asupan Protein Hewani
Protein hewani memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan tinggi badan anak.
Sumber protein seperti susu, telur, ikan, dan daging kaya akan zat besi dan asam amino esensial yang mendukung sintesis hormon pertumbuhan dan pembentukan tulang.
Pemberian susu, khususnya, dapat memperbaiki pertumbuhan tinggi badan lebih baik dibandingkan sumber protein nabati.
3. Optimalkan Stimulasi dan Perbaikan Sanitasi
Selain aspek gizi, stimulasi psikososial yang melibatkan permainan dan pembelajaran sesuai usia juga penting untuk mendukung perkembangan anak.
Lingkungan yang penuh kasih sayang dan kebersihan yang baik akan mempercepat tumbuh kembang anak.
Perbaikan sanitasi, akses air bersih, serta lingkungan yang sehat dapat memperbaiki kualitas hidup anak, mengurangi risiko infeksi, dan membantu penanganan stunting secara keseluruhan.
Baca Juga: Cara Pencegahan Stunting pada Masa Golden Age Anak
4. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk mendukung pencegahan stunting.
Praktik PHBS seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih, dan menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu mencegah infeksi yang mengganggu pertumbuhan anak.
Selain itu, memberantas jentik nyamuk, rutin beraktivitas fisik, dan menghindari rokok juga penting untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan anak.
5. Melengkapi Jadwal Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga anak terlindungi dari berbagai penyakit. IDAI menyebutkan anak wajib vaksin secara rutin sesuai jadwal dari mulai lahir hingga usia 18 tahun.
Program imunisasi dasar meliputi:
- Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC.
- Imunisasi Hepatitis B untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit Hepatitis B.
- Imunisasi Polio mencegah anak dari penyakit Poliomyelitis yang menjadi penyebab kelumpuhan pada anak.
- Imunisasi DPT, mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus.
- Imunisasi Campak untuk mencegah anak dari virus campak.
6. Berikan Suplemen Jika Perlu
Untuk bantu mengatasi stunting, dokter mungkin dapat merekomendasikan konsumsi dua suplemen yang terbukti efektif dalam memperbaiki pertumbuhan anak, yaitu zinc dan vitamin A.
Suplementasi zinc dengan dosis 5-40 mg/hari selama 2-12 bulan terbukti efektif menurunkan insidensi diare, pneumonia, dan memperbaiki pertumbuhan tinggi badan anak.
Suplementasi vitamin A dengan anjuran dosis 200.000 IU pada anak 12-59 bulan yang diberikan setiap 6 bulan juga terbukti dapat memperbaiki pertumbuhan linear.
Seluruh kombinasi berbagai cara di atas diharapkan dapat membantu Mama mengatasi ciri-ciri stunting dan memberikan anak kesempatan bertumbuh optimal mencapai potensi terbaiknya.
Mama juga bisa dapatkan lebih banyak artikel terbaru seputar tumbuh kembang dan gizi anak yang telah diverifikasi oleh dokter ahli, koleksi ebook eksklusif yang bisa di-download, hingga Q&A dengan Nutriclub Expert Advisor seputar asupan gizi anak cukup dengan bergabung jadi member Nutriclub. Gratis!