Gangguan kognitif adalah jenis gangguan tumbuh kembang yang cukup umum terjadi pada anak dan dapat dikenali sejak usia 2 tahun. Gangguan ini wajib ditangani dengan tepat.
Apa itu Gangguan Kognitif?
Gangguan kognitif adalah penurunan fungsi otak yang berkaitan dengan cara berpikir, nalar, memproses informasi, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Gangguan fungsi kognitif disebut juga dengan cognitive impairment atau disabilitas intelektual. Beberapa contoh gangguan fungsi kognitif adalah:
- Terlambat mencapai milestone motorik di usianya, seperti terlambat duduk, terlambat berjalan.
- Terlambat bicara (speech delay), kesulitan berbahasa, atau kesulitan berbicara.
Faktor yang Memengaruhi Gangguan Kognitif pada Anak
Penyebab utama gangguan kognitif adalah kelainan kromosom/sindrom genetik. Anak dapat mewarisi kelainan kromosom dari orang tua. Selain itu, ada sejumlah penyebab lain, yakni:
- Konsumsi narkoba saat hamil.
- Keracunan logam berat (timbal, merkuri, atau lainnya) selama kehamilan.
- Keracunan pestisida saat kehamilan.
- Mengidap infeksi saat hamil.
- Anak tertular meningitis atau batuk rejan yang tidak tertangani.
- Anak lahir prematur.
- Janin tidak berkembang baik selama di dalam rahim (IUGR).
- Anak lahir kekurangan oksigen (asfiksia atau birth asphyxia).
- Mengalami penyakit kuning saat bayi.
- Mama memiliki riwayat kecelakaan atau cedera fisik selama kehamilan.
- Anak memiliki riwayat trauma fisik seperti cedera otak akibat kecelakaan.
- Anak memiliki riwayat pelecehan atau kekerasan yang dialami di usia dini.
- Kecukupan gizi.
- Situasi sosial-ekonomi yang buruk.
- Hambatan terhadap akses pelayanan medis.
Baca Juga: Global Development Delay pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Masalah Apa yang Terjadi Jika Anak Mengalami Gangguan Kognitif?
Dilansir dari Paudpedia Kemdikbud, gangguan fungsi kognitif bisa membuat proses belajar di sekolah terhambat karena sulit memahami informasi, menanggapi instruksi, atau mengingat.
Kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi masalah juga rendah. Hal ini akan membuat prestasi belajarnya cenderung kurang cemerlang.
Di samping itu, kondisi ini juga bisa membuat anak kesulitan berinteraksi secara sosial. Jadi, ia lebih sulit beradaptasi, mendapatkan teman, dan berkomunikasi dengan baik.
Tanda-Tanda Gangguan Fungsi Kognitif
Dikutip dari Stanford Medicine Children Health, semakin serius gangguan fungsi kognitif anak, semakin awal tanda-tandanya dapat Mama amati. Sejumlah tanda gangguan kognitif adalah:
- Kesulitan memperhatikan, bahkan untuk waktu yang singkat.
- Ketidakmampuan untuk duduk diam dalam waktu lama.
- Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas, seperti pekerjaan rumah atau ujian menulis.
- Memori buruk ketika mengingat fakta yang dipelajari atau instruksi tertulis multi-langkah.
- Keterampilan mendengarkan yang lemah dan kesulitan dalam mengingat instruksi lisan.
- Kesulitan dalam membaca, mengeja, dan pemahaman bahasa.
- Perbendaharaan kosakata tidak sebanyak anak di usianya.
- Kesulitan memahami kosakata.
- Masalah dengan konsep abstrak dalam matematika.
- Kesulitan merencanakan dan memprioritaskan.
Jenis-Jenis Gangguan Kognitif pada Anak
Gangguan kognitif akan menimbulkan dampak yang bervariasi, tergantung tingkat keparahan dan jenisnya. Berikut beberapa jenis yang umum terjadi:
1. Gangguan Perkembangan Intelegensi
Gangguan kognitif ini menyebabkan perkembangan intelegensi terhambat sehingga IQ anak di bawah rata-rata. Dampaknya, ia mengalami keterlambatan bicara dan gangguan belajar.
Hal ini juga menimbulkan gangguan pemrosesan pendengaran. Jadi, si Kecil tidak mampu memahami kalimat yang ia dengar serta kesulitan membedakan jenis suara dan bahasa.
Lebih lanjut, IQ rendah juga membuat si Kecil kesulitan dalam memproses informasi visual. Baik dari bacaan, angka, peta, bagan, simbol, atau gambar.
2. Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD)
Autisme adalah gangguan neurologis yang memengaruhi cara anak berinteraksi, berkomunikasi dengan orang lain, belajar, dan berperilaku.
Menurut buku panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), anak-anak dengan ASD mungkin juga memiliki minat terbatas dan menunjukkan pola perilaku berulang.
Kondisi ini yang kemudian menyulitkan anak dalam beraktivitas, baik itu di sekolah, dalam pertemanan, maupun bidang kehidupan lainnya.
3. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan kognitif yang menyebabkan anak sulit memfokuskan perhatiannya pada suatu hal. Rentang fokus yang rendah membuatnya kesulitan menyelesaikan suatu tugas.
Selain itu, kondisi ini ditandai kecenderungan perilaku hiperaktif secara berlebihan sehingga ia tidak bisa duduk anteng, selalu berbicara, hingga tidak bisa memperhatikan hal detail.
Tanda lain yang muncul adalah perilaku impulsif yang sering membuat anak melakukan hal berbahaya hingga di luar norma. Misalnya memegang nyala lilin dan menyela orang bicara.
4. Gangguan Belajar
Gangguan pembelajaran dapat memengaruhi kemampuan anak dalam menguasai keterampilan akademis tertentu.
Gangguan fungsi kognitif ini termasuk disleksia (kesulitan membaca dan mengeja), disgrafia (kesulitan menulis), dan diskalkulia (kesulitan belajar matematika).
Ini juga termasuk disfasia, yaitu kesulitan berbahasa dan memahami bahasa secara lisan.
5. Gangguan Koordinasi (Developmental Coordination Disorder - DCD)
Gangguan ini memengaruhi kemampuan motorik anak. Dengan begitu, anak kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari yang melibatkan gerakan fisik secara presisi.
Di antaranya adalah menulis, menggunting, mengancingkan baju, menendang bola, naik sepeda, dan menari.
6. Gangguan Kecemasan dan Depresi
Gangguan mental seperti kecemasan dan depresi juga termasuk masalah pada fungsi kognitif, karena memengaruhi kemampuan konsentrasi, motivasi, dan interaksi sosial anak.
7. Gangguan Tic
Tic adalah gerakan atau suara yang muncul secara tiba-tiba, sifatnya repetitif, dan sulit untuk dikendalikan.
Kondisi ini termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif karena melibatkan kontrol impulsif, memengaruhi pemikiran, dan memengaruhi kendali diri anak.
Baca Juga: Mengenal Manfaat Brain Gym untuk Stimulasi Kognitif Anak
Bagaimana Cara Mengatasi Gangguan Kognitif pada Anak?
Setiap jenis gangguan fungsi kognitif memiliki perawatan medis yang berbeda. Berikut adalah beberapa metode umum yang dapat digunakan:
1. Intervensi Pendidikan Khusus
Anak-anak dengan gangguan fungsi kognitif mungkin memerlukan pendidikan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ini bisa mencakup program pembelajaran individual, dukungan guru tambahan, atau penyesuaian dalam metode pengajaran.
2. Terapi Bicara (Speech and Language Therapy)
Speech therapy dapat membantu meningkatkan keterampilan berbahasa dan komunikasi pada anak autis atau anak yang mengalami speech delay.
Selama terapi bicara, si Kecil akan distimulasi berbicara menggunakan media seperti buku, gambar, dan kejadian tertentu.
Bisa juga anak diajak untuk memperbaiki pelafalannya dengan melatih gerakan lidah dan bentuk mulut. Contohnya meniup lilin atau membuat embun di kaca.
3. Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)
Beberapa gangguan kognitif, seperti ADHD atau gangguan perilaku, dapat merespons behavioral therapy dengan baik.
Terapi ini bertujuan untuk membentuk pola perilaku positif dan membantu mengelola tantangan perilaku yang muncul.
4. Terapi Okupasi (Occupational Therapy)
Terapis okupasi dapat membantu anak-anak dengan gangguan perkembangan motorik atau koordinasi.
Terapi dilakukan melalui latihan dan aktivitas yang melibatkan otot halus, otot kasar, dan koordinasi mata-tangan.
Dengan begitu, si Kecil dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
5. Pemberian Obat-obatan
Dalam beberapa kasus gangguan kognitif, pengobatan mungkin diperlukan. Terutama untuk ADHD yang melibatkan gangguan perilaku dan fokus.
Penggunaan obat-obatan harus diawasi secara ketat oleh tim dokter dan harus diintegrasikan dengan pendekatan lainnya.
Baca Juga: Tahap Perkembangan Kognitif Anak dan Cara Stimulasinya
6. Dukungan Psikososial
Anak-anak dengan gangguan fungsi kognitif mungkin memerlukan dukungan psikososial untuk mengatasi tantangan emosional dan sosial mereka.
Konseling atau terapi psikologis dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan mengatasi masalah emosional.
7. Keterlibatan Keluarga
Keterlibatan keluarga, terutama orang tua dan pengasuh, sangat penting dalam mendukung kemajuan perkembangan kognitif anak.
Sebab anak dengan kondisi ini membutuhkan cara dan lingkungan khusus untuk berkembang dengan lebih optimal.
Oleh karena itu, Mama dan Papa perlu rajin mengikuti kelas dan pelatihan yang disediakan oleh berbagai instansi terpercaya.
8. Perubahan Gaya Hidup
Pemeliharaan gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang bergizi seimbang, akan memberikan dampak positif pada tahap perkembangan kognitif anak.
Beberapa jenis nutrisi penting untuk otak adalah omega-3 serta DHA dan EPA, yang juga harus diimbangi dengan asupan makronutrisi seperti protein dan lemak hingga vitamin dan mineral.
Makanan sehat juga mendukung pertumbuhan probiotik dalam usus yang berperan memproduksi neurotransmitter seperti serotonin. Hormon yang memengaruhi fungsi kognitif.
Apabila masih memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai gangguan kognitif pada anak dan cara mengatasinya, Mama dapat menghubungi Nutriclub Expert Advisor.
Nutriclub Expert Advisor merupakan layanan interaktif dengan tim ahli yang tersedia selama 24/7. Mama bisa menghubungi dan berkonsultasi secara real time tanpa harus membuat janji terlebih dahulu.