Pola asuh disiplin positif memberikan dampak perkembangan jangka panjang yang baik. Memangnya, pola asuh apa ini dan bagaimana cara menerapkannya di rumah?
Apa yang Dimaksud dengan Disiplin Positif?
Disiplin positif adalah memberikan bimbingan yang membangun pada anak tanpa menggunakan kekerasan, baik secara mental, ucapan, maupun hukuman fisik.
Dengan begitu, anak tumbuh dengan kepribadian terpuji, mandiri, resilience (tangguh), bertanggung jawab, dan memiliki rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Salah satu contoh dari pola asuh ini adalah membuat anak mengerti bahwa dengan rajin bangun pagi ia akan merasa lebih semangat untuk bermain dan belajar.
Ia bukan bangun pagi karena ingin mendapatkan pujian atau malah merasa takut dihukum Mama jika tidak melakukannya.
Baca Juga: 10 Cara Memarahi Anak yang Benar Tanpa Kekerasan
Bagaimana Cara Menerapkan Disiplin Positif pada Anak?
Pola asuh baik ini melibatkan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak secara konsisten. Berikut adalah beberapa cara menerapkannya dalam keluarga:
1. Buat Kesepakatan Bersama
Setiap keluarga perlu memiliki aturan dan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dilakukan serta sebaliknya.
Bila dipraktekan secara secara konsisten, aturan yang telah disepakati bersama akan membuat si Kecil melakukan rutinitasnya dengan baik, Ma.
Tidak perlu yang terlalu sulit, tapi buatlah aturan yang mudah dimengerti dan diingat. Misalnya seperti makan harus duduk atau tidak menyela orang lain yang sedang berbicara.
2. Bersikap Tegas
Saat melihat anak berperilaku diluar kesepakatan yang dibuat, Mama perlu tetap tenang. Respon perilaku si Kecil dengan lembut namun tegas.
Mama perlu mencari tahu, kira-kira hal apa yang ingin disampaikan anak lewat perilakunya yang menyimpang dari kesepakatan.
Kemudian beritahu si Kecil mengapa perilakunya dilarang. Jelaskan perilaku seperti apa yang seharusnya dimiliki atau diskusikan alternatif untuk mengganti perilaku tersebut.
Baca Juga: 10 Cara Membentuk Karakter Anak Sejak Usia Dini
3. Tetapkan Konsekuensi
Mama perlu konsisten menerapkan konsekuensi yang membangun saat ada pelanggaran pada kesepakatan yang telah dibuat.
Berikan penjelasan dan alasan yang rasional mengenai konsekuensi yang akan diterima saat melanggarnya. Supaya ia belajar memahami konsep sebab-akibat dan tanggung jawab.
Setelah beberapa waktu berjalan, cobalah diskusikan bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga terkait adakah kesepakatan yang perlu diubah atau diperbaiki.
4. Berikan Pujian
Dalam menerapkan disiplin positif, pujian yang tepat bisa menjadi alat yang baik karena memberikan penegasan bahwa perilakunya baik, memberikan dampak positif, dan dihargai.
Dengan demikian, ia termotivasi untuk terus berperilaku baik. Mama dapat menyampaikan pujian dengan konsisten dan bijak. Jangan berlebihan dan hanya fokus pada hasil.
Contohnya saat ia membereskan kamar sendiri, Mama bisa berkata, “Adik pintar sekali, habis baca buku langsung dikembalikan ke rak tanpa perlu Mama ingatkan. Kamarnya jadi rapi, yah!”
5. Hindari Memberi Iming-Iming
Ketika anak sedang kesulitan secara emosional, Mama dilarang bribing (memberikan iming-iming) untuk membujuk si Kecil melakukan apa yang Mama minta.
Contohnya membelikan sepeda baru agar anak mau berangkat sekolah tepat waktu. Metode ini dinilai dapat merusak motivasi dan memicu tumbuhnya perilaku manipulatif.
Alih-alih memberikan iming-iming, Mama lebih disarankan untuk memberikan reward (penghargaan) secara konsisten atas perilaku positif yang telah dilaksanakan anak.
Baca Juga: 6 Cara Mendidik Anak agar Siap Menghadapi Era VUCA
6. Menjalin Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik merupakan bagian dari metode prinsip parenting yang benar dalam disiplin positif. Salah satunya dengan memberi anak kesempatan mengekspresikan pikiran serta perasaannya.
Saat anak berbicara, pastikan Mama menjadi pendengar yang baik dengan cara menyejajarkan level mata, menunjukkan antusiasme atau empati, dan tidak menghakimi.
Dengan demikian, Mama membuat anak merasa dihargai dan didengarkan. Ia tidak akan merasa takut atau ragu untuk berdiskusi mengenai banyak hal dengan Mama.
7. Jadi Contoh yang Baik
Anak adalah peniru ulung. Ia akan belajar dari apa yang ditunjukkan orangtuanya.
Mama dan Papa dapat mengajarkan nilai-nilai luhur seperti rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, dan toleransi melalui interaksi sehari-hari dengan orang sekitar.
Misalkan dengan selalu mengucapkan terima kasih setelah dibantu, meminta maaf saat melakukan kesalahan, dan mengucap tolong saat membutuhkan bantuan orang lain.
Baca Juga: Peran Orang Tua Mendidik Anak agar Memiliki Growth Mindset
Manfaat Disiplin Positif untuk Anak
Selain membuatnya menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab, anak mandiri, dan memiliki rasa hormat, ada beberapa hal lain yang mungkin didapatkan anak dengan metode pendidikan ini:
1. Tidak Terlibat dalam Masalah
Anak yang dididik dengan metode disiplin positif pada umumnya jarang terlibat masalah atau menunjukkan kenakalan anak yang merugikan.
Sebab mereka sadar betul bahwa setiap perbuatan akan ada konsekuensinya. Jika ia melakukan hal yang buruk atau merugikan berarti ia perlu menanggungnya.
2. Memiliki Respon Positif
Anak yang memiliki hubungan harmonis dan didasari dengan rasa percaya dengan orang tuanya cenderung menunjukkan respon positif ketika menghadapi suatu konflik.
Sedangkan anak yang terbiasa dididik disiplin negatif seperti dengan hukuman, bentakan, penolakan, dan pengucilan akan menunjukkan respon agresif terhadap suatu konflik.
3. Lebih Mudah Berteman
Anak yang dibesarkan dengan metode ini cenderung tumbuh menjadi sosok yang ceria, ramah, berempati, menghargai boundaries (batasan), dan perilaku terpuji lainnya.
Sifat-sifat tersebut akan sangat membantu anak dalam menentukan sikap mana yang seharusnya ia terapkan agar dirinya sendiri dan orang lain merasa nyaman.
Dengan begitu ia lebih mudah untuk menjalin hubungan pertemanan di lingkungan sosial seperti sekolah, tempat kursus, atau taman bermain.
4. Lebih Mudah Beradaptasi
Anak yang tumbuh dengan aturan dan rutinitas yang teratur cenderung menjadi sosok yang lebih kalem dan ceria sehingga lebih mudah beradaptasi ketika memasuki lingkungan baru.
Sementara anak yang hidup tanpa aturan dan rutinitas yang konsisten biasanya menjadi lebih suka menarik diri atau bereaksi negatif terhadap situasi baru.
5. Lebih Percaya Diri
Metode asuh ini dapat membantunya tumbuh menjadi sosok yang lebih percaya diri, berani mencoba, dan tidak mudah menyerah.
Sebab, dalam kehidupan sehari-hari ia selalu menerima respon, motivasi positif, dan pujian yang tepat dari orang tuanya.
Sementara anak yang tumbuh dengan disiplin negatif yang melibatkan teriakan akan tumbuh dengan rasa tidak berharga dan cemas serta kecenderungan menarik diri di lingkungan sosial.
Baca Juga: 20 Cara Mendidik Anak di Era Digital agar Cerdas dan Mandiri
Demikian penjelasan lengkap mengenai disiplin positif pada anak serta cara menerapkannya. Untuk memulainya, tentu diperlukan konsistensi dan kesabaran ya, Ma.
Sebab, setiap anak mempunyai sifat yang berbeda-beda dan akan berubah seiring bertambahnya usia.
Yang paling penting, terus tanamkan prinsip growth mindset agar si Kecil tumbuh menjadi anak yang pantang menyerah dan bisa melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Dapatkan tips-tips stimulasinya dengan mengunduh E-Book Eksklusif Growth Mindset yang bisa dipakai sampai si Kecil berusia 5 tahun nanti, yuk, Ma. Gratis!