Loading...
metode-sukses-potty-training-balita_large
Tumbuh Kembang

7 Cara Potty Training agar Anak Bisa BAB Sendiri di Toilet

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Potty Training Mulai Usia Berapa? 
  • Tanda-Tanda Anak Siap Potty Training
  • Cara Mengajarkan Anak Toilet Training

Seiring usianya bertambah, anak akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi sehingga pada akhirnya si Kecil bisa berpikir dan bertindak atas kemampuannya sendiri tanpa tergantung pada anggota keluarga lain. Nah, salah satu aspek kemandirian yang akan dipelajari anak di usia ini adalah potty training. 

Potty training atau dikenal pula dengan toilet training adalah proses belajar anak untuk mampu buang air sendiri di toilet layaknya orang dewasa. Tahap ini merupakan salah satu tahap perkembangan penting anak menuju kemandirian.

Lalu, di usia berapa anak sebaiknya mulai diajarkan toilet training dan seperti apa tips suksesnya? Simak info selengkapnya dalam artikel ini.

Potty Training Mulai Usia Berapa? 

Anak-anak umumnya siap diajarkan untuk buang air sendiri di toilet mulai usia 1,5 sampai 3 tahun.

Pada usia ini, si Kecil sudah mampu berdiri sendiri dan duduk dengan baik. Selain itu, otot-otot yang mengendalikan kandung kemih dan usus besar pun sudah kuat sehingga anak juga punya jadwal BAB yang teratur.

Namun, sebenarnya tidak perlu terburu-buru untuk memulai potty training. Jika memulai terlalu dini, mungkin proses latihan akan perlu waktu lebih lama karena si Kecil sendiri memang merasa belum siap. 

Di sisi lain, terlambat mengajarkan anak bagaimana caranya buang air sendiri juga dapat menyulitkan si Kecil belajar BAB sendiri sehingga ia jadi makin tergantung pada popoknya.

Jika anak Mama tampak sudah siap untuk toilet training tetapi mengalami kesulitan, bicarakan dengan dokter anak. Dokter dapat memeriksa si Kecil untuk melihat apakah ada masalah yang mendasarinya dan memberikan panduan latihan yang lebih tepat sesuai kondisi anak.

Tanda-Tanda Anak Siap Potty Training

Setiap anak memiliki kesiapan yang berbeda-beda untuk mau belajar BAB sendiri. Sebab, belajar bagaimana caranya menggunakan toilet sendiri adalah pencapaian atau milestone yang besar untuk si Kecil.

Jadi, penting untuk Mama dan Papa memperhatikan tanda-tanda kesiapan si Kecil dan mendampinginya terus sampai mereka bisa melakukannya dengan benar.

Umumnya, anak-anak menunjukkan tanda sudah siap mulai toilet training jika:

  • Anak sudah bisa jalan dan duduk sendiri, juga bisa berdiri atau bangkit dari duduk.

  • Bisa mengikuti instruksi sederhana.

  • Sudah bisa memberi tahu Mama dan Papa kalau ia ingin BAK atau BAB, misalnya “Ma, mau pipis.”

  • Bisa memberi tahu Mama dan Papa ia sudah BAK atau BAB di popoknya dengan kata-kata, misalnya “Ma, aku pup” atau, atau gerak tubuh seperti menarik-narik popok atau celananya.

  • Menunjukkan ketertarikan untuk menggunakan toilet setelah terbiasa melihat keluarga lainnya. Misalnya dengan pergi ke kamar mandi, duduk di atas toilet cukup lama, lalu turun sendiri.

  • Bisa menjaga popoknya tetap kering selama 2 jam atau lebih.

  • Mulai tidak betah menggunakan popok.

Baca Juga: Ketahui Kondisi Kesehatan dari BAB Si Kecil

Cara Mengajarkan Anak Toilet Training

Jika Mama dan Papa sudah melihat tanda-tanda anak siap melakukan potty training, ada beberapa tips sukses mengajarkan toilet training yang bisa diterapkan di rumah, yakni:

1. Biasakan Gunakan Istilah BAB dan BAK yang Benar

Penting untuk anak-anak bisa menghubungkan antara keinginan untuk BAB atau BAK dengan pergi ke toilet.

Jadi, biasakan untuk menggunakan kata-kata yang tepat tapi sederhana di sekitar anak untuk membantunya terbiasa mengungkapkan keinginan buang air dengan jelas. Dengan begini, anak jadi mengerti bahwa BAB dan BAK adalah kebutuhan alami setiap manusia.

Misalnya, menggunakan kata “pipis” atau “kencing” untuk buang air kecil dan “pup” atau “BAB” untuk buang air besar bukan “ke belakang”. Biasakan juga si Kecil mendengar dan menggunakan istilah yang benar untuk alat kelamin mereka, seperti vagina, penis, dan bokong.

Hindari istilah yang ambigu, seperti “burung” untuk menjelaskan alat kelamin anak laki-laki. Hindari juga mengasosiasikan kegiatan buang air atau kamar mandi dengan kata-kata negatif, seperti “bau”, “pesing”, dan “kotor”.

Mendengar kata-kata ini bisa membuat anak-anak merasa tidak pede dan ada yang salah dengan dirinya sehingga ia mungkin jadi tidak mau belajar ke toilet sendiri.

2. Pakaikan Celana Dalam Biasa

Selama di rumah, biarkanlah ia beraktivitas tanpa pakai popok. Namun, Mama perlu mengingatkannya juga, misalnya “Adik sekarang lagi nggak pakai popok. Jadi, kalau mau pipis atau pup bilang Mama, atau langsung ke toilet, ya.”

Tidak perlu memarahinya kalau anak tiba-tiba ngompol atau BAB di celana, ya, Ma. Mama atau Papa bisa langsung membawanya ke toilet dan mengajari cara melepaskan pakaian yang sudah basah.

Katakan padanya kalau ia memang merasa kebelet, sebaiknya ke toilet agar tidak membasahi pakaiannya.

3. Siapkan Area Toilet Khusus untuk Anak

Mama bisa pilih untuk menggunakan kursi pispot ukuran balita yang berdiri sendiri dengan mangkuk yang dapat dikosongkan ke toilet, atau kursi seukuran balita yang dapat diletakkan di atas dudukan toilet dewasa. Alat ini bisa membuat si Kecil merasa lebih aman dan tidak takut terjatuh.

Pilihlah dudukan toilet yang memiliki injakan kaki atau sandaran punggung sehingga membuatnya lebih nyaman saat potty training. 

Jika Mama memilih dudukan toilet, gunakan juga bangku pijakan agar anak Mama dapat naik ke kursi dengan nyaman dan merasa ditopang selama buang air. Sementara jika memilih pispot sendiri khusus untuk anak, tempatkan pispot di kamar mandi atau di mana pun si Kecil paling sering menghabiskan sebagian besar waktunya.

4. Biasakan Anak Duduk di Toilet

Pertama-tama, Mama bisa mulai biasakan si Kecil untuk duduk di kursi pispotnya atau di atas toilet masih lengkap dengan pakaian. Pastikan kaki anak Mama bertumpu pada lantai atau bangku.

Belajar duduk di atas pispot juga bisa membantu anak laki-laki untuk lebih dulu merasa terbiasa dengan rutinitas baru ini sampai nantinya ia belajar buang air kecil sambil berdiri.

Sebab, si Kecil mungkin masih merasa canggung atau takut jatuh ketika harus berdiri di atas bangku pijakan untuk buang air kecil di toilet dengan berdiri.

5. Buat Jadwal ke Toilet

Mulailah menjadikan BAK dan BAB sebagai bagian dari rutinitas harian anak. Misalnya, dengan membiasakan si Kecil duduk menggunakan pispot atau toilet di pagi hari, dan sebelum atau sesudah ngemil dan makan.

Ajak anak untuk duduk di toilet dengan mengajarkan caranya selama 15-30 menit di waktu-waktu setelah ia bangun tidur, 45 menit sampai 1 jam setelah makan, dan sebelum tidur siang atau tidur malam hari.

Tetaplah bersama si Kecil selama ia duduk di toilet dan coba bacakan buku atau bermain dengan mainan untuk membiasakannya bisa duduk lebih lama. Biarkan anak bangkit ketika ia sudah tampak tidak betah.

Meski memang sedang tidak ingin pipis atau buang air besar, membiasakan hal ini dapat membantu anak mengerti sinyal-sinyal tersebut sehingga nantinya ia akan terbiasa pergi ke toilet sendiri ketika ingin buang air.

Pada awalnya anak mungkin gelisah karena bingung kenapa ia harus duduk di toilet. Akan tetapi, Mama bisa sambil menjelaskan apa fungsi toilet dan kenapa ia sudah tidak bisa lagi BAB dan BAK di popok.

6. Ajarkan Caranya Pakai Toilet

Ajarkan si Kecil untuk langsung pergi ke toilet dan duduk di pispot ketika mereka merasa mau BAK atau BAB.

Misalnya merasa sakit perut, buang angin, berjongkok, memegang perut atau alat kelaminnya, hingga menggeliat atau merinding karena “kebelet”. Misalnya dengan berkata, “Adik mau pup, ya?” Tapi jangan paksa si Kecil untuk duduk di toilet.

Sementara anak duduk di toilet, contohkan juga bagaimana caranya menggunakan toilet yang benar. Misalnya, saat Mama ingin BAK, ajak si Kecil untuk pergi ke toilet, kemudian duduklah di toilet duduk dan jelaskan apa yang sedang Mama lakukan. 

Ajarkan anak cara memakai toilet, seperti:

  • Mengajari cara duduk yang benar di kloset.

  • Mengajari cara menekan tombol flush setiap kali selesai BAK atau BAB.

  • Memberi tahu kenapa pup dan pipis-nya harus dibuang/di-flush.

Setelah anak mencoba BAK atau BAB sendiri, jelaskan bahwa ia harus membersihkan alat kelaminnya sendiri dan apa alasannya.

Tunjukkan juga bagaimana caranya membersihkan dirinya sendiri setelah selesai menggunakan toilet. Untuk anak perempuan, ajarkan mereka bagaimana caranya menyeka dari depan ke belakang. Ajari putra Mama untuk menggoyangkan penisnya setelah buang air kecil untuk membersihkan sisa-sisa urin.

Jangan lupa ajari si Kecil cara mencuci tangan yang benar setiap selesai memakai toilet.

7. Beri Pujian atau Reward Kecil-kecilan

Jika si Kecil mau dan bisa duduk di toilet meski hanya sebentar saja, berikan ia pujian karena telah mencoba, misalnya dengan “Good job, Nak” atau “Wah, anak Mama sudah besar ya sekarang, sudah bisa belajar untuk pup sendiri!” 

Tawarkan juga hadiah kecil-kecilan kepada si Kecil untuk menandakan ia berhasil, seperti stiker bintang yang bisa dikumpulkan setiap kali ia mau pergi dan duduk di toilet untuk kemudian ditukar mainan sampai ia berhasil pipis atau pup sendiri.

Setelah si Kecil tampak sudah menguasai penggunaan toilet, ajak si Kecil berbelanja celana dalam dan biarkan ia memilih sendiri apa yang ia mau.

Sementara bila belum berhasil, jangan langsung putus asa dan omeli si Kecil, apalagi menghukumnya. Jangan pula memaksakan si Kecil jika memang ia tidak mau buang air di toilet. Ingatkan si Kecil bahwa dia dapat mencoba lagi nanti.

Penting untuk tidak menghukum anak-anak yang sedang menjalani toilet training atau menunjukkan tanda kekecewaan ketika mereka terlanjur mengompol atau BAB di celana. Beri tahu si Kecil bahwa itu tidak disengaja dan bukan sesuatu yang harus disesali atau membuatnya malu. 

Baca Juga: 10 Penyebab Anak Susah BAB dan Cara Mengatasinya

Mengajari anak cara buang air sendiri di toilet bukanlah tugas yang instan. Sering kali, toilet training membutuhkan waktu antara 3-6 bulan atau bahkan lebih sampai anak benar-benar bisa menggunakan toilet secara mandiri. Bersabarlah hingga ia benar-benar terbiasa tanpa popoknya.

Untuk mendapatkan lebih banyak tips parenting, Mama bisa konsultasi langsung dengan Nutriclub Expert Advisor yang siap 24 jam menjawab semua pertanyaan Mama seputar nutrisi, tumbuh kembang, dan tips membesarkan si Kecil secara langsung.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
  1. Verywell. (2018). What Is Potty Training? Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/potty-training-4157375
  2. Toilet Training (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2019). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/toilet-teaching.html
  3. ‌ERIC. (2022, September 9). Potty training: how to start & best age to potty train - ERIC. ERIC. https://eric.org.uk/potty-training/
  4. ‌Potty training: How to get the job done. (2021). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230
  5. ‌Toilet training: a practical guide. (2020, July 30). Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/preschoolers/health-daily-care/toileting/toilet-training-guide
  6. When should I start potty training? (2022). BabyCentre UK. https://www.babycentre.co.uk/x548924/when-should-i-start-potty-training
Artikel Terkait