Kebutuhan akan dana darurat merupakan pondasi utama yang harus disiapkan dalam setiap perencanaan keuangan. Dana tersebut juga akan berkembang seiiring dengan pertumbuhan keluarga. Pada pasangan yang baru menikah dana daruratnya berbeda dengan kondisi saat sudah memiliki anak. Anak sebagai tanggungan yang belum bisa menafkahi dirinya sendiri tentu memiliki perhitungan kebutuhan dana darurat yang lebih besar dibandingkan dengan orang tua di usia produktif.
Para konsultan keuangan, umumnya mematok 3 bulan pengeluaran bulanan menjadi angka minimal dana darurat. Angka tersebut adalah angka bagi satu orang yang belum menikah dan tidak memiliki tanggungan finansial dengan kondisi ekonomi normal, artinya tidak dalam kondisi krisis ekonomi, resiko kehilangan penghasilan/PHK, dan force major seperti bencana alam atau wabah penyakit. Sedangkan untuk menghadapi kondisi khusus tadi, angka terbaik adalah perlu mempersiapkan 12 bulan dari pengeluaran rutin bulanan ke dalam pos dana darurat.
Metode pendekatan yang diterapkan oleh Jouska lebih konservatif, dimana yang diperhitungkan bukan hanya pengeluaran rutin bulanan saja melainkan rata-rata penghasilan yang didapatkan selama satu tahun. Karena dana darurat biasanya digunakan dalam jumlah besar dan untuk mengantisipasi kondisi besar seperti salah satunya kehilangan penghasilan/PHK. Selain itu juga memperhitungkan siapa saja yang menjadi tanggungan dalam keluarga tersebut dengan melihat profil resiko berdasarkan rentang usianya. Misalnya satu keluarga, terdiri dari orang tua dan satu orang anak. Maka kovarian berdasarkan profil resikonya adalah 4x, yaitu 2x untuk orang tua (ayah ibu usia produktif) dan 2x untuk anak.
Cara mempersiapkan dana darurat untuk anak tidak berbeda dengan anggota keluarga lainnya. Diperlukan pos alokasi tabungan yang diambil dari anggaran pengeluaran bulanan maupun dari penghasilan tahunan seperti bonus dan THR. Penempatan dana darurat anak sama saja yaitu dalam bentuk aset yang likuid, mudah untuk dicairkan sewaktu-waktu, mudah diakses dan cukup untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran paling tidak untuk 12 bulan ke depan. Lalu dana darurat untuk anak biasanya digunakan untuk apa, berikut kegunaannya.
1. Dana Kesehatan Anak
Sistem imun yang belum sempurna pada usia bayi hingga prasekolah menyebabkan anak rentan sakit dan umumnya mengalami 6-8 kali sakit per tahun. Penyakit yang banyak dijumpai pada anak seperti gangguan pernapasan, bintik merah, gangguan pencernaan, dan terjatuh. Terlebih untuk anak yang sudah memasuki usia prasekolah atau anak yang kesehariannya di daycare menjadi beresiko lebih besar tertular penyakit dari temannya. Adakalanya penyakit yang diderita tidak terlalu berat sehingga tidak sampai harus dirawat di rumah sakit, namun tetap membutuhkan pengobatan.
Bagi keluarga yang memiliki asuransi kesehatan dari kantor dengan benefit rawat jalan, biaya pengobatan anak bisa kita tutup dengan benefit asuransi tersebut. Tapi bagaimana jika asuransi yang kita miliki hanya menutup untuk biaya perawatan menginap di rumah sakit saja, tentu biaya rawat jalan perlu kita persiapkan. Dana darurat bisa kita gunakan untuk menutup biaya pengobatan anak kalau proteksi kesehatan yang kita miliki tidak memberikan benefit tersebut.
Namun ada baiknya, jika dana kesehatan ini dimasukan ke dalam pos pengeluaran rutin bulanan. Anggaran seperti konsulatasi rutin ke dokter spesialis anak, vitamin anak, maupun imunisasi sebaiknya masuk ke dalam anggaran cashflow keluarga. Dengan demikian, kita bisa lebih fokus menggunakan dana darurat untuk kebutuhan lain yang sifatnya lebih mendesak.
2. Dana Pendidikan Anak
Penggunaan untuk dana pendidikan anak disini, bukan berarti kita tidak perlu menyiapkan dana pendidikan anak dan mengandalkan dari dana darurat. Dana Pendidikan sudah wajib disiapkan sejak dini, karena pendidikan merupakan investasi terpenting dalam perkembangan anak. Namun demikian, seringkali kita hadapkan pada kondisi dimana plan dana pendidikan yang sudah kita susun sebelumnya harus berubah karena kondisi yang tidak terduga. Mungkin awalnya kita sudah merencanakan agar anak dapat memperoleh pendidikan di sekolah dengan kurikulum internasional. Tapi karena kondisi tertentu, seperti kehilangan penghasilan atau harus pindah tempat tinggal karena pekerjaan baru menuntut kita untuk ikut memindahkan anak ke sekolah lain yang lebih terjangkau. Kondisi di luar rencana tersebut memungkinkan untuk kita menggunakan dana darurat terlebih dahulu sambil menyusun perencanaan keuangan yang baru. Bisa juga kondisi darurat disebabkan oleh force major, semisal kondisi pandemi yang memaksa kegiatan belajar mengajar di sekolah berpindah menjadi kelas virtual. Disana muncul kebutuhan baru yang sifatnya mendesak, seperti kebutuhan laptop untuk mendukung kegiatan belajar anak.
Disaat kita dihadapkan dengan kondisi yang tidak sesuai dengan rencana, perlu adanya evaluasi dari financial plan keluarga. Bisa saja perencanaan Pendidikan anak menjadi berubah setelah kita melewati kondisi tak terduga tersebut. Yang awalnya sekolah internasional menjadi tolak ukur Pendidikan untuk anak, bisa saja berubah. Sekolah cukup yang biasa saja, atau penurunan standar tapi memperbanyak pendidikan informal seperti kursus bahasa, kursus musik, olahraga, dan lain sebagainya.
Selain dua dana terpenting diatas, dana darurat anak juga bisa digunakan untuk menutup kebutuhan pengeluaran lainnya, seperti pengeluaran yang terkait dengan hobi, karyawisata anak, dan kebutuhan lain yang sifatnya mendesak. Karena memang itulah fungsi dari dana darurat, sebagai payung yang melindungi disaat hari hujan. Dana darurat boleh kita gunakan disaat mendesak atau kondisi tak terduga di luar rencana. Namun harus diingat untuk terus mengisinya kembali dengan menganggarkannya dalam cashflow. Jangan sampai dana darurat terpakai habis hari ini dan tidak bisa kita gunakan lagi di kemudian hari.
3. Dana Sosial Anak
Perlu diperhatikan juga bahwa dana sosial anak adalah satu pos keuangan yang sering terlupakan oleh orang tua. Orang tua cenderung hanya mempersiapkan dana sekolah anak tapi lupa bahwa dalam mendukung edukasi anak secara finansial, pembayaran uang sekolah tidak lah menjadi salah satunya biaya, tapi juga kehidupan sosial anak. Semakin mahal biaya sekolah, cenderung kehidupan lingkungan sosial di sekolah itu mahal, karena anak akan condong mengikuti gaya hidup teman teman sekolahnya. Jadi ini juga menjadi salah satu dana yang perlu disiapkan orang tua untuk memberikan support yang tepat bagi anak anaknya.