Pembentukan karakter anak menjadi sosok yang berhati baik, tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab, dapat diupayakan sejak usia dini. Tentunya orang tua memegang peranan besar dalam pembentukan karakter-karakter pemenang tersebut.
Yuk, Ma, Pa, simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui cara tepat membentuk karakter yang baik pada anak sejak usia dini!
Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang hangat, terbuka, komunikatif, dan rasional antara orang tua dan anak berkaitan erat dengan terbentuknya karakter baik.
Anak umumnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, performa yang lebih baik di sekolah, dan lebih sedikit timbulnya perilaku negatif.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk membentuk karakter positif pada anak usia dini sangat bergantung pada peran Mama dan Papa sebagai pengasuh utama si Kecil
1. Menjadi Role Model yang Baik
Anak diibaratkan seperti spons yang bisa dengan mudah menyerap segala informasi dan pelajaran dari Mama dan Papa. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu orang tua lakukan jika ingin anak tumbuh menjadi sosok yang tangguh, cerdas, dan berkarakter baik adalah dengan menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.
Apabila Mama dan Papa selalu menyambut pagi hari dengan semangat dan selalu berbicara dengan lembut, si Kecil akan secara otomatis mengikutinya.
Ia akan bangun pagi dengan rasa semangat dan sikap optimis. Dan ketika berbicara dengan siapapun, ia akan menggunakan tutur kata dan nada bicara yang lembut.
Dengan kata lain, si Kecil akan melihat cara Mama-Papa bersikap dan mengambil keputusan sebagai “perilaku hidup yang seharusnya aku lakukan”.
Baca juga: Apakah Benar Anak yang Aktif Cenderung Pintar?
2. Mengajarkan Sikap Berani
Mengajarkan keberanian bukan berarti mengajarkan si Kecil untuk mengabaikan rasa takut terhadap segala hal ya, Ma.
Mengajarkan keberanian sebenarnya lebih berfokus pada melatih keterampilan anak untuk berani membuat keputusan terbaik walaupun ia sedang dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan.
Sehingga, si Kecil tumbuh menjadi sosok yang tidak takut untuk mengeksplorasi, mengembangkan diri, dan melakukan apa yang ia anggap benar.
Pada anak usia dini, ketakutan bisa terlihat seperti hal yang remeh-temeh bagi orang dewasa seperti takut mencoba makanan baru, melihat brokoli, melompat ke kolam renang, berkenalan dengan teman baru, ditinggal Mama ke toilet, atau hal kecil lainnya.
Namun, bagi anak hal-hal tersebut merupakan rintangan besar yang membuat ia tidak berani melangkah lebih lanjut. Jadi, jangan pernah memberikan komentar bernada meremehkan, ya.
Justru Mama perlu memvalidasi ketakutan anak, kemudian memberikan penjelasan logis tentang sesuatu yang ditakuti anak menggunakan bahasa yang sederhana.
“Adik takut ya mendengar suara guntur keras sekali? Suara guntur muncul dari kilat petir yang tadi Adik lihat. Suara guntur memang keras sekali, tapi guntur tidak akan menyakiti Adik.”
Setelah itu, Mama juga perlu menunjukkan bahwa hal yang ditakuti si Kecil memang tidak perlu dikhawatirkan. Ayo kita diam dulu. Kita coba lagi dengarkan suara guntur dan hujan yang bersahut-sahutan!
Sebab, para psikolog mengatakan bahwa anak cenderung akan melihat reaksi orang tua terlebih dahulu untuk menganalisa situasi, apakah hal tersebut benar-benar berbahaya atau tidak.
Ketika si Kecil masih tampak ketakutan, jangan paksa anak untuk langsung berani ya, Ma. Mama perlu bersabar sambil memberikan dukungan emosional. Sampaikan pada si Kecil kalau suatu saat nanti, ia akan berhenti takut pada hal tersebut.
“Tidak apa-apa nak, kalau masih takut dengan guntur. Tapi Mama yakin, lama-lama Adik akan tahu kalau guntur itu tidak berbahaya dan Adik bisa tetap tidur nyenyak walaupun di luar guntur bersahut-sahutan.”
3. Ajarkan Jangan Takut Gagal
Dalam proses belajar dan menjalani kehidupan, si Kecil mungkin akan menemui berbagai macam rintangan dan mengalami beberapa kegagalan.
Agar si Kecil tidak mudah menyerah saat belajar hal-hal baru, ia harus memiliki karakter resilience alias tangguh.
Jadi, ketika menghadapi rintangan yang berat dan kegagalan ia tidak akan menyerah dan akan mencoba lagi-lagi-dan lagi sampai ia mendapatkan hasil yang diharapkan.
Bagaimana cara mengajarkan sikap resilience pada si Kecil? Mama dapat menerapkan kebiasaan berikut ini agar si Kecil menjadi sosok yang tangguh dan tidak mudah menyerah:
-
Apresiasi usaha anak secara spesifik, jangan hanya berfokus pada hasil.
-
Sampaikan pada si Kecil kalau menguasai suatu keterampilan butuh proses. Kadang prosesnya pendek, kadang panjang.
-
Ketika anak sudah mulai loyo dan ingin menyerah, Mama dapat mengingatkan si Kecil pada pencapaian yang pernah ia raih. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan mengingatkan bahwa usaha terus-menerus akan akan mengantarkan mereka pada hasil yang lebih baik.
4. Mengajarkan Growth Mindset
Selain mengajarkan sikap tangguh, Mama juga perlu menanamkan growth mindset.
Growth mindset adalah cara berpikir yang membuat anak percaya bahwa kecerdasan dan bakat dapat terus berkembang dengan usaha, kerja keras, dan dedikasi yang tidak pernah putus untuk belajar dan menikmati tantangan baru. Jadi artinya, anak percaya usaha dan kerja keras yang ia lakukan akan selalu membuahkan hasil, tidak pernah sia-sia.
Dengan begitu si Kecil dapat tumbuh menjadi sosok berkarakter adaptif, gigih, berani, banyak akal, adaptif, dan tidak memandang diri secara negatif saat menghadapi kegagalan.
Apa yang dapat Mama lakukan untuk memupuk growth mindset?
-
Mengajarkan anak bahwa kesalahan dan kegagalan adalah hal yang wajar dalam proses belajar.
-
Ajak anak untuk mencoba berbagai hal baru.
-
Ajak anak untuk berdiskusi dan merefleksikan proses yang telah ia lalui.
-
Mengoreksi atau menegur si Kecil dengan bahasa secara apa adanya. Gunakan bahasa yang tegas namun dibalut dengan nada yang lembut. Hindari terlalu banyak sugar coating, Ma.
-
Ajak si Kecil memahami emosi yang muncul saat proses belajar berlangsung.
-
Memfokuskan pujian pada proses belajar daripada hasil.
5. Mengajarkan Kejujuran
Kejujuran sangat dibutuhkan si Kecil agar kelak ia bisa menjalin hubungan yang penuh kepercayaan baik dalam persaudaraan, pertemanan, binis, dan lain sebagainya .
Untuk mendidik anak menjadi seseorang berkarakter jujur, Mama perlu menjadi contoh nyata terlebih dahulu.
Misalkan ketika telat menjemput si Kecil, Mama bisa berkata jujur kalau Mama lupa waktu. Tidak usah membuat alasan lain seperti sedang ada meeting penting atau mobil mogok. Setelah itu minta maaf dengan tulus pada si Kecil dan berusaha tidak mengulangi hal yang sama.
Dengan melihat hal tersebut, si Kecil akan termotivasi untuk jujur di hadapan Mama. Ia tidak takut akan dimarahi karena melakukan kesalahan. Justru dengan berkata jujur, si Kecil bisa memperoleh bantuan yang diperlukan dari Mama.
Selain dengan memberikan contoh nyata, Mama dapat bantu si Kecil untuk memiliki karakter jujur melalui buku cerita. Bacakan kisah-kisah tentang kejujuran. Tunjukkan bagian cerita yang menunjukkan sikap jujur dan tidak jujur.
Baca juga: Apa Saja yang Harus Diajarkan pada Anak di Usia 1 Tahun?
6. Mengajarkan Kepedulian
Untuk anak usia dini, kepedulian bisa terlihat dalam bentuk memberikan pelukan kepada teman yang sedang sedih, mengusap kulit Mama yang bentol karena digigit nyamuk, atau membagi biskuit favoritnya kepada Kakak.
Mama dapat bantu si Kecil menumbuhkan karakter compassion dengan cara menguatkan kemauannya untuk bersikap baik dan membantu orang lain.
Misalkan si Kecil meniup-niup jari Mama yang sedang diplester karena terkena pisau. Setelah si Kecil selesai, Mama bisa mengatakan, “Jari Mama tadi rasanya perih. Setelah Adik tiup-tiup, perihnya jadi berkurang. Terima kasih ya, Nak.”
Atau setelah si Kecil berbagi mainan di playground, Mama bisa mengatakan, “Wah, kamu tadi berbagi mainan dengan teman, ya? Itu adalah perbuatan yang baik sekali dan pasti membuat teman merasa senang.”
Baca juga: 8 Cara Mudah Meningkatkan Daya Ingat Anak
7. Mengajarkan si Kecil untuk Bersyukur
Konsep bersyukur memang sangat rumit, terlebih lagi bagi anak usia dini. Oleh karena itu, Mama perlu mengenalkan sikap ini secara perlahan menggunakan contoh nyata.
Contohnya sebelum makan, Mama dapat mengajak si Kecil bersyukur dengan berdoa atau mengucapkan terima kasih atas makanan yang tersedia.
Mama juga dapat memberikan contoh sikap bersyukur dengan cara berterima kasih pada orang-orang yang sudah membantu Mama. Tunjukkan bahwa kehadiran orang-orang tersebut sangat berarti.
Misalkan pada Bapak Satpam yang sudah menjaga keamanan rumah, pada Bibi yang sudah menghidangkan makanan lezat, atau pada Ibu Dokter yang sudah membantu membersihkan gigi.
Selain itu, Mama juga dapat mengajak si Kecil bercerita sebelum tidur mengenai hal-hal baik yang terjadi hari itu. Mama dapat mulai dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Apa yang membuat Adik merasa senang hari ini?”
Hal itu akan membuat si Kecil menyadari hal apa saja yang dapat ia syukuri setiap harinya dan belum tentu dapat dirasakan oleh anak lain.
8. Mengajarkan Tanggung Jawab
Agar si Kecil tumbuh menjadi sosok berkarakter terpuji, Mama dapat membekalinya dengan sikap tanggung jawab.
Jadi, di masa depan ia tidak akan terlalu kesulitan untuk bersikap mandiri, membuat keputusan berdasarkan pemikiran matang, dan berani menghadapi risiko dari keputusannya.
Mama dapat mulai memupuk sikap tanggung jawab anak dari hal-hal sederhana seperti meminta si Kecil memasukkan mainan ke dalam kotak setiap kali selesai digunakan atau meletakkan sepatu di rak setelah jalan-jalan di taman.
Baca juga: 18 Cara Melatih Fokus Anak yang Efektif Diterapkan di Rumah
9. Menjalin Komunikasi yang Baik
Mama, kualitas komunikasi antara orang tua dan anak sangat berpengaruh pada self-concept si Kecil.
Apabila komunikasi di dalam rumah terjalin dengan baik si Kecil juga akan memiliki self-concept yang positif. Ia merasa kehadirannya di tengah keluarga sangat dihargai dan diterima sehingga ia tumbuh menjadi anak yang percaya diri.
Untuk memastikan komunikasi Mama dan si Kecil berjalan dengan baik, Mama perlu:
-
Mendengarkan si Kecil berbicara dengan sungguh-sungguh.
-
Tanggapi ucapan si Kecil dengan bahasa yang sederhana.
-
Hindari menggunakan kata-kata yang menghakimi.
-
Menatap mata si Kecil dan menyamakan level tubuh saat berbicara.
-
Jangan hindari topik pembahasan yang tidak menyenangkan.
10. Tunjukkan Kasih Sayang
Menunjukkan kepada anak bahwa kasih sayang Mama dan Papa tidak bersyarat akan membantu membentuk karakter yang baik dalam diri mereka.
Ketika anak merasakan bahwa cinta dari orang tua tidak tergantung pada prestasi atau kesalahan mereka, mereka akan merasa diterima dan dicintai apa adanya. Hal ini memungkinkan mereka untuk tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat dan empati terhadap orang lain.
Dengan kasih sayang tanpa syarat, anak akan belajar untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan memahami nilai-nilai kejujuran, kebaikan, dan pengampunan.
Mereka akan merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pikiran dengan orang tua, sehingga membuka jalur komunikasi yang baik. Kasih sayang tanpa syarat juga mengajarkan anak untuk menghargai diri mereka sendiri dan orang lain, membantu membentuk kepribadian yang baik dan sikap yang positif dalam kehidupan mereka.
Baca juga: Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Tips Stimulasinya
Demikianlah ulasan mengenai cara membentuk karakter baik pada anak yang dapat Mama dan Papa terapkan di rumah. Semangat terus ya, Ma, Pa!
Mama juga dapat mengunduh E-Book Activity Playbook Eksklusif untuk dapatkan rekomendasi stimulasi yang tepat guna mendukung si Kecil jadi pemenang sambil terus memberikan susu pertumbuhan terfortifikasi seperti Nutrilon Royal 3.
Susu Nutrilon Royal 3 adalah bekal terbaik yang bisa Mama berikan untuk si Kecil Menang, karena dilengkapi dengan dengan formula ACTIDUOBIO+, yaitu perpaduan FOS:GOS rasio 1:9 paling tinggi dan teruji klinis serta omega 3 & 6, zat besi, dan DHA yang bantu mendukung tumbuh kembang dan daya tangkap anak.