Kapankah berhubungan setelah melahirkan diperbolehkan? Bolehkah berhubungan setelah melahirkan tapi belum haid?
Pertanyaan di atas cukup umum dipertanyakan oleh pasangan yang baru saja memiliki si Kecil. Sebenarnya, pertanyaan yang tepat adalah: kapankah saat yang aman untuk berhubungan setelah melahirkan.
Baca Juga: 10 Macam-macam Posisi saat Melahirkan
Jawabannya adalah: Mama dan Papa harus menunggu setelah pendarahan pasca-melahirkan selesai, yakni sekitar tiga minggu setelah bersalin. Pasalnya, dalam masa tiga minggu itu, luka di rahim akibat keluarnya plasenta sedang mengalami proses penyembuhan. Jika Mama dan Papa berhubungan seks sebelum luka itu sembuh maka Mama akan berisiko terkena infeksi. Jadi, sebaiknya Mama dan Papa menghindari berhubungan setelah melahirkan tapi belum haid.
Jadi, kapan boleh berhubungan setelah melahirkan? Umunya, Mama dan Papa bisa berhubungan setelah tiga minggu atau 40 hari pasca Mama melahirkan. Namun, tidak semua orang langsung berhubungan tiga minggu setelah melahirkan. Ada yang menunggu sampai empat minggu hingga enam minggu, sampai pihak Mama merasa siap. Ada juga yang menunggu lebih lama, terutama jika Mama mengalami proses episiotomi saat proses persalinan. Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus untuk memperlebar jalan lahir. Tapi kebanyakan pasangan sudah aktif melakukan hubungan intim sebelum tiga bulan pasca-melahirkan.
Saat berhubungan, Mama dan Papa sebaiknya mempertimbangkan penggunaan alat kontrasepsi. Bagaimana jika berhubungan setelah melahirkan tapi belum haid? Meski Mama sedang menyusui dan periode menstruasi belum kembali normal, tapi kemungkinan untuk tetap hamil tetap ada.
Bagaimana jika Mama belum siap dan Papa sudah ingin bermesraan?
Mama harus mengomunikasikan rasa takut dan khawatir Mama kepada Papa, sehingga Papa bisa memahami. Ada alternatif lain selain penetrasi yang bisa Mama dan Papa lakukan, seperti berciuman dan bersentuhan untuk saling merasa dekat satu sama lain.
Adalah wajar jika Mama tidak ingin langsung bermesraan setelah punya si Kecil. Selain mungkin masih merasa sakit dan tidak siap, perubahan aktivitas harian juga kerap membuat lelah. Menjaga si Kecil baru lahir, yang menuntut untuk disusui setiap tiga jam dan dibersihkan serta ditimang-timang, bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh siapapun.
Jika akhirnya berhubungan setelah melahirkan dilakukan, pada saat sebenarnya Mama belum siap, jangan terkejut jika rasanya berbeda dengan saat ketika belum punya si Kecil. Hal ini karena mental Mama belum siap dan mungkin Mama terlalu lelah. Jika Mama menyusui, hormon prolaktin akan diproduksi dengan deras dan ini juga bisa menyebabkan turunnya hasrat seksual.
Belum lagi masalah depresi akibat melonjaknya hormon estrogen pasca melahirkan. Depresi juga menyebabkan hasrat seks menurun drastis.
Namun, semua itu akan berlalu sejalan waktu. Luka akibat episiotomi, rasa sakit di bekas jahitan, dan depresi akan hilang dan kadar hormon akan kembali normal. Bersabar, itulah yang harus dilakukan oleh Mama dan Papa.
Bagaimana jika Mama melahirkan secara caesar, apakah rasa sakitnya akan lebih lama?
Memang ada beberapa mengeluh bahwa sakit yang dirasakan saat berhubungan setelah melahirkan secara caesar, dua kali lebih sakit dan lebih lama. Artinya, Mama dan Papa perlu lebih bersabar dan lebih berhati-hati. Tunggulah sampai luka jahitan benar-benar kering.
JIka luka nampak sudah sembuh tapi masih terasa sensitif, Mama dan Papa bisa mencoba untuk menemukan posisi yang tidak memberikan tekanan pada bekas luka. Dimulai dengan pemanasan untuk membantu Mama rileks dan untuk mengurangi rasa takut.
Jika Mama cemas, perut Mama akan tegang di sekitar bekas luka dan ini akan meningkatkan rasa tidak nyaman. Mama bisa menempatkan bantal kecil yang lembut antara perut Mama dan Papa untuk melindungi bekas luka. Atau Mama bisa memposisikan diri di atas supaya tidak terjadi gesekan yang membuat luka bertambah nyeri.
Ada beberapa tip yang bisa Mama dan Papa lakukan saat pertama kali berhubungan setelah melahirkan melahirkan:
- Selalu mulai dengan pemanasan dan bercanda supaya Mama dan Papa rileks dan tidak cemas.
- Lakukan pelan-pelan. Nikmati tubuh masing-masing tanpa berharap penetrasi penuh.
- Pertimbangkan penggunaan minyak pelumas khusus untuk mengurangi risiko luka pada vagina Mama saat terjadi penetrasi.
- Jika ada rasa tidak nyaman, mintalah Papa untuk berhenti sejenak dan menyentuh atau mencium Mama pelan-pelan. Jika Mama sudah mulai 'on' lagi dan siap, hubungan bisa dilanjutkan kembali.
- Paling penting adalah komunikasi yang baik dan saling mengerti. Seks pertama pasca-melahirkan adalah sesuatu yang baru buat Mama, juga buat Papa. Saling mengerti dan mengalah akan membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah. Percaya, deh!
Demikian tadi penjelasan seputar berhubungan setelah melahirkan. Kesimpulannya, proses berhubungan seks bukan hanya untuk reproduksi saja, melainkan untuk mendekatkan Mama dan Papa. Maka dari itu, pastikan untuk melakukannya secara aman, sehat, dan tidak membuat pihak manapun merasa tidak dapat menikmati, terganggu, atau bahkan sakit.
Baca Juga: Mengenal Obat Penghilang Rasa Sakit Saat Melahirkan
Kemudian, agar hubungan lebih langgeng lagi, Mama dan Papa bisa memanfaatkan berbagai tools yang Nutriclub tawarkan. Dengan begitu, Mama dan Papa bukan hanya bisa menjadi pasangan yang serasi, tapi orang tua terbaik yang mampu mendidik si Kecil dengan kolaborasi. Berikut beberapa tools tersebut!
- Perencanaan Finansial si Kecil – Tool ini berguna untuk membantu Papa dan Mama merencanakan anggaran si Kecil yang mencakupi kebutuhannya sehari-hari hingga biaya pendidikannya nanti. Menarik, bukan?
- My Pregnancy Today – Ensiklopedia kehamilan untuk para new parents ini membantu Mama dan Papa memantau pertumbuhan janin, informasi seputar kehamilan, rekomendasi hal-hal yang perlu dilakukan, bahkan sampai resep untuk Mama yang sedang mengandung buah hati.
- Health & Immune Checker – Demi membantu Papa dan Mama menghadapi gejala yang dialami si Kecil saat sedang sakit, tool ini akan membantu dalam memeriksa kondisi saat ini, cara meningkatkan daya tahan tubuh di masa depan, serta panduan pemberian ASI.