Reviewer : dr. Marianti
Wajar jika Mama merasa sedih, cemas, atau mungkin merasa bersalah saat melihat Si Kecil harus dirawat di ruang NICU karena lahir prematur. Namun, kalau perasaan ini terus bercampur-aduk, bisa jadi itu pertanda Mama mengalami baby blues. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Gejala Baby Blues
Lonjakan emosional yang mudah berubah-ubah pada Mama yang baru melahirkan dikenal dengan istilah baby blues. Kondisi ini biasanya muncul 2-3 hari setelah melahirkan, dan bisa berlangsung hingga 2 minggu lamanya.
Usai melahirkan, mungkin Mama akan kaget dengan rutinitas dan kegiatan merawat si Kecil, seperti harus mengganti popok Si Kecil tiap beberapa jam, menyusui tengah malam, hingga harus terus terjaga di kala Si Kecil belum terbiasa dengan jadwal tidurnya. Apalagi jika Si Kecil lahir prematur.
Karena dilahirkan sebelum waktunya, bayi prematur umumnya memiliki ukuran tubuh yang kecil, belum mampu mengisap dan menelan dengan baik, serta lebih riskan mengalami beragam gangguan kesehatan sehingga membutuhkan perhatian ekstra. Tidak jarang, bayi prematur juga membutuhkan perawatan khusus.
Rutinitas yang baru dan kondisi Si Kecil yang mungkin dapat membuat Mama rentan mengalami baby blues. Gejalanya meliputi mudah marah, sering menangis tanpa sebab yang jelas, sulit tidur dan beristirahat, susah berkonsentrasi atau sering melamun, serta mudah merasa cemas ketika mengurus Si Kecil.
Jika dibiarkan, kondisi ini lambat laun bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan psikis Mama, lho.
Bukan hanya itu, baby blues juga bisa berdampak pada Si Kecil. Bila Mama mengalami baby blues, Si Kecil bisa saja jadi kurang diperhatikan, tidak mendapatkan cukup ASI karena mungkin Mama enggan menyusuinya, ikatan emosionalnya dengan Mama jadi berkurang, serta tumbuh kembangnya jadi terhambat.
Cara Mengatasi Baby Blues pada Kelahiran Prematur
Menghadapi kelahiran prematur bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika harus melihat Si Kecil dirawat di ruang NICU, terpisah dari naungan Mama. Hal ini menyebabkan Mama rentan mengalami baby blues yang bisa membuat perasaan Mama makin tidak karuan.
Lantas, bagaimana cara mengatasi baby blues?
1. Belajar untuk terima kenyataan
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi baby blues setelah melahirkan prematur adalah menerima kenyataan bahwa bayi Mama mungkin terlihat berbeda dan membutuhkan perhatian khusus bila dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan.
Saat ini, Si Kecil memang terlihat bertubuh lebih kecil dari bayi cukup bulan. Namun, dengan pemberian ASI yang cukup, penanganan dari dokter, dan perhatian yang Mama berikan, bobot tubuhnya bisa beranjak naik meski perlahan.
Pahami juga bahwa Si Kecil akan segera pulang ke rumah setelah kondisinya stabil, sehingga bisa berkumpul dengan Papa dan Mama. Lagi pula, meski saat ini Si Kecil masih perlu dirawat di ruang NICU, bukan berarti Mama tidak bisa ikut mendampingi dan membantu merawatnya, kok. Jadi, yuk, tetap sabar dan bersemangat ya, Mama!
2. Jaga kesehatan
Mama perlu menyadari bahwa kehadiran seorang Mama sangatlah penting bagi bayinya, khususnya bayi prematur. Jika Si Kecil belum diijinkan pulang oleh dokter, Mama harus bolak-balik dari rumah ke rumah sakit untuk terus memantau perkembangan Si Kecil dan memberikannya ASI.
Oleh sebab itu, tubuh Mama harus tetap sehat agar tidak mudah sakit. Jagalah kesehatan Mama dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Penting juga untuk mengelola stres dengan baik agar produksi ASI tidak menurun.
3. Istirahat yang cukup
Bila Mama merasa kelelahan atau sangat mengantuk, mintalah pasangan, pengasuh, atau anggota keluarga yang lain untuk menjaga Si Kecil dulu selama beberapa waktu, agar Mama bisa beristirahat sejenak.
Selain itu, Mama dan Papa juga bisa saling membagi waktu untuk mengurus pekerjaan rumah, sementara Mama fokus mengurus Si Kecil.
Berikan kepercayaan kepada orang di sekitar Mama untuk membantu merawat Si Kecil. Walau baru saja memiliki bayi, Mama tetap dianjurkan untuk beristirahat yang cukup. Hal ini berlaku baik saat Si Kecil masih dirawat di rumah sakit, maupun setelah ia dirawat di rumah.
4. Bicarakan dengan seseorang
Baby blues bisa lebih mudah dilalui bila Mama tidak menutup diri. Usahakan untuk membicarakan hal ini dengan orang yang Mama percaya, seperti pasangan, orang tua, atau sahabat.
Mama juga bisa bergabung dalam grup atau komunitas para orang tua yang memiliki anak prematur. Dengan berbagi keluh kesah bersama orang tua lain, Mama akan merasa lebih tenang dan tidak lagi merasa sendiri.
5. Biarkan diri sendiri belajar secara alami
Tidak perlu menuntut diri untuk menjadi Mama yang sempurna. Berikan diri sendiri waktu untuk belajar secara alami.
Namun, pastikan bahwa Mama sudah mencari tahu bagaimana cara merawat bayi prematur dari dokter, perawat, atau bidan selama di rumah sakit.
6. Luangkan waktu untuk diri sendiri
Meski telah memiliki anak, bukan berarti seluruh waktu Mama hanya untuk Si Kecil. Mama bisa, lho, mengambil waktu sedikit untuk sekadar melakukan me time.
Mama juga bisa mengikuti seminar tentang bayi prematur. Selain menyegarkan pikiran dan mengatasi baby blues, acara seperti ini juga bisa menambah pengetahuan Mama, kan?
Akan tetapi, sebelum Mama menyisihkan waktu untuk diri sendiri, pastikan ada yang menjaga Si Kecil dan Papa juga telah menyetujuinya ya, Mama!
Jika dibiarkan terjadi berlarut-larut tanpa penanganan yang tepat, baby blues bisa saja berkembang menjadi kondisi yang lebih berat, yaitu depresi postpartum.
Kondisi tersebut dapat membuat Mama jadi merasa putus harapan, menyalahkan diri sendiri, merasa dunia tidak adil, tidak mampu menjadi Mama yang baik, bahkan sampai tidak mau lagi mengurus Si Kecil yang lahir prematur. Itulah sebabnya, mengapa baby blues tidak bisa dianggap sepele dan perlu diatasi.
Bila gejala baby blues tidak kunjung mereda meski telah menerapkan tips-tips di atas, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog ya, Mama. Hal ini bertujuan agar Mama bisa menemukan cara terbaik untuk melawan baby blues.
Perlu diingat, baby blues merupakan hal normal dan dialami banyak Mama lainnya. Pastikan untuk meminta dukungan fisik dan moral dari orang-orang di sekitar untuk membantu mengatasi kondisi ini.