Loading...
kehamilan-di-atas-usia-35-tahun_large
Untuk Mama

Risiko Kehamilan di Atas Usia 35 Tahun

Disusun oleh: Tim Penulis

Diterbitkan: 15 Januari 2020


  • Apa Risiko Kehamilan di Atas 35 Tahun?
  • Risiko pada Ibu Hamil di Atas Usia 35 Tahun
  • Risiko pada Janin Di Atas Usia 35 Tahun

Kehamilan d atas usia 35 tahun tentu memiliki berbagai risiko bagi kesehatan Ibu dan janin. Berikut adalah informasi lengkap sebagai panduan jika Ibu hamil di atas usia 35 tahun.

Apa Risiko Kehamilan di Atas 35 Tahun?

Kesulitan untuk hamil adalah hambatan terbesar bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kualitas sel telur secara perlahan ketika seorang perempuan memasuki usia 30 tahun, dan diikuti dengan jarangnya terjadi pembuahan meskipun siklus menstruasi masih rutin.

Namun, tidak berarti perempuan berusia 35 tahun ke atas tidak dapat hamil. Masalah kesuburan dan metabolisme pada setiap tubuh perempuan berbeda, jadi Ibu tetap dapat berusaha untuk hamil. Tetapi, bila sampai enam bulan Ibu sudah berhubungan seksual namun belum ada tanda-tanda kehamilan, konsultasikan kondisi ini dengan dokter kandungan.

Ada sejumlah risiko yang akan Ibu hadapi ketika memutuskan untuk hamil di usia 35 tahun atau lebih dan hal ini penting untuk Ibu ketahui. Namun, bila Ibu sedang hamil di usia ini, Ibu tidak perlu khawatir secara berlebihan.

Mempersiapkan dan menjaga kesehatan fisik maupun mental di masa kehamilan, akan mengurangi risiko hambatan yang terjadi. Ditambah lagi teknologi kesehatan yang telah berkembang memungkinkan seorang perempuan dengan usia 35 tahun ke atas, untuk tetap hamil dan melahirkan bayi yang sehat.

Memeriksakan kehamilan secara teratur sangat disarankan untuk mendeteksi secara dini segala faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi Ibu maupun janin, sehingga penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.

Did you know?

”Semakin tinggi usia kehamilan Ibu, risiko kelainan genetik pada si Kecil dan kesulitan saat melahirkan akan meningkat. Ketahui selengkapnya di sini.“

LIHAT LENGKAP

Risiko pada Ibu Hamil di Atas Usia 35 Tahun

Diabetes Gestational

Diabetes gestational adalah jenis diabetes yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Hal ini dapat langsung diketahui melalui pemeriksaan gula darah ketika seorang Ibu sedang hamil. Pada Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih, kadar gula darah dapat mencapai angka maksimalnya karena kadar insulin yang diproduksi oleh tubuh semakin berkurang, apalagi jika tidak mengontrol asupan makanan yang masuk ke tubuh. Berikut ini adalah beberapa gejala yang terjadi dalam tubuh Ibu:

  • Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya gula dalam urin.
  • Rasa haus yang tidak seperti biasanya.
  • Sering buang air kecil.
  • Lelah, mual, hingga penglihatan kabur.
  • Sering mengalami infeksi kandung kemih, vagina, maupun kulit.

Gejala diabetes gestasional umumnya diketahui setelah pemeriksaan kehamilan. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap diabetes gestasional memiliki risiko seperti lahir dengan kelebihan berat badan, gula darah rendah dan penyakit kuning. Akan tetapi, Ibu tidak perlu khawatir. Biasanya, diabetes gestasional akan hilang dengan sendirinya setelah kehamilan dan Ibu dapat melakukan tindakan perawatan sejak dini untuk menurunkan risikonya. Perawatan yang bisa Ibu lakukan adalah kontrol kadar gula tubuh secara berkala, melakukan diet, berolahraga, hingga mengonsumsi obat-obatan yang sudah dikonsultasikan dengan dokter ahli kandungan.

Pendarahan Banyak

Pendarahan banyak dapat terjadi ketika Ibu sudah mendekati waktu persalinan atau ketika persalinan berlangsung. Pada ibu hamil dengan usia 35 tahun atau lebih, pendarahan banyak disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah secara drastis selama kehamilan yang menyebabkan janin menjadi besar. Janin yang besar akan menyebabkan peregangan berlebihan pada rahim dan ini akan mengganggu kontraksi rahim, tidak lama setelah plasenta dilahirkan. Kadar Hb yang rendah (standar WHO adalah 11 gr/dl) juga dapat berperan pada terjadinya perdarahan banyak. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan, maka risiko terjadinya pendarahan banyak dapat diantisipasi sebelum saat persalinan tiba.

Melahirkan dengan Bedah Caesar

Pilihan melahirkan dengan bedah Caesar sangat umum dijumpai pada ibu hamil berusia 35 tahun ke atas. Pilihan bersalin dengan cara normal memerlukan kesiapan fisik dan mental yang optimal di mana pada usia 35 tahun atau lebih, keadaan fisik dan mental Ibu tidak seoptimal dibandingkan dengan wanita yang usianya di bawah 35 tahun. Walaupun demikian, persalinan dengan cara normal masih bisa menjadi pilihan setelah diyakini tidak ada kelainan, baik pada ibu dan janinnya.

Pertimbangan untuk pemilihan cara persalinan didasarkan atas adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin), varises, masalah pada pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung dan juga proses melahirkan yang lebih sulit. Pastikan juga bahwa tidak ditemukan adanya kelainan anatomi pada rahim ataupun ovarium, seperti mioma uteri atau kista ovarium (dapat diketahui melalui pemeriksaan USG). Selalu konsultasikan kondisi kesehatan Ibu pada dokter kandungan, terutama bila Ibu merasa sakit atau nyeri yang tidak wajar selama masa kehamilan.

Pre-eklampsia

Pre-eklampsia atau disebut juga toksemia gravidarum adalah kondisi timbulnya peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan diikuti peningkatan kadar protein di dalam urin pada ibu hamil. Kondisi pre-eklampsia dapat dikategorikan menjadi eklampsia bila pre-eklampsia disertai dengan kejang. Eklampsia dapat menyebabkan pendarahan pada hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung. Bila keadaan ini tidak dideteksi secara dini dan tindakan perawatan tidak dilakukan, maka akan meningkatkan risiko kematian, baik pada ibu maupun janin.

Pre-eklampsia umumnya muncul pada pertengahan usia kehamilan (mulai usia kehamilan 20 minggu), meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diwaspadai sebagai kecenderungan yang mengarah ke pre-eklampsia. Apabila ditemukan, lakukan pemeriksaan tekanan darah dan protein urin.

  • Berat badan yang meningkat secara drastis akibat penimbunan cairan dalam tubuh.
  • Nyeri perut, terutama di daerah ulu hati.
  • Pandangan kabur.
  • Sakit kepala yang berat.
  • Penurunan produksi air seni atau bahkan tidak mengeluarkan air seni sama sekali, hingga terdapat darah pada air seni.
  • Pusing, mual, dan muntah yang berlebihan.

Keguguran

Ibu yang berusia 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi dibanding ibu yang berusia 30 tahun. Apalagi jika usianya di atas 40 tahun. Pada ibu berusia 35 tahun, kualitas sel telur yang dihasilkan setiap bulannya akan berkurang, walau proses menstruasi tetap berjalan. Hal ini akan menghasilkan sel genetik telur yang tidak baik dan berakibat pada kehamilan dengan embrio yang mempunyai kelainan kromosom.

Kebanyakan dari embrio dengan kelainan ini akan mengalami masalah pertumbuhan pada trimester pertama yang akan berakibat pada kegagalan proses kehamilan dan berakhir dengan keguguran. Adanya gangguan kesehatan pada ibu hamil seperti kelainan tekanan darah dan diabetes juga menjadi faktor tingginya angka keguguran pada wanita di usia ini.

Perlu diketahui bahwa ada 3 faktor yang berhubungan dengan keguguran, yaitu:

  1.  Faktor sel telur
  2.  Faktor sel sperma
  3.  Faktor janin itu sendiri.

Jadi, seorang ibu tidak boleh menyalahkan dirinya sendiri apabila terjadi keguguran karena masih ada 2 faktor lain yang berperan.

Risiko pada Janin Di Atas Usia 35 Tahun

Pertumbuhan Janin Terhambat

Kualitas sel telur yang semakin menurun pada ibu dengan usia berisiko hamil menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Hal ini dapat memperburuk bila calon ibu menderita penyakit lain atau komplikasi pada saat hamil, seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, kelainan saluran pernafasan, kelainan plasenta atau tali pusat.

Ada tindakan pencegahan yang dapat Ibu lakukan untuk menjaga kesehatan janin:

  • Istirahat yang cukup, dan tidur di waktu yang wajar.
  • Jaga pola makan dan kebersihan lingkungan sekitar.
  • Jangan merokok dan jauhi tempat-tempat yang terpapar asap rokok maupun polusi udara.
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk mengantisipasi faktor risiko.

Down Syndrome

Down syndrome adalah suatu bentuk kelainan kromosom yang paling sering terjadi. Kemungkinan wanita berumur 30 tahun melahirkan bayi dengan down syndrome adalah 1:1000. Sedangkan jika usia kelahiran adalah 35 tahun, kemungkinannya adalah 1:400. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan munculnya down syndrome semakin tinggi pada ibu hamil dengan usia yang juga berisiko. Karena itu, disarankan agar ibu hamil dengan usia berisiko menjalani pemeriksaan prenatal untuk memastikan apakah terdapat kelainan pada janin atau tidak. Sebab, semakin dini terdeteksi, maka semakin besar pula kesempatan untuk memperbaiki keadaan sang penderita.

Untuk mendeteksi adanya down syndrome secara dini pada anak, sebenarnya bukan suatu hal yang sulit, karena penderita down syndrome memiliki karakteristik fisik yang khas. Pada wajah, bentuk mata cenderung miring dan tidak punya lipatan di kelopak. Selain itu, hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar, hal ini diikuti dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga sulit untuk bernapas dengan normal.

Saat ini sudah dapat dilakukan pemeriksaan down syndrome saat kehamilan. Permasalahan akan timbul apabila ternyata hasil pemeriksaan menyatakan positif down syndrome, karena kelainan ini tidak dapat mengakibatkan kematian sehingga janin dengan down syndrome dapat hidup sampai dewasa.

Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi

Jika kehamilan berisiko tinggi, Ibu harus bekerja sama dengan suami untuk mewujudkan lahirnya bayi yang sehat. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan:

  • Bangun mental Ibu, jangan khawatir secara berlebihan. Bila Ibu merasa tertekan karena kehamilan ini, berbagilah dengan suami dan keluarga. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter kandungan untuk mendapatkan tambahan informasi.
  • Jaga kesehatan dengan istirahat cukup dan pola makan yang sehat.
  • Rutin memeriksakan kesehatan Ibu dan janin.
  • Lakukan olahraga kehamilan yang sesuai dan teratur.
  • Hindari rokok, makanan dan minuman berpengawet, dan kurangi aktivitas harian yang membuat Ibu menjadi stres dan kelelahan.

Optimalkan asupan nutrisi seimbang bagi Ibu dan janin sejak usia dini kehamilan. Klik di sini untuk informasi lengkapnya.

Pilih Artikel Sesuai Kebutuhan Mama
Artikel Terkait