Review Expert: dr. Jimmy Panji W, Sp.OG
Mola hidatidosa, atau yang dikenal sebagai hamil anggur atau hamil mola, terjadi ketika plasenta mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Ibu bisa mengetahui lebih banyak tentang hamil anggur, dengan informasi yang komprehensif dari Tim Ahli Nutriclub di bawah ini.
Apa Itu Hamil Anggur?
Sejak terjadinya pembuahan, atau bertemunya sperma dan sel telur, embrio yang terbentuk akan perlahan bergerak ke salah satu bagian dinding rahim. Pada hari keenam, embrio ini akan menempel ke bagian tertentu dari rahim dan akan merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru.
Jaringan pembuluh ini akan terus berkembang hingga menjadi plasenta. Janin mendapatkan nutrisi dari ibu dan membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan melalui plasenta.
Gangguan Pada Plasenta Ibu di Masa Kehamilan
Plasenta bertugas untuk menjadi perantara yang mengirimkan nutrisi dari tubuh Ibu untuk menjadi asupan bagi si Kecil. Namun pada kasus kehamilan anggur, plasenta Ibu mengalami gangguan dalam perkembangannya dan tumbuh menjadi massa (tumor). Sehingga fungsi plasenta sebagai peantara Ibu dan janin tidak berkembang sebagaimana mestinya. Sebagian besar mola hidatidosa memang jinak, namun, ada subset kecil yang berlanjut menjadi khoriokarsinoma yaitu penyakit keganasan trofoblas.
Faktor Risiko Terjadinya Hamil Anggur
Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kehamilan anggur, antara lain:
- Hamil anggur terjadi pada dua dari seribu kehamilan.
- Risiko terjadinya kehamilan anggur akan lebih besar ketika Ibu hamil di usia terlalu muda atau hamil di usia lebih dari 35 tahun (Hamil di usia 35 tahun ke atas). Jika usia Ibu lebih dari empat puluh tahun, kemungkinan terjadinya kehamilan anggur dapat meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Did you know?
”Kebiasaan merokok dapat menjadikan Ibu tergolong dalam kehamilan berisiko tinggi. Gangguan pada plasenta adalah salah satu risiko yang ditingkatkan akibat rokok. Ketahui selengkapnya di sini.“
Jenis Hamil Anggur dan Gejalanya
Ada dua jenis kehamilan anggur (mola), yaitu mola sebagian dan mola komplit. Pada kehamilan mola sebagian, masih dapat ditemukan jaringan janin. Namun, pada jenis yang komplit, sama sekali tidak ditemukan jaringan janin - seluruhnya berupa tumor plasenta.
Gejala yang ditimbulkan seringkali tidak memberikan kecurigaan khusus akan adanya mola. Seorang ibu yang mengalami hamil anggur biasanya akan mengalami pendarahan semasa kehamilannya, baik berupa flek maupun pendarahan yang banyak. Pada kondisi tertentu, bagian dari mola dapat ikut keluar bersama pendarahan. Kehamilannya juga dirasakan lebih besar dari usia kehamilannya.
Selain itu, gejala-gejala kehamilan yang dirasakan akan lebih berat dibandingkan dengan kondisi kehamilan normal. Misalkan mual muntah yang lebih parah, pre-eklampsia yang lebih berat dan pertambahan ukuran lingkar perut yang lebih cepat.
Bila ditemukan gejala-gejala seperti di atas, maka Ibu perlu diperiksa lebih lanjut. Hasil pemeriksaan darah pada Ibu yang hamil anggur menunjukkan kadar beta-hCG yang meningkat, bahkan bisa lebih dari 100.000 IU/L. Namun, Tidak semua kehamilan anggur memiliki kadar beta hCG yang tinggi. Namun, perlu diingat jika kadar beta hCG sangat tinggi, yakni di atas 100.000, usia tua, kehamilan sebelumnya normal maka perlu dipikirkan diagnosa khoriokarsinoma. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) berfungsi untuk melihat penampakan mola. Rontgen dada dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis tumor yang menyebar.
Bila telah dipastikan bahwa Ibu mengalami hamil anggur, maka akan direncanakan tindakan terapi. Tindakan ini sebaiknya segera dilakukan, karena kehamilan ternyata tidak berisi janin (tidak produktif) dan dapat membahayakan Ibu. Selain itu, jaringan mola, khususnya jenis kehamilan mola komplit, memiliki risiko 5-10% berubah menjadi ganas (yang kemudian dapat menembus dinding rahim lebih dalam dan menyebar ke bagian tubuh lain).
Prinsip utama terapi adalah mengangkat jaringan mola, yang dapat dilakukan dengan kuretase atau histerektomi (pengangkatan rahim). Tindakan pengangkatan rahim dilakukan jika tidak ada keinginan hamil kembali maupun karena pertimbangan kondisi medis tertentu.
Tindakan kuretase, sebagaimana tindakan medis lain, tentu memiliki risiko Kuretase memiliki risiko pendarahan, infeksi, atau kemungkinan adanya jaringan mola yang tertinggal. Karena itu, tindakan kuretase harus dilakukan oleh tim medis yang berwenang. Terkadang kuretase dapat dilakukan dua kali untuk memastikan tidak ada jaringan mola yang tertinggal. Pemberian kemoterapi dilakukan jika ditemukan adanya kecurigaan kehamilan mola berkembang kearah keganasan/ kanker.
Ibu yang segera hamil kembali setelah menjalani terapi, memiliki risiko besar untuk mengalami kehamilan anggur lagi. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan Ibu untuk menghindari kehamilan sementara waktu, biasanya dengan kontrasepsi selama 6-12 bulan. Hal ini berguna untuk memastikan bahwa jaringan mola tidak tumbuh kembali. Follow-up ini penting sekali mengingat ada sebagian kecil dari kehamilan anggur yang berkembang menjadi keganasan. Pemantauan nilai hormon kehamilan yaitu beta-hCG dan rahim Ibu bertujuan untuk mendeteksi secara dini adakah perubahan kanker tersebut pada Ibu dengan riwayat hamil anggur.