Reviewer : dr. Kevin Adrian Djantin
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi melahirkan secara prematur, mulai dari adanya kondisi medis sampai gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan data UNICEF tahun 2015, kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian pada bayi yang baru lahir. Di Indonesia sendiri, angka kematian bayi masih cukup tinggi. Pada tahun 2018, diperkirakan terdapat sekitar 24-30 bayi yang meninggal dari 1.000 kelahiran hidup. Sebagian penyebab meninggalnya bayi tersebut adalah karena kelahiran prematur.
Oleh sebab itu, Mama perlu mengetahui penyebab bayi lahir prematur dan faktor apa saja yang dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, agar dapat mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kondisi kehamilan serta kesehatan Si Kecil dalam kandungan.
Baca Juga: Pentingnya Nutrisi untuk Mencegah Kelahiran Prematur
Kelahiran Cukup Bulan dan Prematur
Tanda-tanda kelahiran normal yang sesuai usia kehamilan (cukup bulan) tidak berbeda dengan tanda kelahiran prematur tidak berbeda, yaitu:
- Kontraksi setidaknya 5 kali dalam 1 jam
- Keluar cairan ketuban dari vagina
- Keluarnya lendir disertai bercak darah di vagina
- Kram di perut bagian bawah, seperti saat menstruasi
- Rasa tertekan di daerah panggul dan vagina
- Nyeri punggung bagian bawah
Persalinan yang terjadi ketika kehamilan sudah memasuki usia 38-39 minggu disebut kelahiran cukup bulan. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum waktunya, yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu, dikatakan sebagai kelahiran prematur.
Jika dilahirkan cukup bulan, berat badan bayi biasanya akan normal dan organ-organ nya sudah berkembang sempurna. Hal ini memungkinkan bayi untuk bisa bertahan hidup di luar rahim.
Sebaliknya jika dilahirkan secara prematur, bayi bisa memiliki berat badan yang kurang, nilai Apgar rendah, dan gangguan organ yang dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan.
Apa Penyebab Bayi Lahir Prematur?
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab kelahiran prematur. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil untuk melahirkan secara prematur, yaitu:
- Berusia di bawah 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Memiliki berat badan rendah atau berlebih
- Menjalani kehamilan kembar
- Menderita kelainan pada rahim, leher rahim (serviks), dan plasenta
- Menderita gangguan kesehatan, seperti penyakit menular seksual, infeksi, hingga komplikasi kehamilan
- Mengalami kekerasan fisik, seksual, atau emosi
- Mengalami stres berat selama hamil
- Tidak memeriksakan kesehatan kandungan secara rutin
Kehamilan prematur juga berisiko dialami oleh ibu hamil yang sering merokok atau menghirup asap rokok, mengonsumsi minuman beralkohol, menggunakan NAPZA, atau kurang gizi.
Namun, satu hal yang perlu Mama ingat, memiliki salah satu atau beberapa faktor di atas bukan berarti Mama pasti melahirkan secara prematur. Begitu juga sebaliknya, tidak sedikit ibu hamil yang tidak memiliki faktor risiko di atas mengalami kelahiran prematur.
Risiko Komplikasi yang Dapat Dialami Bayi Prematur
Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan akibat organ tubuhnya belum berkembang dengan sempurna. Masalah kesehatan yang bisa dialami bayi prematur antara lain:
- Gangguan tumbuh kembang
- Lumpuh otak atau cerebral palsy
- Kesulitan belajar
- Gangguan penglihatan atau pendengaran
- Kematian secara mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS)
Baca Juga: Inilah Komplikasi Bayi Prematur yang Mungkin Terjadi
Karena bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang berbahaya pada bayi, maka kelahiran prematur harus dicegah. Untuk mengurangi risiko melahirkan prematur, Mama dapat mengupayakan beberapa hal berikut ini:
- Menjalani kehamilan yang sehat, yaitu dengan mencukupi kebutuhan nutrisi, tetap berolahraga, istirahat yang cukup, mengelola stres, serta tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
- Mengonsumsi nutrisi kehamilan untuk mencegah kekurangan nutrisi tertentu, seperti asam folat dan zat besi, yang bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin dan gangguan kesehatan saat hamil
- Menjaga jarak kehamilan. Menurut penelitian, Mama yang kembali hamil kurang dari 6 bulan sejak persalinan terakhirnya berisiko tinggi melahirkan secara prematur
Selain melakukan langkah-langkah di atas, Mama juga perlu memeriksakan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Dengan begitu, kondisi Mama dan janin di dalam kandungan Mama dapat terus dipantau, sehingga kelahiran prematur sebisa mungkin dapat dicegah.