Pertanyaan Mama dan Papa
Pola Asuh Resilient
Di usia 3 tahun Mama bisa menstimulasi si Kecil agar dapat membangun karakter resiliensi dengan cara membuat si Kecil menyusun rencana atau memecahkan masalahnya sendiri.
Setelah kemampuan bahasa dan motorik si Kecil sudah mulai lancar dan stabil, di usia ini sudah bisa diberikan tantangan yang lebih memancing kemampuan kreativitasnya. Sehingga untuk kegiatan DIY dan bermain peran sudah sangat lebih elaboratif dapat dilakukan di tahap ini. Karakter resiliensi didapatkan dari keadaptifan anak menggunakan resources di sekitanya dan merangsang kreativitas (banyak akal) untuk menyelesaikan masalah.
Rasa percaya diri si Kecil dapat terbentuk apabila Mama memberikan kepercayaan kepadanya untuk melakukan sesuatu dalam pantauan Mama. Rasa percaya diri dapat dilatih, berikut beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk mengembangkan rasa percaya diri si Kecil :
1. Bermain peran dengan menciptakan situasi yang Mama tahu dapat dihadapi oleh si Kecil, lalu secara perlahan buatlah menjadi lebih menantang (Pastikan si Kecil sudah berhasil di tahap sebelumnya)
2. Lindungi si Kecil dari kegagalan yang berulang kali, berikan semangat agar Ia mau mencoba kembali
3. Hindari menggunakan pernyataan yang negatif seperti ""kamu memang payah"", ""kamu tidak bisa dipercaya"" atau kamu tidak bisa melakukannya""
4. Tunjukkan bahwa Mama percaya pada si Kecil
5. Sampaikan apresiasi kepada si Kecil, katakan di depan teman atau keluarga bahwa Mama senang dengan prestasinya.
6. Tangani rasa cemburu yang mungkin dimiliki si Kecil karena emosi ini berhubungan erat dengan kurangnya rasa percaya diri
7. Berikan perhatian dan kasih sayang yang konsisten, serta disiplin yang jelas akan melindungi rasa percaya diri si Kecil dan mengarah pada perkembangan perasaan aman
Di usia batita banyak perkembangan yang terjadi. Wajar jika si Kecil kesal karena tidak bisa menyelesaikan sesuatu.
Cara mengatasinya kurang lebih sama seperti menenangkan orang lain yang sedang kecewa, yaitu dengan cara memberikan pelukan kepada si Kecil atau memberikan minum agar Ia bisa lebih tenang.
Biarkan si Kecil menyelesaikan masalah yang Ia hadapi dan jangan terlalu sering membantu menyelesaikan masalah agar ketika dewasa nanti si Kecil siap menghadapi masa depan.
Beberapa faktor:
a. Hubungan ayah kurang dekat dengan anak
b. Kebiasaan ayah saat bekerja terbawa ke rumah namun tidak cocok diterapkan untuk anak ( sering menegur, bersuara keras )
c. Anggota keluarga lain menakut-nakuti dengan mengatas namakan Ayah
d. Ayah pernah memberikan hukuman fisik
Beberapa Cara :
a. Ketika menegur tidak terkesan menggurui
b. Menyampaikan ketidak setujuan pola asuh yang diterapkan tidak dengan nada yang keras
Resiliensi merupakan kemampuan untuk menghadapi tantangan serta memiliki mental untuk bangkit jika menemui kegagalan. Sifat Resilient pada si Kecil harus dibentuk sejak dini karena bukan pembawaan dari lahir. Karena itu, si Kecil perlu mencoba berbagai hal baru yang bisa membentuk rasa percaya diri mereka dan bertanggung jawab pada setiap pilihannya.
Mama bisa terus mendukungnya. Namun, jangan lupa untuk tetap mendorongnya melakukan hal-hal yang baru, karena dari situlah sifat Resilient akan tertanam, melalui berbagai tantangan baru yang belum pernah ia hadapi. Apabila si Kecil mengalami kesulitan, janganlah menyerah, biarkan dia maju dan mengatasinya, namun tetaplah menjadi sosok yang selalu membimbingnya dari belakang.
Ajak ia bermain diluar rumah dan bereksplorasi dengan lingkungan sekitar, ajari si Kecil bahwa tidak apa-apa jika ia membuat kesalahan dan ajari ia untuk berani dan tangguh.
Mama ada beberapa penyebab yang dapat membuat anak tantrum:
1. Temperamen. Reaksi anak terhadap peristiwa yang membuat frustrasi. Anak menjadi mudah marah mungkin lebih cenderung mengamuk.
2. Stres, lapar, kelelahan, dan stimulasi berlebihan. Hal ini dapat mempersulit anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan perilaku.
3. Situasi yang tidak dapat diatasi oleh anak-anak. Misalnya, jika anak yang lebih besar mengambil mainannya.
4. Emosi yang kuat. Misalnya kekhawatiran, ketakutan, rasa malu dan amarah dapat menjadi beban bagi anak-anak.
Mama perlu menghindari 3 hal berikut untuk mengatasi si Kecil yang tantrum:
1. Mengabaikan perilaku tantrum si Kecil karena hanya akan membuat perilaku tantrum terus berulang. Oleh karena itu orang tua perlu menggali dan mencari tahu apa penyebab tantrum si Kecil.
2. Meninggalkan si Kecil begitu saja, justru akan membuat ia semakin frustasi dan tidak dimengerti.
3. Langsung memenuhi keinginan si Kecil, dapat membentuk kebiasaan buruk sehingga si Kecil akan menjadikan tantrum sebagai ""senjata"" untuk memenuhi keinginannya.
Pastikan saat menghadapi si Kecil yang sedang tantrum Mama dan anggota keluarga lain tetap tenang tanpa terbawa emosi.
Mama untuk siKecil yang tantrum dan bisa diredam atau dikelola dengan baik serta tidak menggunakan kekerasan seperti memukul, membentak, atau tidak memperdulikannya sama sekali biasanya tidak mempengaruhi jiwa si kecil & tidak akan menimbulkan trauma pada si Kecil.
Mama dapat memberikan perhatian dan bersikap dengan tenang, memahami kebutuhan si Kecil, maka komunikasi Mama dan si Kecil akan terbentuk dengan baik. Seiring bertambahnya usia sikap tantrum akan berkurang, karena si Kecil sudah bisa mengungkapkan emosinya dengan berbicara langsung kepada Mama apa yang ia rasakan.
Berikut beberapa tips berlatih menyikat gigi si Kecil di rumah yang dapat Mama terapkan:
1. Siapkan sikat gigi dan pasta gigi khusus untuk anak yang akan digunakan oleh si Kecil. Biasanya pasta gigi ini aman jika tertelan.
2. Bubuhkan pasta gigi hanya sebesar kacang polong saja atau selapis tipis.
3. Berikan contoh gerakan menggosok gigi dan ajak ia meniru gerakan Mama.
4. Untuk permulaan, menggerakkan sikat gigi ke kiri dan ke kanan secara perlahan sudah cukup.
5. Ajak si Kecil untuk berkumur dengan air matang agar terhindar dari kuman jika tertelan.
Jangan lupa berikan pujian dan pelukan kepada si Kecil apabila ia mau sikat gigi dan mengikuti Mama dengan baik. Mama juga harus semangat dan telaten membiasakan si Kecil ya Ma.
Tugas kita sebagai orangtua untuk mengembalikan kepercayaan diri si Kecil lagi dan tetap memberikan semangat untuk memotifasi siKecil untuk terus berlatih. Stimulasi & semangat yang Mama berikan kepada si Kecil sangat membantu ia dalam proses belajar berjalan.
Untuk memotivasi dan memberikan semangat lagi, mama bisa mengajak si Kecil ke playground atau bermain dengan anak-anak lain yang seumuran, bergembira dan berlarian. Itu dapat memacunya untuk berjalan. Untuk menstimulasi kemampuan berjalan si Kecil, Mama dapat berikan mainan yang dapat didorong seperti kursi plastik dan berikan mainan favoritnya atau mainan yang berwarna menarik di depannya agar ia semangat untuk bergerak, cara ini dapat membantu menguatkan otot-otot kaki dan tungkai si Kecil Ma.
Selain memberikan stimulasi, Mama juga perlu selalu memperhastikan asupan si kecil dengan gizi seimbang dan tinggi akan kalsium seperti brokoli atau sup ceker yang dapat membantu untuk pertumbuhan dan menguatkan tulang serta pertumbuhan gigi si Kecil.
Mama dapat mengajak si Kecil berbicara atau mengucapkan kata untuk meningkatkan perkembangan bahasa dan kosa katanya. Seringlah mengajak si Kecil berbicara dan mengulang kata-kata sederhana serta pastikan dia melihat gerakan mulut Mama saat bicara. Mengulang kata seperti ‘ba ba ba’ atau ‘ma ma ma’ akan mempermudah mereka untuk belajar bicara. Sahuti mereka saat babbling atau mengoceh dengan penyebutan kata yang tepat ya Ma.
Agar si Kecil yang sedang belajar berjalan bisa lancar berjalan secara bertahap, Mama bisa terus menstimulasinya dengan cara memberikan kursi kecil untuk didorong oleh si Kecil, meletakkan mainan favoritnya dalam jarak tertentu di atas kursi atau ujung sofa sehingga si Kecil termotivasi untuk mengambil sambil berdiri.
Di masa pandemi seperti saat ini memang ada rasa khawatir untuk pergi keluar rumah ya Ma, namun Mama bisa coba menghubungi Klinik Tumbuh Kembang yang biasa Mama datangi untuk meminta panduan jenis latihan apa yang bisa dilakukan bersama Mama di rumah.
Tetap semangat mendampingi si Kecil di setiap fase tumbuh kembang si Kecil ya Ma :)
Mama, perilaku marah pada si Kecil memang umum terjadi di usia balita karena si Kecil belum mampu menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan rasa frustrasi dan kesal saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, di usianya saat ini Mama sudah mulai dapat membiasakan si Kecil untuk mengontrol rasa emosinya dan sebaiknya menghindari seketika menuruti atau malah langsung menolak keinginan si Kecil.
Salah satu cara mengajak si Kecil mengontrol emosinya adalah dengan memberikan waktu pada si kecil ketika mengalami emosi besar dengan membawanya ke tempat aman dan sepi untuk meluapkan emosi sambil ditemani Mama. Perlahan-lahan ketika konsisten dilakukan anak akan punya dan menyesuaikan sendiri strategi untuk mengelola perasaannya, namun perlu diingat tahapan usia ini sangat wajar kalau anak cukup kesulitan mengelola emosi besarnya.
Tetap semangat dampingi si Kecil menjadi anak Resilient ya Ma :)
Mama, terima kasih atas sharingnya. Di usia 1-5 tahun umumnya si Kecil lebih suka makanan yang bisa dipegang sendiri atau mudah diambil menggunakan sendok atau garpu. Mama bisa menyajikan nasi dengan lauk yang kering dan bisa dipegang sendiri atau lauknya ditaruh di mangkok yang terpisah. Yang terpenting seluruh makanan dihabiskan oleh si Kecil. Mama juga bisa memberikan jenis makanan lengkap dalam 1 porsi tidak selalu nasi sebagai karbohidratnya, seperti macaroni panggang, sandwich dengan isi sayuran dan daging, sup jagung dengan tambahan potongan daging ayam dan sayuran di dalamnya, dll.
Mama, bila si Kecil masih balita, sebetulnya tidak perlu mengundang guru apapun untuk si Kecil. Kegiatan yang perlu ia kuasai adalah kegiatan yang mengasah tumbuh kembang fisiknya, kecerdasan dan kreativitas, kepercayaan diri, kemandirian, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Penting sekali Mama dan Papa menyempatkan diri untuk menstimulasi si Kecil. Jika tidak bisa, misalnya karena Mama dan Papa sama-sama bekerja, bisa menitipkan beragam kegiatan yang bisa dilakukan si Kecil bersama pengasuhnya.
Mama bisa memilih pengasuh dengan kriteria berikut untuk membantu tumbuh kembang si Kecil:
- Menyayangi si Kecil
- Memiliki nilai-nilai yang sama dengan yang dianut oleh Mama dan Papa
- Melakukan semua protokol kesehatan yang disarankan
- Punya kemampuan / keahlian untuk membantu si Kecil belajar atau untuk mengasuhnya
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak belajar saat ia mulai kehilangan konsentrasi karena belajar dari rumah, seperti:
1. Buat jadwal teratur
2. Kerjakan tugas satu persatu
3. Berikan si Kecil waktu untuk istirahat.
4. Ciptakan kondisi tenang
5. Atur tempat belajar
Supaya si Kecil bisa lebih berkonsentrasi, ijinkan si Kecil untuk melakukan satu kegiatan pada satu waktu. Misalnya saat ia makan, jangan biarkan ia sambil menonton atau berjalan-jalan. Biarkan si kecil duduk di kursinya menghadapi makanannya dan mencoba makan sendiri. Pikirannya fokus pada makanannya dan bagaimana ia bisa menikmati sekaligus menghabiskannya. Pikirannya tidak terdistraksi (teralih) dengan tontonan atau benda-benda yang ia lihat. Mama bisa membantunya untuk tetap fokus pada kegiatan makannya dengan ikut makan di sebelah si Kecil dan mengajak si Kecil memperhatikan apa yang ia makan.
Mama, kami sangat mengerti dengan apa yang Mama khawatirkan. Menghadapi tantangan disaat si Kecil susah makan, atau si Kecil tidak tenang selama proses makannya tentu tidak mudah ya Ma. Terkadang memberikan gadget atau mengalihkan perhatiannya dengan tontonan dari televisi dapat berhasil. Namun ternyata cara ini dapat membawa dampak buruk untuk tumbuh kembangnya nanti. Idealnya si Kecil duduk di meja makan dan fokus dengan makanan yang disantapnya.
Proses makan yaitu proses yang harus dilalui si Kecil dari memahami dia lapar, memasukkan makanan ke mulut, lalu dikunyah, dan menelan hingga akhirnya merasa kenyang. Belajar makan sendiri adalah bagian dari perjalanan tumbuh kembang si Kecil. Keterampilan makan mandiri membantu meningkatkan kemampuan motorik si Kecil, meningkatkan kepercayaan dirinya serta membuatnya lebih fokus dan menikmati proses makan. Apabila si Kecil terbiasa dengan gadget maka dampak buruknya seperti susah makan ketika tidak ada gadget, si Kecil tidak akan fokus dengan makannya sehingga tidak melalui proses makan dan tidak mengetahui kapan merasa lapar dan kenyang.
Mama, terima kasih sudah share pengalaman Mama memberikan stimulasi untuk si Kecil. Peran orang tua di dalam kehidupan si Kecil merupakan faktor penting dalam membantu menyiapkan mental anak menghadapi dunia luar saat sudah dewasa nanti. Orang tua pun harus memastikan si Kecil hidup di dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Yang Mama lakukan sudah tepat sekali saat memberikan stimulasi sebaiknya tidak menakut-nakuti si Kecil karena menakuti akan membuat si Kecil trauma. Memang perlu kesabaran saat memberikan stimulasi kepada si Kecil. Tetap semangat ya Mama dalam memberikan stimulasi untuk si Kecil. Salam hangat untuk si Kecil semoga tumbuh menjadi anak yang Resilient :)
Mama, si Kecil yang susah tidur biasanya disebabkan karena telalu asik dengan kegiatannya misalnya bermain. Sebaiknya Mama membuat jadwal tidur untuk si Kecil, Mama dapat mengurangi stimulasi jelang waktu tidur juga penting agar ia mengenali rasa mengantuknya, ajak si Kecil untuk tiduran bersama di ranjang, putar lagu-lagu yang menenangkan serta menceritakan dongeng. Pastikan juga suasana tidurnya nyaman, tidak terlu panas atau dingin dan tidak terlalu terang atau gelap. Selain itu, pastikan juga si Kecil sudah kenyang ya Ma. Karena si Kecil yang tidak mau tidur bisa disebabkan oleh ruangan atau suasana tidurnya tidak nyaman atau si Kecilnya sedang lapar.
Mama, untuk membedakan apakah si Kecil aktif atau hyperaktif yaitu dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Fokus
Hampir semua anak cenderung sulit untuk terfokus pada satu hal saja. Perhatiannya akan mudah teralih setiap ia melihat hal-hal yang menarik dan membuatnya penasaran. si Kecil akan mudah bosan, tetapi tidak jika ia menemukan mainan yang memang sangat disukainya. Namun si Kecil yang hiperaktif tidak akan pernah bisa terfokus meski ia melihat mainan atau benda yang ia sukai.
2. Cara berbicara
Ketika sedang tenang, anak yang aktif lebih mudah diajak berbicara dan menangkap kosakata baru dari pembicaraan yang diajarkan padanya. Namun, tidak dengan anak hiperaktif. Ia akan cenderung berbicara dengan volume tinggi dan tempo yang cepat.
3. Pergaulan dan hubungan sosial
Dalam bersosialisasi atau berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, anak aktif lebih disukai karena sifatnya yang lebih sabar dan mau mengalah, terutama saat menggunakan alat-alat bermain di sekolah. Namun, anak hiperaktif tidak demikian.
Jika salah satu hal diatas dialami oleh si Kecil sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahlinya ya :)
Mama, menghadapi si Kecil yang tantrum memang sangat menantang ya. Berikut beberapa tips yang dapat Mama lakukan untuk menghadapi si Kecil yang aktif dan agresif seperti:
1. Tetap tenang
2. Jangan mengalah terhadap amukan atau sikap agresif saat si Kecil sedang marah cobalah untuk menarik nafas 3 kali
3. Pahami jika si Kecil berperilaku baik
4. Bantu si Kecil untuk mengekspresikan dirinya dengan kata-kata.
5. Ketahui pola si Kecil dan indentifikasi penyebabnya
6. Berikan penghargaan atas pencapaian yang dilakukannya
Semoga membantu ya Ma, selalu komunikasikan dengan Papa mengenai perkembangan si Kecil akan membuat Mama merasa lebih nyaman :)
Mama, di usia 1-5 tahun si Kecil ada di tahap mengeksplorasi lingkungan dan belajar aktif dari aktivitas yang dilihat dan dilakukan sehari-hari. Si Kecil akan tertarik dengan hal baru yang dilihat, terus dampingi si Kecil tumbuh menjadi anak Resilient dengan selalu memberikan stimulasi sesuai tahapan usianya ya Ma.
Mama, tidur bagi anak-anak merupakan saat dimana tubuhnya mengumpulkan lagi energi, memperbaiki sel-sel yang rusak dan membangun jaringan tubuh termasuk tulang dan otot. Oleh sebab itu agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal si Kecil harus cukup tidurnya. Durasi tidur siang rata-rata anak usia 5 tahun adalah 11 - 12 jam/sehari dan terjadi penurunan atau berhenti kebiasaan tidur siang. Bagaimana dengan tidur siang, apakah wajib? Sebenarnya tidak wajib, apabila Mama yakin tidur malamnya cukup (sekitar 8 jam). Tidur siang disarankan agar si Kecil istirahat sejenak dari waktunya bermain, karena bermain akan mengeluarkan banyak energi. Tetapi sebaiknya jangan terlalu lama karena akan membuat sulit tidur di malam harinya. Tidur siang cukup 30 menit dan maksimal 1 jam.
Mama, terkait hal ini Mama perlu memanage beberapa hal, seperti waktu dan tempat khusus kita bekerja dan juga waktu serta lokasi khusus anak bersekolah. Usahakan lokasi aktivitas SFH (School from Home) anak tidak banyak distraksi (seperti mainan, gadget lain, dll). Mama bisa menanyakan terlebih dahulu lesson plan dari guru selama seminggu sehingga mempermudah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan selama SFH berlangsung. Hal ini juga bisa membantu kakek-nenek, menentukan hal apa yang bisa dibantu. Sisanya atur ekspektasi Mama karena memang anak usia 2 tahun belum harus fokus selalu mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal. Poin penting adalah kita paham lesson plannya, tujuan pembelajarannya, dan melakukan repetisi kegiatan secara langsung (purposeful exposure) untuk membantu anak lebih memahami materi yang diajarkan kepadanya. Untuk kakek nenek, usahakan dilibatkan pada kegiatan yang tidak terlalu banyak menghabiskan energi. Sisanya jangan lupa quality time minimal 15 menit dengan si Kecil setelah Mama bekerja dengan melakukan free play apapun yang menyenangkan untuk si Kecil.
Mama, fase balita berkata kasar terjadi pada saat ia berumur 3 hingga 5 tahun. Dan tidak hanya soal bicara, mereka biasanya juga akan mencoba menembus setiap batas dan peraturan di rumah.
Berikut ini adalah 4 trik jitu dan mudah mengatasi balita berkata kasar:
1. Jangan langsung marah
2. Tetapkan batasan yang jelas
3. Ajarkan rasa hormat & kasih sayang
4. Selalu berikan contoh yang baik
Mama, Jika Mama merasa Ia sulit dihentikan dan terus menerus berkata kasar, ada kemungkinan kebiasaan tersebut terjadi karena Si Kecil melihat contoh yang salah. Nah, coba Mama lihat lingkungan sekitar si Kecil, apakah banyak yang berkata kasar atau tidak?
Lalu bagaimana dengan tontonan atau cara bicara orang-orang di rumah, sudahkah sesuai dengan umurnya? Hayo, jangan-jangan masih ada yang suka berbicara kasar di sekitar lingkungan rumah?
Balita tumbuh dan belajar dari proses meniru di sekitar lingkungannya. Semakin terjaga lingkungannya, semakin kecil pula kemungkinannya untuk berperilaku dan berkata kasar.
Terus semangat mendampingi si Kecil dengan stimulasi dan nutrisi sesuai kebutuhan sehingga menjadikan si Kecil tangguh dan daya tahan tubuhnya semakin kuat.
Mama, menetapkan batasan tentang mana kata yang baik dan kata yang buruk sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Meskipun si Kecil belum mengerti tata bahasa yang kita ucapkan, secara alam bawah sadar dia akan mengerti mana kata yang baik dan mana kata yang buruk nantinya.
Batasan ini berguna sebagai pedoman bagi Si Kecil bagaimana cara bertutur kata yang baik dan benar. Jika ia sudah mengerti tentang konsep rasa hormat dan sopan santun, Mama bisa menempelkan kalimat batasan ini di tempat yang mudah terlihat.
Mama, beberapa langkah yang dapat Mama lakukan saat menghadapi si kecil tantrum di ruang publik.
1. Tenangkan diri Mama Saat si kecil menunjukkan perilaku tantrum di tempat umum, hal pertama yang dapat Mama lakukan ialah tetap tenang agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menanganinya.
2. Anggap Mama sedang berada di rumah dan abaikan reaksi orang sekitar. Jangan biarkan situasi di sekitar Mama mengontrol Mama, sehingga Mama justru lebih memperhatikan situasi di sekitar dibandingkan Anak. Sebisa mungkin, anggap situasi tersebut layaknya Mama berada di rumah dan konsisten dengan cara menghadapi si kecil tantrum seperti layaknya terjadi di rumah.
3. Kenali penyebab anak tantrum dan tenangkan. Sadari dan kenali emosi si kecil, Mama perlu aware dan mengidentifikasi mengapa si kecil menunjukkan tantrumnya. Jika tindakan si kecil mengganggu orang lain, bawalah si kecil ke tempat sepi dan biarkan si kecil meluapkan emosinya. Tunggu 15 hingga 20 menit, biasanya anak akan berhenti menangis dan berteriak karena ia mulai lelah, dan saat itulah Anda Mama bisa mulai menenangkan diri.
Mama, mengajarkan rasa hormat sejak dini akan membentuk karakter si Kecil memiliki budi pekerti yang lebih baik. Namun, memang tidak mudah untuk mengajarkannya. Cara paling mudah untuk mengajarkan rasa hormat adalah dengan memberi contoh pada kehidupan sehari-hari. Misalnya menyahut saat dipanggil, berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua, memberikan perhatian dan kasih sayang kepada yang lebih muda dll.
Mama, tidur siang memang sangat baik untuk si Kecil untuk membantu merecharge energinya sehingga tidak kelelahan sehingga perkembangan otaknya juga tumbuh secara optimal. Tidur siang dapat dilakukan 1-3 jam sesuai dengan waktu tidur malamnya dan juga aktivitas harian si Kecil.
Terus semangat mendampingi si Kecil dengan stimulasi dan nutrisi sesuai kebutuhan sehingga menjadikan si Kecil tangguh dan daya tahan tubuhnya semakin kuat.
Mama bisa mencoba beberapa cara berikut untuk meningkatkan fokus si Kecil:
1. Buatlah tugas menantang menjadi beberapa tahap
2. Ajarilah si Kecil untuk fokus dengan cara menyenangkan seperti dengan permainan
3. Si Kecil akan cenderung lebih fokus pada hal yang membuat ia tertarik seperti hobinya dibandingkan pekerjaan rumah yang melelahkan.
4. Membaca cerita bersama si Kecil
5. Membawa si Kecil bermain ke alam bebas
6. Cukup minum air putih: kekurangan minum air putih akan menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi membuat otak sulit untuk berkonsentrasi.
Mama, mengajarkan nilai-nilai kebaikan, moral dan agama pada si Kecil bisa dilakukan lewat kegiatan yang disukai anak-anak. Salah satunya, melalui bercerita.
Mendengarkan cerita yang dikisahkan oleh orangtua membuat si Kecil mengembangkan empatinya saat menyimak kisah yang dialami oleh karakter dalam cerita. Dengan demikian ajaran nilai kebaikan, moral, maupun ajaran agama bisa disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh si Kecil.
Bercerita bersama si Kecil juga bisa sekaligus mengajarkannya tentang kehidupan, tidak hanya tentang dirinya sendiri tapi juga orang lain. Mama bisa melatih kepekaan si Kecil lewat cerita-cerita yang dikisahkan saat ia dalam kondisi santai dan fokus, sehingga pesan yang Mama sampaikan bisa diserap dengan lebih optimal.
Mama, agar si Kecil mau belajar di rumah tentunya Mama perlu menyiapkan suasana belajar yang nyaman ya. Hindari juga memaksa si Kecil saat ia sedang tidak mau belajar karena dikhawatirkan waktu belajarnya jadi tidak optimal. Pastikan jam tidur si Kecil cukup, Mama bisa mengajak si Kecil tidur di siang hari setelah waktu sekolah kemudian melanjutkan belajar pada sore hari atau malam hari.
Mama, obat P3K di rumah bisa disediakan paracetamol sesuai kebutuhan dan kesukaan si Kecil, oralit sachet atau oralit kemasan dalam botol yang memang sudah dikhususkan untuk si Kecil, termometer, kassa steril, cairan steril NaCL 0.9%, antiseptik, perban dan plester, kapas alkohol, cairan alkohol 70% akan dibutuhkan jika ada luka. Jika si Kecil mempunyai kondisi khusus misal alergi, asma, atau obat-obatan rutin, pastikan selalu ada stok dengan jenis obat sesuai rekomendasi dokter ya Ma.
Mama, tidur bukan hanya tentang istirahat, tapi juga ada hubungan dengan pertumbuhan si Kecil. Ada jam-jam tertentu dimana hormon pertumbuhan dikeluarkan hanya saat si Kecil tertidur nyenyak. Selain itu jika si Kecil tidur terlalu malam, otomatis paginya akan bangun terlalu siang, dan akan mengganggu mood si Kecil saat makan dan bahkan mengganggu jadwal makannya.
Jika jadwal tidur si Kecil berantakan, jadwal makan akan terganggu, pertumbuhan akan terpengaruh, dan otomatis daya tahan tubuh akan tidak optimal juga ya Ma.
Mama, rasa bosan dialami si Kecil bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu cara agar si Kecil tidak cepat bosan adalah dengan lebih kreatif dalam memainkan mainan dan tidak bermain sendiri. Misalnya sekarang kita main masak-masakan ya, kita berandai-andai ini adalah restoran jadi kakak menjadi koki ya, Mama menjadi tamu di restoran ya. Di lain waktu kita bermain masak-masakan dengan cerita memasak di rumah, akan menyiapkan jamuan makan.
Hal ini tidak secara langsung mempengaruhi kepribadian si Kecil, namun bila Mama bisa mengkreasikan tema bermain akan membantu si Kecil memahami situasi dan kondisi sesuai tema, bila ada masalah kita juga bisa memberikan contoh bagaimana cara mengatasinya.
Mama, si Kecil dapat mulai diperkenalkan mengenai sekolah sejak usia 3-4 tahun tergantung dengan kesiapan si Kecil. Mama bisa mulai dari membacakan buku cerita mengenai suasana sekolah, lalu mulai dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang mana kurikulumnya mengajarkan si Kecil berinteraksi dengan orang lain, lebih banyak kegiatan bermain untuk melatih motorik kasar dan halusnya.
Berikut adalah tanda-tanda si Kecil sudah siap diperkenalkan dengan sekolah :
1. Si Kecil sudah berani komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
2. Bisa menggunakan toilet sendiri
3. Sudah bisa makan sendiri
4. Bisa ditinggal atau jauh dari orangtua dalam waktu sementara
Jangan lupa untuk melakukan survey dulu ya Mama, karena setiap sekolah memiliki metode belajar dan fasilitas yang berbeda, sesuaikan dengan si Kecil dan harapan Mama Papa sebagai orang tua.
Mama, biasanya si Kecil menangis karena belum terbiasa melihat keramaian dan merasa tidak nyaman. Mama bisa sesekali mengajak si Kecil berjalan-jalan disekitar rumah dan bertemu dengan orang lain untuk membuat si Kecil terbiasa dengan situasi asing selain dirumah.
Memang butuh waktu Ma, tapi lama kelamaan si Kecil akan terbiasa.
Mama, di usia 2 tahun biasanya si Kecil sedang aktif sekali untuk bermain ya Ma, namun memang ada juga yang sulit untuk menemukan teman dengan minat yang sama.
Sistem motorik si Kecil perlu diasah untuk meningkatkan kecerdasan sosial si Kecil. Mama bisa coba beberapa cara berikut ya:
1. Berikan kesempatan si Kecil berekspresi
Biarkan si Kecil bermain dan mengenal lingkungannya. Misalnya bermain bola atau mencari barang, bermain warna dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong bakat mereka. Salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri pada si Kecil, adalah karena ia tidak memiliki ruang untuk berekspresi.
2. Jadilah role model
Yuk menjadi role model bagi si Kecil. Melihat Mama menyapa, bergaul dan berbicara dengan orang lain akan membuat si Kecil lebih mudah bergaul dengan temannya.
3. Bermain bersama
Di masa pandemi seperti ini memang agak khawatir ya Ma kalau mengajak si Kecil bermain diluar. Namun, sesekali boleh kok mengajak si Kecil bermain bersama teman-temannya dirumah atau bisa bermain via video call dan ajak si Kecil untuk berinteraksi. Dengan sering bertemu dan berinteraksi dengan orang lain maka akan membuat si Kecil menjadi lebih berani untuk bersosialisasi.
4. Bangkitkan rasa percaya diri
Saat si Kecil melakukan hal baik maka Mama boleh puji agar rasa percaya dirinya semakin bertambah. Hal tersebut bisa membuat si Kecil percaya diri juga saat bermain dengan temannya loh Ma.
5. Jangan protektif
Pasti kita ingin yang terbaik untuk si Kecil ya Ma tetapi terkadang justru tanpa sengaja menjadi lebih protektif terhadap si Kecil.
Pasti membutuhkan waktu ya Ma untuk membuat si Kecil bisa lebih bergaul dengan teman-temannya. Namun, saat si Kecil merasa nyaman saat itulah si Kecil akan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Semangat terus Mama untuk mendampingi si Kecil.
Mama, tidak perlu khawatir ya Ma, tantrum yang ditunjukkan si Kecil merupakan hal yang normal walaupun hal ini bisa membuat Mama dan Papa menjadi terganggu. Saat si Kecil tidak tenang mengikuti pelajaran tatap muka bisa disebabkan ia belum siap untuk mengikuti sesi pelajaran hari itu, sehingga Mama perlu memberikan pemahaman terlebih dahulu mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari ini sebelum berangkat sekolah agar si Kecil lebih siap. Hal lain yang menyebabkan si Kecil tidak tenang adalah adanya distraksi atau gangguan misalnya ada banyak mainan di ruangan belajarnya yang lebih menarik perhatian si Kecil. Umumnya si Kecil bisa fokus dan konsentrasi selama 5-20 menit saat usianya 4-5 tahun, jadi saat ini sangat wajar ya Ma bila Adik belum bisa tenang saat mengikuti pelajaran.